Manusia Silver, Fenomena Pengorbanan Umat Demi Sesuap Nasi



Oleh : Hani Rohani

Kesejahteraan umat itu sangatlah penting, karena menopang kehidupan sehari-hari. Apabila kebutuhan sehari-hari tidak dapat terpenuhi, maka umat pasti akan kelimpungan. Terlebih jika mereka diberi cobaan sakit atau kebutuhan mendesak seperti dana pendidikan. Demikianlah, kondisi umat saat ini semakin terpuruk, beban hidup mereka semakin berat, sehingga mereka memutar otak untuk mencari cara mendapatkan penghasilan demi menopang kebutuhan keluarga.

Warga ibu kota mungkin sudah tidak asing lagi dengan keberadaan manusia silver yang sering kita jumpai di berbagai titik di persimpangan lampu merah. Sosok manusia silver tersebut biasanya terlihat paruh baya, namun tak jarang pula terlihat seperti anak di bawah umur. Yang pasti, kehadirannya sering diiringi dengan aksi street performance. Ada yang menyanyi, juga baca puisi.

Mereka rela mengguyur seluruh tubuh dengan cat berwarna silver dari ujung kaki sampai rambut demi sesuap nasi.Bahkan, keberadaan manusia silver kini menjadi fenomena sosial. Namun, upaya dalam mencari rezeki dengan mengguyur dengan cat silver itu ternyata terdapat ancaman kesehatan terhadap mereka.

Dokter Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr. Yeyen Yovita Mulyana, Sp.KK mengungkapkan cat yang dipakai manusia silver biasanya merupakan campuran dari cat sablon. Mereka kadang menggunakan minyak tanah agar warna lebih terang atau minyak goreng jika ingin warna lebih gelap. Pada umumnya cat mengandung bahan kimia seperti Vinyl chloride, Plastisol, formaldehida, logam berat seperti timbal, titanium, kromium, hidrokarbon, dan pelarut (thinner)," paparnya pada IDN Times, Rabu (19/8/2020).

Penggunaan Vinyl chloride dalam waktu singkat bisa mempengaruhi saraf menimbulkan gejala pusing dan sakit kepala, iritasi mata dan saluran napas, iritasi dan alergi pada kulit, bahkan bila terekspos dalam jumlah besar maka akan menimbulkan kerusakan paru dan ginjal. "Efek jangka lama bisa menimbulkan Vinyl chloride’s disease, kerusakan hati, ginjal, otak, cacat pada bayi, abortus, kanker hati, kanker payudara, kanker rongga mulut, dan kanker otak".

Itulah salah satu upaya masyarakat untuk mendapatkan uang demi mengisi perutnya, meski dengan resiko yang dihadapi kelak. Yang penting tidak mencuri, mengambil milik orang, atau mengemis. Begitulah sistem saat ini, umat harus berjuang keras untuk kehidupan mereka. Umat seperti anak yang kehilangan induknya, padahal negeri mereka banyak sumber daya alamnya. Lalu sampai kapan mereka akan seperti ini? Apakah ada solusi untuk menghadapi semua ini?

Dalam sistem kapitalis, setiap kebijakan ekonomi pemerintah tidak akan mampu mewujudkan harapan kesejahteraan. Karena sudah menjadi fitrah dari sistem kapitalis, bahwa hanya pemilik kapital atau modal saja yang akan bisa sejahtera. Adapun rakyat, hanyalah tangga dan tumbal bagi mereka. Jadi wajar, jika rakyat harus selalu berjuang mengubah keadaan.

Bagi seorang muslim, kondisi krisis multidimensi dan pandemi yang mereka hadapi tentu menjadi muhasabah untuk kembali pada aturan Ilahi. Bagi muslim yang meyakini Allah adalah Sang pemberi jalan keluar segala masalah, maka harus yakin akan adanya perubahan jika kita kembali padaNya. Yakni kembali pada sistem Islam yang berlandaskan akidah Islam dengan menerapkan aturan Islam kaffah, mulai dari perkara ibadah sampai politik dan ekonomi. Tentunya dengan pemimipin yang amanah, taqwa serta yang mencintai umatnya. 

Menurut Islam, Kepemimpinan adalah  amanat untuk mengurus orang-orang atau rakyat yang dipimpin.  Rasulullah saw. mengumpamakan pemimpin laksana penggembala (ra’in).  Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
...الإِمَامُ رَاعٍ وَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Al Bukhari  dan Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar r.a.).

Seorang penggembala (ra’in) mendapatkan titipan atau amanat dari  tuannya, yakni sang pemilik domba-domba atau hewan gembalaan lainnya, untuk menggembalakan domba-domba yang dipercayakan kepadanya.  Penggembala itu harus menggiring domba-domba gembalaan (ra’iyyah)  itu ke padang gembalaan (mar’a) yang hijau, yang subur rumput dan dedaunan yang ada di padang itu.  Penggembala itu harus memperhatikan dan mengarahkan agar domba-domba gembalaan itu melahap rumput-rumput dan daun-daun hijau itu agar kenyang.  Juga penggembala itu akan mengarahkan domba-domba gembalaan itu ke mata air-mata air yang ada di padang itu. Demikianlah, maka pemimpin yang amanah, akan mengurus rakyatnya dengan sebaik – baiknya, demi tuannya yakni Allah yang telah mengamanahinya.

Dengan jalan ini, rakyat Indonesia bahkan dunia akan mampu mewujudkan kesejahteraan hidupnya. Negara akan memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan pokok setiap individu rakyatnya, baik sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan
 
Itulah gambaran kehidupan yang rakyat butuhkan. Aturan yang bersumber dari Al-Qur’an yang merupakan cahaya kehidupan, baik di dunia maupun akhirat. Allahu akbar!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak