Oleh: Linda ummu Khansa
Hampir dua tahun pandemi, virus corona Covid-19 terus saja mengalami mutasi. Berbagai nama baru muncul. Mulai dari mutasi Alfa (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Gamma (P.1), Delta (B.1.617.2) dan yang terbaru Omicron (B.1.1 .529).
Omicron sendiri telah menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia.Kementerian Kesehatan mencatat penambahan total kasus konfirmasi Omicron hingga Sabtu (8/1) sebanyak 414 orang. Ada penambahan kasus sebanyak 75 orang pada Sabtu (8/1).
Secara keseluruhan selama Desember 2021 kasus konfirmasi Omicron sebanyak 136 orang, sementara pada tahun 2022 hingga 8 Januari sebanyak 278 orang. (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 10/01/2022)
Untuk kasus corona secara keseluruhan, pada awal tahun 2022, kasus baru positif corona di Indonesia terus mengalami kenaikan. Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan, Indonesia saat ini sedang masuk tahap gelombang berikutnya varian Omicron.
Melansir data Satgas Covid-19, hingga Selasa (18/1) ada tambahan 1.362 kasus baru yang terinfeksi Corona di Indonesia. Sehingga total menjadi 4.273.783 kasus positif Corona. (Kontan.co.id, 19/01/2022)
Dua tahun bukanlah jangka waktu yang singkat. Tentu banyak pelajaran yang seharusnya diambil. Apalagi variasi baru terus bermunculan dengan pola yang sama, sudah barang tentu harus ada solusi revolusioner dalam penanganannya.
Menanggapi pemasalahan ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan, sistem kesehatan nasional saat ini telah siap menghadapi lonjakan kasus akibat varian Omicron. Namun, ia menekankan langkah preventif dari kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci utama untuk menekan laju penularan.
Disebutkan bahwa, selain vaksinasi, obat-obatan, dan rumah sakit, pemerintah juga telah menyiapkan para dokter atau tenaga kesehatan dalam menghadapi varian Covid-19 terbaru itu. Lebih lanjut, soal fasilitas karantina, juga telah disiapkan dengan matang sehingga kondisinya jauh lebih baik dan siap. (msn.com, 05/01/2022)
Tidak akan tertuntaskan jika Kesiapan pemerintah yang mengandalkan penanganan wabah dengan penyediaan obat-obatan dan fasilitas semata, atau lebih lagi hanya berupa himbauan agar tidak berkerumun, melakukan perjalanan ke luar negeri, disiplin menjalankan protokol kesehatan, namun idak diintegrasikan dg mitigasi terintegrasi dari sector lain. Seperti pariwisata dan ekonomi.
Carut marutnya kondisi umat saat ini tidak lepas dari penerapan sistem kapitalisme demokrasi. Kebijakan yang dihasilkan tidak memihak rakyat. Berbagai kepentinganpun jelas nampak. Hal ini disebabkan karena sistem kapitalisme demokrasi yang diterapkan saat ini adalah sebuah sistem hasil pemikiran manusia yang jauh dari kesempurnaan dan keadilan.
Kapitalisme demokrasi dan Liberalisme lahir dari prinsip sekularisme, yakni pemisahan agama dari kehidupan. Dalam pandangan Kapitalisme, manusia berhak menentukan aturan main kehidupannya. Maka tidak mengherankan, dalam sistem ini, manusia membuat aturan sendiri sesuai dengan kemauan dan kepentingan-kepentingan.
Islam sebagai agama satu-satunya yang diridhoi Allah, sesungguhnya telah memiliki perangkat aturan yang sempurna dalam mengatur urusan kehidupan manusia, baik manusia yang berkaitan dengan dirinya sendiri, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan langsung dengan Allah SWT.
Maka dalam penanganan wabahpun, Islam punya aturannya. Dalam sejarahnya, Islam menetapkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya,"Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya."(HR Imam Muslim).
Kebijakan ini sangatlah tepat dan jika diterapkan, maka tidak akan muncul masalah-masalah lanjutan seperti semakin beratnya beban ekonomi rakyat, masalah pendidikan, pro kontra vaksin, dan sebagainya, yang muncul di tengah masa pandemi ini.
Oleh karena itu upaya pemadaman wabah harus menutup celah masuknya virus yakni dengan mengurangi mobilitas (pergerakan manusia). Karena pergerakan manusia inilah yang menyebabkan pergerakan virus. Apalag
Jika tidak ada skenario membatasi pergerakan masuk dan keluar negeri, laju penyebaran akan terus dan malah meningkat. Berbagai sumber telah menyebutkan bahwa Omicron melaju salah satunya karena perjalanan luar negeri.mungkinan penderita akan terus bertambah. Prediksi para ahli bahkan mengatakan bahwa besar peluang Indonesia untuk menghadapi gelombang ketiga ledakan kasus Covid-19.
Demikianlah Islam, sangat menjaga kelangsungan hidup satu nyawa manusia. Dalam Islam, negara yang berkewajiban sebagai pelindung bagi rakyatnya. Kebijakan negara pun akan mengutamakan keselamatan rakyatnya, bukan pada keuntungan ekonomi, pengusaha ataupun golongan-golongan tertentu.
Wallahualam.
Tags
Opini