Oleh Daneen Mafaza
( Aktivis Muslimah Banua)
Nusantara dengan segudang kekayaan alam memiliki daya tarik tersendiri. Termasuk bentang alam berupa pegunungan dan lautan berserta keragaman flora dan faunanya. Adapun Pegunungan Meratus merupakan satu dari sekian keindahan bumi nusantara yang terletak di Kalimantan Selatan.
Pegunungan meratus memiliki luas kurang lebih 600 km2. Meratus merupakan bentang alam pegunungan yang membelah Provinsi Kalimantan Selatan menjadi dua bagian. Titik tetinggi dari rangkaian pegunungan ini adalah gunung halau-halau yang memiliki ketinggian 1.901 MDPL. Pegunungan Meratus dengan status Geopark Nasional ini direncanakan naik status menjadi Geopark Internasional.
Mengutip dari iNewsKalsel.id (23/11/2021) Provinsi Kalimantan Selatan serius mengembangkan Geopark Meratus untuk masuk sebagai UNESCO Global Geopark (UGG). Ditargetkan Geopark Meratus Internasional ini di ajukan akhir tahun 2021.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel melalui Bidang Cipta Karya tengah membangun geosite galeri (Gedung Galeri) Geopark Meratus di area wisata Tahura Sultan Adam. Pemerintah menggelontorkan dana dengan total anggaran sebesar Rp. 900 juta untuk pembangunan geosite tersebut.
Besar harapan status geopark meratus menuju tingkat internasional dapat menyelamatkan bentang alam tersebut. Pelestarian keragaman flora fauna, peningkatan kesejahteraan ekonomi dan lapangan kerja baru di depan mata. Benarkah demikian ?
Realitanya program peningkatan pariwisata sesungguhnya adalah gagasan lembaga Internasional di bawah hegemoni negara kapitalis. Mereka tergabung dalam United Nation Word Tourism Organisation (UNWTO). UNWTO sendiri bekerja sama dengan badan khusus PBB lainnya, salah satunya UNESCO Global Geopark (UGG). Sebagai pemeran utama UGG berusaha merealisasikan tujuan dari SDGs (Sustainable Development Goals) ialah “end proverty” mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk.
Ialah objek wisata dengan konsep geopark pada gilirannya akan mendapat perhatian penuh. Hal ini sejalan dengan program SDG’s yang dilahirkan oleh PBB. Namun sudah menjadi karakter ideologi kapitalisme, merancang program manis namun sarat kepentingan kapitalis.
Jika kita telisik proyek pariwisata skala internasional tentu memerlukan pendanaan dan ragam investasi. Pertanyaanya siapa aktor pendanaan dan investasi ini. Tentu bukan rakyat setempat. Tidak lain adalah para kapitalis pemilik modal dan berkantong tebal. Terlebih ini sejalan dengan program PBB di bawah negara kapitalis. Rakyat dapat apa ? Mungkin sekedar warung sederhana, penjaga parkir atau petugas kebersihan. Jelas aroma penjajahan tercium dari rencana geopark internasional pegunungan meratus ini.
Jika tujuan dari geopark adalah untuk kepentingan konservasi, penelitian dan peningkatan ekonomi rakyat tidaklah menjadi masalah. Namun ternyata kapitalis tidak setulus itu. Atas dasar manfaat materi, geopark ini akhirnya cenderung kepada eksploitasi. Yaitu meraup untung dari pemanfaatan keindahan alam, keunikan bebatuan, keragaman flora fauna dan sebagainya. Pada akhirnya jeratan utang dan investasi tidak bisa dihindari.
Kemudian terlalu naif rasanya pemanfaatan geopark untuk mendobrak ekonomi masyarakat setempat. Pasalnya sangat banyak sumber daya milik rakyat yang diperuntukan kepada investor asing ketimbang rakyat sendiri. Seperti tambang batu bara, emas, nikel, gas alam dan sebagainya. Ini adalah pengaburan kesejahteraan ekonomi rakyat. Ialah wisata alam menjadi prioritas, sumber daya alam dikeruk tanpa batas.
Belumlah lagi pergerakan budaya barat yang menyuburkan liberalisme. Tentu wisata geopark skala internasional memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing. Secara tidak langsung mereka membawa konsep budaya dari negara asalnya. Akhirnya cengkraman liberalisme semakin menjadi.
Untuk melepaskan pola penjajahan lewat pariwista dibutuhkan kesadaran umat, berfikir kritis dan kekuatan yang bersifat ideologis. Dengan keyakinan bahwa konsep yang bisa mendobrak keburukan sistem sekuler kapitalis hanyalah islam. Konsep yang berasal dari Al Khaliq sang pencipta alam semesta yaitu Allah Swt.
Jaminan kesejahteraan di dalam sistem Islam bukan isapan jempol. Telah terbukti berabad-abad lamanya semua tatanan kehidupan mendapat pengurusan dari Negara. Apalah lagi jaminan kesejahteraan ekonomi. Sudah menjadi kewajiban negara Islam dalam menjamin kebutuhan rakyatnya. Sumber pemasukan dalam kesejahteraan rakyat pun memiliki pos kepemilikan yang jelas. Kepemilikan umum, kepemilikan pribadi dan kepemilikan negara.
Adapun tujuan wisata dalam Islam sebagai sarana dakwah dan propaganda serta tadabur alam. Selain itu wisata bisa mengukuhkan keimanan dan keyakinan akan kebesaran Allah Swt. Bukan sebagai ladang bisnis ala kapitalis.
Allah swt berfirman dalam Q.S Ali- Imron ayat 191 “ Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “ Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, Lindungilah kami dari azab neraka.”
Demikianlah Islam rahmatan lil alamin. Islam yang sempurna dan agung mampu menyelesaikan setiap problem kehidupan. Termasuk perkara wisata dan obek wisata. Islamlah satu-satunya solusi kehidupan. Wallahu a'lam bishawab