Toleransi Kok Musiman?




Oleh : Ade Farkah

Memasuki bulan Desember, gembar gembor tentang toleransi makin nyaring terdengar. Pasalnya, ada serangkaian kegiatan keagamaan yang dianggap perlu untuk tolerir, yakni Natal dan Tahun Baru. Bisa dikatakan bahwa bulan Desember itu identik dengan toleransi (musiman).

Padahal, Natal dan Tahun Baru merupakan perayaan wajib bagi umat Kristiani. Tetapi tidak untuk umat yang beragama lain. Hal itu berarti bahwa perayaan Natal dan Tahun Baru (Masehi) memang milik umat Kristen. Sehingga, bagi umat yang beragama lain tidak perlu ikut campur di dalamnya.

Sebagaimana surat edaran yang di terbitkan oleh Kanwil Kemenag Sulsel mengenai imbauan pemasangan spanduk ucapan Natal dan Tahun Baru (republika.co.id, 18/12/21). 

Imbauan tersebut jelas di arahkan kepada umat Islam. Hal ini berarti bahwa adanya prasangka bahwa umat Islam tidak toleran terhadap ajaran agama lain. Prasangka tersebut jelas tak berdasar. Karena Islam telah mengajarkan tentang toleransi ribuan tahun lamanya. 

Melalui Al-Qur'an, umat Islam di didik untuk menerapkan toleransi terhadap ajaran agama lain dengan cara tidak mengusik pelaksanaan ibadahnya juga tidak memaksa orang lain untuk masuk Islam. Bahasanya sangat jelas, bahwa agama kalian itu hanya bagi kalian tidak akan mempengaruhiku ; dan agamaku hanya bagiku dan tidak akan sampai kepada kalian (TQS. Al Kafirun : 6).

Dari fakta tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya ada yang ingin memecah belah persatuan. Menghembuskan narasi intoleran untuk mengusik kenyamanan dalam beragama. Oleh karenanya, tuduhan intoleran terhadap umat Islam itu jelas salah alamat.[]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak