Oleh: Ayu Susanti, S.Pd
Anak adalah permata hati bagi kedua orangtuanya. Pun sebagai tumpuan harapan penerus cita-cita keluarga. Namun apa jadinya jika sang penerus bangsa ini mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya? Tidak sedikit fakta yang menggambarkan kekerasan terhadap anak-anak terutama di masa pandemi ini.
Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, merasa miris melihat kasus kekerasan terhadap anak tetap tinggi di masa pandemi, saat di mana mereka justru terus dekat dengan keluarga. Berdasarkan catatannya, ada 2.726 kasus kekerasan terhadap anak sejak Maret 2020 hingga Juli 2021 ini dan lebih dari setengahnya merupakan kasus kejahatan seksual. (7/9/2021, https://www.republika.co.id/)
Betapa miris sekali saat melihat fakta diatas. Anak-anak yang seharusnya bisa tumbuh kembang dengan baik namun harus mengalami berbagai macam kekerasan. Sehingga tentu ini akan berdampak pada kehidupannya kelak di masa depan.
Pandemi memang menyisakan berbagai dampak kehidupan. Dari mulai dampak ekonomi dan sosial sampai akhirnya dirasakan oleh keluarga-keluarga kecil. Dimana orang-orang yang memiliki kekhawatiran karena pandemi ini, maka juga akan berpengaruh pada anak-anak disekitarnya.
Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Primatia Yogi Wulandari, mengungkapkan bahwa banyak situasi tidak menyenangkan yang dihadapi anak selama pandemi Covid-19. “Dari penelitian terbaru yang dilaksanakan selama pandemi, anak-anak usia prasekolah hingga remaja turut merasakan kecemasan yang berantai dari lingkungan mereka,” papar Primatia dilansir dari laman Unair. Ia menuturkan bahwa emosi negatif seperti cemas, gelisah, dan khawatir yang ditunjukkan oleh orang tua atau anggota keluarga lain akan memberi dampak kepada anak bila tidak dikelola dengan baik. (28/11/2021, https://edukasi.kompas.com/).
Banyak faktor mengapa para orangtua khususnya atau orang dewasa lainnya melakukan kekerasan kepada anak. Kasus kekerasan ini akan terus terjadi jika memang masyarakat tidak paham seharusnya seperti apa dalam mendidik anak dengan baik. Serta saat desakan ekonomi dan tuntutan hidup semakin berat, bisa jadi ini adalah salah satu faktor penyebab orangtua hilang kendali sehingga melakukan kekerasan kepada anak-anak mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Semua berawal dari sistem hidup yang digunakan di negeri ini. Sistem sekulerisme, yakni sebuah sistem yang memisahkan antara agama dan kehidupan membuat manusia memiliki wewenang untuk membuat sebuah aturan kehidupan. Aturan buatan manusia ini tidak bisa menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan termasuk dalam menuntaskan masalah kekerasan kepada anak.
Setidaknya ada 3 pilar yang harus diperhatikan saat menuntaskan problem kekerasan kepada anak ini, yakni dari segi ketakwaan individu serta keluarga, kontrol masyarakat dan lingkungan kondusif serta peran negara.
Jika kita menggunakan aturan Islam dalam kehidupan ini, maka semua permasalahan akan bisa diselesaikan dengan tuntas. Kekerasan terhadap anak bisa diatasi, jika ketakwaan individu dan keluarga terbangun dengan baik. Semua orang termasuk orangtua akan berusaha menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah. Dia akan memahami bahwa kehidupan ini akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Sehingga perbuatan apapun yang dia lakukan selama di dunia termasuk perlakuan mereka kepada anak-anak mereka akan Allah perhitungkan. Rasa takut kepada Allah tentu menjadi alarm bagi siapapun termasuk para orangtua untuk selalu hadir menjadi orangtua terbaik dan support system yang baik bagi anak.
Tak hanya ketakwaan individu dan keluarga yang menjadi tumpuan, namun kontrol masyarakat dan lingkungan kondusif pun menjadi hal penting dalam menyelesaikan permasalahan kekerasan pada anak ini. Saat masyarakat terbiasa melakukan amar ma’ruf nahyi mungkar serta masyarakat pun terjaga dan teredukasi pemahamannya dengan Islam maka akan lahir masyarakat yang unik yang bisa menjaga satu sama lain. Karena dalam Islam sudah sangat jelas ada tuntunan bagaimana berprilaku baik kepada anak.
Satu pilar yang tidak kalah pentingnya adalah peran negara. Negara memiliki andil yang cukup besar untuk melahirkan kebijakan yang bisa membuat rakyatnya hidup tentram dan damai. Termasuk pun bisa menuntaskan problem kekerasan ini. Saat negara menggunakan aturan Islam dalam kehidupan, maka akan lahir kebijakan-kebijakan yang berlandaskan akidah Islam. Akan diatur masalah ekonomi menggunakan sistem Islam. Dimana negara memberikan jaminan kebutuhan primer kepada setiap anggota keluarga. Sehingga masyarakat khususnya para pencari nafkah tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dan hal ini tentu bisa mengurangi tingkat stress para ayah atau ibu sehingga akan berdampak pada pola pengasuhan.
Selain itu negara akan senantiasa memberikan edukasi pola pengasuhan dan pendidikan yang baik kepada para orangtua dalam mendidik anak-anak mereka. Sehingga diharapkan akan terlahir generasi penerus yang berkualitas dan bertakwa.
3 pilar ini akan berperan dengan baik dan optimal saat kita menggunakan aturan Islam dalam kehidupan. Sehingga semua elemen akan bahu membahu berusaha seoptimal mungkin untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan karena dorongan keimanan kepada Allah.
Masalah kekerasan terhadap anak ini merupakan masalah yang kompleks. Tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu bagian saja. Namun harus diselesaikan dengan menyeluruh sampai kepada akarnya.
Oleh karena itu, jika kita menginginkan masalah kehidupan ini termasuk kekerasan terhadap anak itu selesai dan tuntas, maka sudah saatnya kembali kepada aturan Islam yang bisa menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.
Wallahu’alam bi-showab
Tags
Opini