Oleh: Yuke Octavianty
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Pemerintah benar-benar salah arah dalam menunjukkan arah kemajuan bagi kaum muda bangsa. Dilansir dari kompas.com (7/12/2021), disebutkan bahwa generasi milenial makin tertarik dengan investasi saham dan reksadana. Dan trend ini semakin meningkat dalam dua tahun terakhir. Hal ini dipercaya dapat memperbaiki keadaan ekonomi dalam negeri, yang kini tengah sengkarut tak berdaya.
Dalam survei yang dilakukan Katadata Insight Center, sebanyak 41,3 persen generasi millenial mengaku mulai membeli saham pada 1-2 tahun terakhir. Sedang di kelompok usia Gen Z, terdapat 48,1 persen yang mengaku baru membelinya kurang dari 1 tahun terakhir (kompas.com, 7/12/2021).
Lantas, apakah trend tersebut dapat mendongkrak perekonomian dalam negeri atau justru sebaliknya? Merusak paham dan nalar generasi muda, yang seharusnya menjadi pemegang tonggak kemajuan peradaban?
Fakta mencengangkan tentang investasi saham yang merugi, terjadi bulan Maret 2021 silam. Tewasnya pria berusia 27 tahun, yang loncat bunuh diri dari salah satu apartemen di Setia Budi, Jakarta Selatan. Penyebabnya, merugi dalam "permainan" saham (cnbcindonesia.com, 23/3/2021).
Inikah yang disebut sebagai kemajuan berpikir kaum muda?
Kezaliman penguasa terus berulang saat sistem rusak yang dijadikan pijakan. Pemerintah yang menyandarkan sistem ekonomi pada sistem ekonomi kapitalis liberal, berorientasi pada keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan resiko yang akan diderita. Dalam hal ini, kaum muda digenjot untuk terus mendongkrak perekonomian negeri dengan cara investasi pada sektor-sektor riil, e-commerce, dan pasar-pasar digital lainnya. Menggalakkan program-program wirausaha dengan kaum muda sebagai pelaku utama, seperti petani millenial dan santripreneur.
Kedok yang luarbiasa cantik. Mudah menipu kaum millenial. Padahal segalanya hanya diaruskan bagi para pemilik modal besar. Berhulu hanya pada para kapitalis primer, yaitu pihak swasta, asing, dan aseng.
Sekulerisme dan liberalisme, adalah biang kerok terbesar dalam kekacauan kehidupan. Sekulerisme, pemisahan aturan agama dari kehidupan, menjadikan generasi muda tak punya arah pandang yang benar dalam menghadapi fakta hidup. Miskin iman yang berujung pada miskin visi misi kehidupan. Sementara liberalisme, kebebasan menetapkan arah kehidupan, menjadi pintu terburuk bagi kaum muda. Melakukan segala aktivitas tanpa memperhatikan syariat Islam. Tanpa peduli halal dan haram. Karena apa? Karena tak memahami aturan shahih dalam menjalani prosedural kehidupan. Tentu segalanya jalan buruk ini berujung pada kesengsaraan.
Investasi saham dan pasar modal, dalam syariat Islam, hukumnya haram. Dan tentu menghasilkan kemudaratan.
Ustdzah Endiyah Puji Tristanti, Pemerhati Politik Islam mengungkapkan bahwa, mengarahkan pemuda untuk berbisnis dalam pasar modal semata demi pemulihan ekonomi bangsa dan negara merupakan kesalahan besar pemerintah. Suatu kebodohan juga apabila para pemuda beramai-ramai menyambut seruan untuk terjun dalam bisnis haram tersebut (muslimahnews.com, 31/12/2021).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri, melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 275)
Buruknya sistem kapitalisme melahirkan generasi yang tamak dan haus harta. Haus laba besar. Tanpa memperhatikan hukum-hukum Allah SWT., yang sejatinya sebagai pengatur keseimbangan kehidupan.
Seharusnya, generasi muda berperan sebagai agen perubah. Agent of Change, agen yang dapat menghancurkan kebiadaban sistem bobrok. Merubah gelapnya zaman dan dapat menghantarkan dunia menuju kegemilangan.
Tugas yang tak mudah memang. Namun, segalanya menjadi niscaya jika syariat Islam dijadikan sandaran. Hukum Islam dijadikan satu-satunya penuntun jalan kehidupan.
Wallahu a'lam bisshowwab.