Harga Bahan Pokok Meroket, Bukti Gagal Kapitalisme



Oleh : Venti Budhi Hartanti, S.Pd.I 


Sudah menjadi kerutinan,setiap tahunnya menjelang akhir tahun dan tahun baru harga bahan pokok mengalami kenaikan. Harga minyak goreng, cabai dan telur mengalami kenaikkan harga menjelang akhir tahun,sampai tahun baru. Namun masyarakat diminta untuk tidak terlalu kuatir atas kenaikkan harga pangan,karena itu hanya sementara dan tidak mempengaruhi perekonomian masyarakat. Benarkah demikian?Meski tahun baru sudah lewat, harga sembako nyatanya belum juga normal. Padahal sebelumnya, Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sempat mengatakan, harga berbagai komoditas termasuk minyak goreng akan turun usai tahun baru 2022.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan. Ia mengatakan, beberapa harga bahan pokok seperti telur ayam dan minyak goreng akan turun setelah Tahun Baru 2022.

Pemerintah begitu optimis karena sejak sebelum nataru operasi pasar terus dilakukan. Untuk minyak goreng misalnya, Pemerintah telah mengguyur pasar dengan 11 juta liter minyak seharga Rp14.000 per liternya. Namun harapan tinggal harapan. Pascatahun baruan, harga sembako nyatanya tetap saja mahal.


Setiap kenaikkan harga pangan tentunya sangat berpengaruh dengan perekonomian masyarakat. Ditambah dimasa pandemi saat ini. Sudahlah kesehatan menurun,kebutuhan hidup semakin banyak ditambah harga pangan juga semakin hari mengalami kenaikkan. Sungguh ironi negara yang kaya akan sumber daya alamnya justru masyarakatnya mengalami banyak kesulitan ekonomi dan kalaparan. Salah satu contoh harga telur ayam yang merupakan salah satu bahan pokok yang tidak bisa lepas dari masyarakat tidak luput juga mengalami kenaikkan. Dipasaran harga tertinggi telur mencapai Rp. 30.000/kg. Tentunya ini sangat menyakiti hati masyarakat. Minyak goreng jauh sebelumnya sudah terlebih dahulu mengalami kenaikkn harga.
Kondisi ini tentu saja sangat memberatkan masyarakat banyak, termasuk para pelaku usaha kecil. Situasi pandemi yang tak kunjung usai telah membuat kondisi ekonomi dan daya beli mereka makin menurun dari sebelumnya. Kini ditambah dengan biaya hidup yang makin mahal.

Terlebih, pada 2022 nanti ada proyeksi tentang kenaikan beberapa pos tarif listrik dan BBM nonbersubsidi. Padahal kenaikan harga kebutuhan pokok, listrik, dan BBM dipastikan akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi. 

Ironisnya, kasus seperti ini terus berulang. Tiap jelang Ramadan, lebaran, dan nataru, harga-harga sembako pasti tak bisa dikendalikan. 

Diakui atau tidak, kondisi ini menunjukkan bahwa Pemerintah memang tak punya pegangan pasti dalam menjalankan roda kepemimpinan. Alih-alih menjadikan kepentingan rakyat sebagai hal yang utama, paradigma sekuler kapitalistik yang mendasari penyelenggaraan pemerintahan membuat fungsi kepemimpinan bergeser dari fungsi yang seharusnya.

Berbeda halnya dengan paradigma Islam. Pemerintah atau negara sejatinya adalah pelayan sekaligus pelindung umat, bukan pebisnis atau pedagang. Mereka wajib memastikan bahwa kebutuhan umat dan keamanan mereka terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana wajib pula bagi mereka memastikan kedaulatan dan kemandirian negara tetap terjaga.

Tak ada kepentingan yang menempel dalam kekuasaan Islam selain harapan beroleh keridaan Allah Swt.. Karena dalam Islam, kepemimpinan adalah alat penegak hukum-hukum Allah, yang amanahnya akan dipertanggungjawabkan di akhirat.

Sepanjang sejarah peradaban Islam itulah, kita mendapati contoh terbaik sistem pemerintahan yang dibutuhkan manusia. Di mana pengurusan urusan umat berjalan demikian sempurna sehingga umat bisa merasakan hidup sejahtera dan penuh berkah di bawah naungannya, sebagaimana firman Allah Swt., 

 وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”(QS Al-A’raf : 96)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak