Moderasi Senjata Pemecah Umat



Oleh : Emmy Rina Subki

Moderasi  yang digaungkan oleh pemerintah semakin deras arusnya. Hal ini menyasar semua lini. Dari orang yang tidak berpendidikan maupun berpendidikan, tak terkecuali dari anak TK sampai perguruan tinggi. Pendidikan tentang keberagaman antar umat beragama terus dimasifkan, dari generasi muda sampai yang tua. Setiap pengurus majelis taklim terus diberikan pembekalan bagaimana moderasi itu agar dapat diterima di masyarakat khususnya negeri yang mempunyai beragam agama dan budaya.  Isu toleransi  agama terus menjadi prioritas utama. langkah langkah terkait arus moderasi beragama,hal ini telah pernah disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di saat pembukaan Dialog Nasional Keagamaan dan Kebangsaan, di Makassar, Sulawesi Selatan beberapa tahun yang lalu.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin telah menyampaikan bahwa "agama dan negara sama-sama saling berkaitan dan mempunyai kebutuhan yang sama. Dalam relasi ke dua adanya simbiosis mutualisme. Agama butuh bangsa, kehidupan berbangsa memerlukan norma agama sebagai pandangan, acuan di tengah kehidupan  beragam". Namun apa yang disampaikan nya ini sesungguhnya berbanding terbalik dengan fakta yang ada. Karena bukan agama yang butuh bangsa. Tetapi bangsa atau kehidupan inilah yang butuh agama. Agar kehidupan berbangsa dapat berjalan dengan baik. Karena agama Islam mempunyai aturan yang baku, sempurna dan paripurna. 
Menag memberi penjelasan lebih dalam  yang dimaksudkan adalah program moderasi beragama, sebagai upaya  sikap beragama seluruh warga negara di tanah air  berada tetap pada koridor yang tidak berlebihan.

Menag menambahkan, ada kecenderungan sebagian orang terkukung  di pengamalan agama secara berlebihan.  Pengatasnamaan agama, katanya, sekelompok orang menyebarkan cacimaki, amarah, fitnah, berita bohong, memecah belah, bahkan menghilangkan eksistensi masyarakat yang berbeda.

"Untuk itu, kita ingin mereka yang mengamalkan pemahaman agama yang berlebihan itu dapat kembali ke tengah, yang sikap beragamanya dapat memanusiakan manusia," jelas Menag. Entah kelompok mana yang dimaksud terkukung atau terjebak di pengamalan yang berlebihan adalah menancapkan paham leberalisme.  Menganggap agama hanya mengatur dalam asfek ibadah bukan  dalam kehidupan.ini jelas dari pernyataannya jangan terjebak di pengamalan yang berlebihan. Inilah yang disampaikan kamenag saat itu. Sudah bisa ditebak kelompok yang dimaksud adalah agama Islam, yang sengaja di monsterisasi. Sehingga framing buruk terhadap umat Islam di negeri ini yang dibenturkan dengan negara yang menghormati perbedaan meskipun bertentangan dengan akidah Islam. Narasi menghilangkan eksistensi kelompok masyarakat yang berbeda dan memanusiakan manusia inipun sangat mencederai ajaran Islam. Seolah olah agama Islam adalah agama yang tidak menghargai perbedaan. Islam sangat menghormati perbedaan. Tetapi bukan juga maksudnya, memberi apresiasi kepada kaum yang menyimpang, seperti kaum LGBT. Yang jelas-jelas kaum ini merusak tatanan kehidupan, dan peradaban serta eksistensi manusia tersebut.  Islam sangat menjaga toleransi beragama, dan mengangkat derajat manusia. Dengan kemuliaan ajaran Islam, dan menerapkan hukum Allah sang pencipta alam semesta. Sehingga peradaban Islam yang gemilang tercapai, jikalau Islam diterapkan dengan sempurna. Tetapi bukan toleransi yang kebablasan saat ini, menganggap semua agama sama. Yang bertentangan dengan akidah Islam. Padahal telah jelas bahwa di dalam Alquran surat Ali Imron ayat 19
.اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ.
"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. ".
Agama yang diredhoi disisi sang pencipta adalah Islam. 
Islam adalah agama yang memanusiakan umat manusia. Dengan memberikan aturan yang jelas.  kali ini tak jauh berbeda dari kepemimpinan kamenag saat ini pun menyatakan bahwa arus moderasi beragama pun dicanangkan.
Jakarta (Kemenag) --- Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid turut hadir di pertemuan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) secara daring, Rabu (8/12/2021).  Wamenag  hadir sebagai wakil Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas  mengungkapkan, bahwa ke depan negara MABIMS mempunyai tantangan  semakin berat.  

Pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum berakhir,  isu perkembangan  bidang sosial keagamaan jadi tantangan yang mau tak mau harus dihadapi. Terutama di Indonesia, misalnya (menghadapi) isu-isu ekstrimisme di antara umat seagama dan antarumat beragama, ungkap Wamenag dalam sambutannya. 

“Salah satu kebijakan penting pemerintah RI untuk menjaga harmoni masyarakat adalah Moderasi Beragama, dimana Kementerian Agama merupakan leading sector pengarusutamaannya,” sambungnya. 

Moderasi Beragama, lanjut Wamenag, menjadi pijakan pembangunan nasional dengan merawat spirit toleransi, persaudaraan, gotong royong sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Padahal yang dimaksud  Nilai luhur Pancasila pun tak jelas kemana tujuannya. 


 Namun sejatinya apa yang di program kan oleh kamenag ini adalah pengrusakan akidah umat Islam secara masif karena tidak ada yang berlebihan dalam pengamalan ajaran Islam kalau umat ini paham dengan ajaran Islam itu sendiri. Agar manusia terhindar dari memisahkan agama dari kehidupan nya tentulah harus memahami agama secara mendalam.  Karena patut dipahami bahwasanya di dalam beragama tidak ada istilah moderasi. Yang ada hanyalah pemahaman yang harus sesuai dengan Al-Qur'an dan hadist. Bukan disesuaikan dengan nilai nilai Pancasila. Yang jelas-jelas tak tau arahnya. Agama bukan cuma menjadi simbol atau identitas semata. Tapi harus menjadi tuntunan dalam kehidupan dalam seluruh aspek kehidupan.  Dapat dipahami bahwa isu ini sengaja dibenturkan dengan Islam. Islam dibenturkan dengan Pancasila.Yang katanya  menjadi ideologi bangsa ini. Seharusnya Islam harus dipahami secara benar dan kaffah. Sehingga didalam kehidupan dapat mengamalkannya secara benar, sempurna tidak boleh keluar dari ajaran syariat Islam. Sejatinya isu moderasi beragama sengaja di angkat ke tengah tengah masyarakat, tak lain adalah untuk mengaburkan nilai agama Islam pada khususnya. Karena tujuan dari program ini sudah bisa ditebak bahwa yang dimaksud adalah membelokkan pemahaman, dan pengamalan ajaran agama Islam.  Sehingga masyarakat yang menginginkan pengamalan syariah Islam secara sempurna dengan mudah di cap sebagai orang yang intoleran, radikal bahkan terorisme anti NKRI.


 Isu moderasi beragama atau keberagaman sebenarnya adalah alat penjajah yang sengaja diambil untuk meredam kebangkitan Islam. Dan membangun pemahaman yang sesat dan menakutkan terhadap ajaran Islam.  Menjauhkan umat dari pemahaman bahwa agama adalah tuntunan dalam kehidupan.  
Racun kebangsaan ashobiya. Yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam dan dapat melanggengkan penjajah negeri kafir penjajah sudah semestinya dicampakkan. 


Ide moderasi adalah sarana barat untuk menancapkan hegemoni barat menguasai Sumber daya alam belahan negeri ini maupun negeri muslim lainnya. Melalui antek asing isu moderasi ini sengaja di susun terprogram. Memalingkan Umat dari musuh yang sesungguhnya. Sudah semestinya ide ini ditolak dan dilawan demi menyelamatkan umat dari kesesatan yang nyata . Karena sudah terbukti kehancuran akibat sistem kafitalis demokrasi, liberal ini menyengsarakan umat manusia. Moderasi sejatinya hanyalah menjauhkan umat dari pemahaman dan pengamalan agama Islam.
Wallahu alam bissawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak