Resolusi 2022: Akankah Membawa Perubahan Ke Arah Yang Lebih Baik?




Oleh: Tri S, S.Si


Sudah hampir 3 tahun, pandemi covid-19 mengguncang dunia. Banyak sekali perubahan sistematika aktivitas keseharian, seperti yang mulanya tidak terhalang virtual, menjadi beralih melalui layar gadget. Tentu ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya, hari-hari berlalu sejak 2019 hingga tak terasa kini tibalah kita di tahun 2022. Pergantian tahun selalu menyisakan intropeksi akan masa lalu yang telah terlewati dan menyimpan sebuah harapan yang lebih baik di masa depan. Hal ini wajar dirasakan manusia. Apalagi bagi seorang muslim, senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik esok hari adalah sebuah keharusan, sebagaimana yang tertera dalam Q.Al-Hasr: 

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."



Senagaimana seorang pedagang yang memiliki modal, apabila ia berhasil menjajakan sejumlah dagangannya dengan banyak ia akan mendapatkan keuntungan. Jikalau tidak banyak menghasilkan, ia tergolong rugi. Pun apabila justru dagangannya tidak menghasilkan apapun, bahkan dengan aktivitas berdagangnya tersebut tidak mengembalikan modal yang ia keluarkan, maka ia tergolong sia-sia alias tidak mendapatkan apapun. Hal ini menjadi pengibaratan atas waktu yang telah dilewati manusia. Seorang Khalifah ke-4, yaitu Ali bin Abi Thalib pernah mengungkapkan sebuah pesan tentang hal ini :



" Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang terlaknat."



Seseorang yang ingin mendapat kesuksesan dan berharap menjadi pribadi yang lebih baik dari kondisi sebelumnya akan membuat sejumlah target dan merancang resolusi yang harus dicapainya saat berganti waktu. Salah satunya dalam momentum peralihan tahun, ada yang memiliki harapan tentang perubahan fisiknya, keilmuannya, karir dan bisnisnya, kekeluargaannya, relasinya maupun kualitas diri dan agamanya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah seperti apa sih sejatinya konsep "menjadi lebih baik" yang harus dicapai? Sebab, sekalipun muslim, konsep baik dipandangan setiap orang bisa jadi berbeda, sesuai standar yang biasa ia anut.



Misalnya saja, menjadi terkenal di media sosial setelah sebelumnya orang biasa, bisa menjadi perubahan diri yang lebih baik versi orang tersebut. Berani berpendapat dan membuka aurat dengan bangga sehingga merasa terlepas dari kungkungan aturan bisa juga menjadi prestasi lebih baik versi orang tertentu. Atau mungkin mengejar sebanyaknya materi dan berlomba-lomba mencapai jabatan karir tertinggi menjadi resolusi ke arah yang lebih baik versi orang lain. Nah bagi yang suka nonton film seperti drama korea, mungkin di tahun yang baru punya impian bisa menonton drama terbaru secara lengkap, ikut konser virtual, membeli sejumlah tools idola nya adalah sebuah pencapaian yang lebih baik dari tahun sebelumnya.



Jadi, dapat disimpulkan bahwa standar 'lebih baik' versi manusia adalah relatif. Lalu jika demikian bagaimana kita menentukan standar apa yang harus kita gunakan, dan siapakah yang bisa menentukan standar baik yang paten? Terlebih bagi seorang muslim. Sebuah kaidah ushul fiqh menyatakan :

"Asal perbuatan seorang muslim adalah terikat dengan hukum Syara' "



Bagi seorang muslim, segala aktivitas nya telah ditentukan Allah terikat dengan hukum syara. Segala yang sesuai dengan yang diperintahkan dan yang dilarangnya maka ia dapat dikategorikan baik. Sehingga perubahan ke arah yang lebih baik versi muslim ialah dengan semakin berusaha melakukkan segala hukum syara'nya tanpa dalih. Menjadi versi yang lebih baik adalah dengan meningkatnya hubungannya dengan Allah yaitu menambah ibadah-ibadah sunnah, memperkuat yang wajib. Juga hubungannya dengan dirinya sendiri, yaitu mempergunakan waktu semaksimal mungkin untuk hal-hal yang semakin membuat Allah Ridha. Juga hubungan dengan orang lain, yakni dengan berupaya menjadi problem solver orang lain dengan Islam, memperjuangkan tegaknya kehidupan Islam yang menyejahterakan kehidupan manusia.



Inilah yang seharusnya menjadi dasar dan pondasi penyusunan resolusi seorang muslim. Muslim harus berubah kearah yang lebih baik dengan ketaatan pada Allah dan rasulNya. Karena itu, resolusi yang aroma nya maksiat harus segera di blacklist, karena tidak sesuai visi sejati seorang muslim didunia. Tantangannya berbenah menjadi lebih baik versi Islam di hari ini, sungguh bisa dikatakan tidak mudah. Sebab hari ini Islam bukanlah sistem yang melingkari kehidupan kita. Islam tetap ada namun hanya dijadikan sebagai agama spiritual individu dalam mendekatkan diri kepada Allah.



Asas kehidupan sekulerisme yang memisahkan urgensitas agama dari kehidupan menjadikan standar pencapaian dan tujuan hidup seseorang adalah yang bisa memuaskan kesenangan duniawi. Asas sekulerisme ini melahirkan liberalisme dan kapitalisme yang membuat seseorang berambisi membuat resolusi hidupnya dari hal-hal yang menguntungkan hidupnya, membuatnya kaya materi, dan pujian-pujian orang lain. Menjadi lebih baik di tahun baru, dalam kehidupan selulerisme menuntut adanya mental baja. Sebab seseorang apabila tidak ingin terwarnai, maka ia harus mewarnai sekitarnya. Pentingnya senantiasa membersamai teman-teman dan lingkungan yang mengajak ke arah perbaikan. Karena dengan lingkungan para shalihat yang mendukung tersebut akan menjadi penjaga kita tercapai nya resolusi yang Allah Ridhoi, dan menjadi rem bila diri mulai melenceng dari kemaksiatan yang Allah larang.



Layak seorang muslim mengembalikan rencana resolusi nya berangkat dari ayat Allah :


"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

(QS. Muhammad 47: Ayat 7)


Yaitu dengan cara diterapkannya Islam kaffah di bumi Allah. Karena hanya dengan Islam kaffah semua masalah umat akan teratasi dan kehidupan bisa berjalan dengan baik sesuai hukum syara. 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak