Oleh : Ummu Al-Khayr
Libur sekolah dan Nataru telah usai. Semua kembali beraktivitas normal. Begitupun halnya pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Jakarta dan wilayah lain dengan status PPKM level 1 dan 2 berlangsung secara penuh mulai Senin (03/01/2022), mendapat tanggapan beragam dari para orang tua siswa.
Namun, sejauh ini, belum ada kebijakan khusus dari Pemerintah DKI Jakarta terkait dengan pencegahan penyebaran Omicron, meski sebelumnya ditemukan transmisi lokal pertama varian baru ini.
Sementara itu, Lapor Covid-19 melaporkan tingginya pelanggaran protokol kesehatan di sekolah selama PTM terbatas, yang menurut ahli kesehatan masyarakat harus jadi perhatian pemerintah.
BBCnews,(3/1/22)
Dibukanya sekolah-sekolah untuk dimulainya pembelajaran tatap muka tentu melahirkan kembimbangan bagi banyak pihak terutama orang tua. Terlebih lagi ditengah ancaman penyebaran virus covid varian baru delta dan omicron. Di satu sisi pembelajaran tatap muka menjadi hal yang sangat urgent. setelah kurang lebih hampir 2 tahun pembelajaran di sekolah-sekolah dilakukan secara daring. Dan tentu dengan banyak nya dampak negatif yang dihasilkan. Dari mulai kecanduan game online, terpapar konten pornografi dsb.
Kendati seolah tak ada opsi lain selain harus dilaksanakan pembelajaran tatap muka, benarkah kita sudah siap segala sesuatunya. Ataukah kondisi ini terkesan dipaksakan.
Beberapa waktu lalu pasca ditemukannya kasus pertama omicron, menyusul beberapa artis yang kembali dari liburan di luar negeri juga terkonfirmasi terpapar virus covid jenis varian baru tersebut. ini tentu bukan kabar yang menggembirakan. Ditengah upaya masyarakat untuk menenkan laju penularan covid 19 dengan mematuhi prokes dan pembatasan aktivitas. Namun, Penerbangan dari dan luar negeri tetap dibuka. Padahal disana lah pintu masuk penyebaran virus tersebut. Sebuah fakta bahwa virus covid 19 berasal dari luar Indonesia.
Inilah pil pahit yang harus diterima masyarakat kecil. Akibat diterapkannya sistem kapitalisme yang menempatkan asas keuntungan/ manfaat diatas segalanya. Dengan dalih penyelamatan ekonomi keselamatan nyawa manusia dipertaruhkan.
Demikian tabiat asli kapitalisme global yang gagal mengatasi pandemi covid 19. Menjadikan realita sebagai sumber pemikiran. Bukan objek yang harus dirubah. Ketika kita dipaksa untuk menyesuaikan keadaan dengan vaksinasi, 5 M, 3 T, dan PPKM dengan level-levelnya. Sedangkan langkah pemberlakuan lockdown total dengan menutup akses dari dan luar negeri sebagai kunci untuk masuknya virus kedalam negeri tak pernah diambil. Tambal sulam dan gas rem kebijakan tak pernah bisa menjadi solusi. Justru masalah-masalah baru lainnya.
Pembelajaran Tatap muka di sekolah-sekolah perlu ditinjau kembali kesiapannya dari segi sarana prasana di tengah pandemi yang belum usai. Namun, yang terpenting adalah mengentikan pandemi tersebut secara tuntas. Hal ini tentu bisa teratasi ketika sistem Islam dijadikan sebagai solusi.
Dengan menerapkan Islam dalam Sekala negara, kesempurnaan Islam yang terpancar dari aturan-aturannya, hadir untuk memecahkan segala problematika umat manusia seluruhnya hingga ke akarnya. Islam telah mengajarkan karantina bagi wilayah yang terjangkit pandemi. Telah terbukti di masa Rasulullah dan sahabat Wabah (thoun) pada waktu itu biidznillah bisa dihentikan.
Dalam Islam, nyawa manusia sangat dimulyakan.Berbeda dengan sistem kapitalisme hari ini. Nyawa manusia tak lebih berharga dari materi. Maka, sudah saatnya kita campakkan sistem fasad (rusak) kapitalisme yang tak layak bagi manusia. Dengan menerapkan sistem Islam akan menebar rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu'alam bishshawwab.
Tags
Opini