Oleh: Sri Mariana,S.Pd
(Pemerhati Keluarga dan Generasi)
Merespon masifnya program moderasi beragama akhir-akhir ini, berbagai analisis dari bahayanya sungguh sangat nyata.
"Bahaya Islam moderat sungguh nyata. Penyebarannya akan memecah-belah persatuan umat, memalingkan perjuangan kaum Muslimin, menjauhkan penerapan Islam kaffah, serta kian melanggengkan penjajahan Barat.
Sepintas ide ini nampak positif dan elegan. Namun moderasi beragama diduga merupakan dukungan pemerintah terhadap Global War on Terrorism (GWoT), kampanye Barat yang dilancarkan pasca peristiwa WTC 11 September 2001.
Para politisi dan intelektual Barat membuat klasifikasi Islam moderat versus Islam radikal. Islam moderat ialah Islam yang tidak anti Barat, tidak bertentangan dengan sekularisme, di mana substansi Islam moderat adalah Islam sekuler, menerima nilai-nilai Barat (demokrasi, HAM), berkompromi dengan imperialisme Barat(Tintasiyasi.com/Nov/21).
Hal senada, istilah ‘moderasi’ lahir bukan dari rahim ajaran Islam. Pada tahun 1998,Siapa pun yang mengamati pergerakan Islam akan menemukan bahwa gagasan moderasi itu berkembang paralel dengan tudingan terhadap Islam dan para pejuangnya. Juga paralel dengan berkembangnya sekularisme, pluralisme dan liberalisme.
Pada tahun 1980-an orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam disebut sebagai ekstrem kanan. Tuduhan anti-Pancasila pun disematkan kepada orang yang berpegang pada ajaran Islam. Namun, keterikatan pada ajaran Islam pun tak tergoyahkan. Berikutnya, pada tahun 1990-an siapa saja yang terikat pada syariah Islam disebut dengan tuduhan fundamentalis. Siapa saja yang berpegang kuat pada al-Quran dan as-Sunnah dicap sebagai fundamentalis(https://al-waie.id/muhasabah/bahaya-moderasi-islam/17/Sep/21).
Ironisnya,gaung moderasi terus diaruskan. Bahkan sampai ke daerah-daerah. Seperti halnya tahun depan (2022), Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama (Kemenag) Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadikan toleransi antar umat beragama sebagai skala prioritas kerja(https://maknanews.com/2021/12/12/2022-kemenag-kalsel-prioritaskan-toleransi-antar-umat-beragama).
Nampak nyata bahwa program moderasi beragama merupakan cerminan sekularisme, dengan kata lain agama hanya boleh diterapkan dalam ranah pribadi bukan dalam ranah masyarakat dan negara. Bahkan bisa dikatakan bahwa moderasi beragama merupakan program kelanjutan “Islamofobia”.
Bagaimana tidak? Moderasi beragama terus digodok dan disajikan kepada umat Islam agar Islam dijalankan oleh kaum Muslim secara moderat (parsial), tidak mengakar atau totalitas. Berbagai cara dilakukan untuk melancarkan proyek moderasi agar umat Islam menjadi jahil (bodoh) bahkan fobia (takut) terhadap agamanya sendiri.
Salah satunya adalah dengan menyihir kaum muslim dengan pemikiran moderat kemudian muncul perkataan dan ajakan yang seolah menarik dan sesuai dengan ajaran Islam padahal menyalahi syariat Islam. Ibarat racun yang dibalut dengan madu.
Telah makin jelas sesungguhnya, target para musuh Islam dan agen mereka adalah menyebarkan dan mengukuhkan Islam moderat. Mereka memberikan “cap” radikal pada umat yang berusaha menjalankan syariat Islam, kemudian seolah-olah memberikan solusi dengan moderasi beragama.
Tanpa disadari sesungguhnya Islam moderat tidak akan memberikan solusi apa pun melainkan justru makin menjauhkan dari pemahaman Islam yang benar. Mengapa? Sesungguhnya ide Islam Moderat ini pada dasarnya adalah bagian dari rangkaian proses sekularisasi pemikiran Islam ke tengah-tengah umat, yang diberi warna baru. Ide ini menyerukan semua agama sama dan menyerukan untuk membangun Islam inklusif,bersifat terbuka, toleran terhadap ajaran agama lain, menyusupkan paham bahwa semua agama benar.
Allah Swt. dengan sangat tegas menyatakan bahwa agama yang benar dan mulia di sisi Allah hanyalah Islam, terlebih lagi adanya celaan yang pasti bahwa tidak akan diterima agama selain Islam, dan mereka tidak akan selamat di akhirat kelak. Dari sinilah kita mendapati penganut Islam moderat memberlakukan toleransi melampaui batas yang telah digariskan oleh Islam.
Bahkan, murtadnya seseorang dianggap sebagai hak seseorang, maka tampak jelas ide ini bertentangan dengan akidah Islam. Bisa kita bayangkan jika hal ini mereka ajarkan kepada kaum muslimin, maka kerusakanlah yang akan terjadi. Muslim Ideologis akan teracuni pemikirannya dengan pemikiran yang bertentangan dengan Islam, dan tentu saja hal ini sangat berbahaya bagi umat di saat ini maupun di masa datang.
Moderasi Islam ini dilakukan karena pesanan dari musuh-musuh Islam. Tujuannya untuk memperlemah umat Islam sendiri. Tak ada kemaslahatan bagi umat islam dengan menyingkirkan ajaran agamanya. Pihak yang mendapat keuntungan adalah justru musuh-musuh Islam.
Wallahu a’lam bishshawab.
Tags
Opini