PNS Diganti Robot, Efektifkah?

Oleh : Asham  Ummu Laila
(Relawan Opini, Sulawesi Tenggara)

 Anggapan  beban negara amat besar  karena pengeluaran dana ratusan triliun setiap tahunnya untuk pembayaran PNS. Menyebabkan munculnya wacana digantikannya Pegawai Negeri  Sipil (PNS) oleh robot Al, wacana ini muncul seiring dengan rencana Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang akan lebih banyak memanfaatkan kemajuan teknologi kedepannya, sehingga jumlah PNS akan dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh robot Al dan akan banyak tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia, bakal dikerjakan oleh robot (Indozone, Ahad 28 November 2021).

Wacana tersebut  sebenarnya telah mencuat  pada 2019, ketika presiden Jokowi menyampaikan robot lebih cepat bekerja  dibandingkan  PNS eselon III dan IV. Ada beberapa pejabat terkait menilai bahwa menggantikan manusia degan mesin adalah suatu hal yang biasa karena mengikuti perkembangan zaman, seperti  halnya mesin yang sudah menggantikan  pegawai penjaga tol dan CCTV yang menggantikan peran petugas patroli  dan pengawas jalan.  Ada pula yang berpandangan  bahwa  hal itu merupakan salah satu cara yang efisien untuk menghemat anggaran negara khususnya untuk menggaji  PNS.  Benarkah ?

Berdasarkan APBN 2020, nominal belanja negara mencapai  15%, dan tercatat bahwa nominal belanja pegawai setara dengan pembayaran utang dan bunganya  yang harus dibayarkan pemerintah. Yaitu sekitar  Rp. 400 triliun, meliputi pembayaran gaji dan tunjangan, serta pemenuhan kebutuhan utama birokrasi. (CNBC Indonesia,29/11/2021). Miris ya?, tetapi jangan salah membengkaknya anggaran belanja negara sebenarnya  bukan hanya karena menggaji PNS  melainkan untuk membiayai  infrastruktur, belum lagi tunjangan hidup anggota dewan.

Karenanya  dikhawatirkan  alasan ingin mengikuti perkembangan  zaman, malah faktanya akan menjadi ribet. Sebab restrukturisasi  pada tubuh PNS  hanya akan menambah masalah baru, diantaranya, akan berdampak  bertambahnya  angka pengangguran. Sementara Per Agustus 2021 Badan pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran  di Indonesia sebanyak 9,1 juta orang (Indozone, Ahad 28 November 2021). Sehingga bisa dipastikan   memangkas jumlah pekerja (PNS)  dan menggantikannya dengan mesin robot bukanlah solusi  dari  persoalan  menciptakan kesejateraan rakyat. 

Pemikiran seperti itu hanya akan lahir dari sitem  kapitalis – demokrasi , yang memperlihatkan  kemajuan bangsa yang semu. Disatu sisi mengejar  agar setara dengan negara maju, namun pada sisi lain  malah mengabaikan kebutuhan rakyat akan lapangan kerja.Padahal  para meter majunya suatu bangsa  terlihat dari meningkatnya kualitas  kehidupan, baik dari sisi perlindungan, kesejahteraan  termasuk kecerdasan  juga terjaminnya pemenuhan seluruh kebutuhan rakyat  bukan  bersandar pada trend global ,  yang mengandalkan kemajuan teknologi  tapi malah mengabaikan kebutuhan rakyat akan  lapangan kerja.  

  Sebaliknya  negara  harusnya selalu berupaya  meningkatkan teknologi dengan tidak merugikan rakyatnya sendiri sebab itu telah menjadi  tujuannya  yaitu menciptakan ketenangan  dan kestabilan bagi tingginya suatu peradaban.  Hal ini telah di praktekan dan dibuktikan pada masa peradaban Islam, diantaranya  memberikan perlindungan tanpa memandang  status dan kelas sosial, meningkatkan taraf hidup rakyat  serta memajukan sains teknologi  melebihi capaian  peradaban maju mana pun juga mampu berkontribusi  positif dan signifikan pada kanca dunia.

Terhadap dinamika zaman peradaban Islam  pun terbukti  mampu bertahan selama 1.300 tahun, hal itu dapat tercapai  karena sistem pemerintahan  dan sistem ekonomi Islam  bersifat promotif ( mendorong kemajuan)  bukan sekedar  akomodatif  ( menoleransi kemajuan). Demikian pula sistem  ekonomi nya tidak dikuasai  olah para kapitalis yang selalu mendorong  penemuan dengan nilai komersial. Berbedah jauh dengan cara pandang  Islam bahwa penemuan  dipandang datang dari Allah SWT dan manusia menggunakannya untuk mendekat kepada-Nya. Yang berarti bahwa teknologi  hadir untuk memudahkan kehidupan manusia bukan untuk  menambah masalah baru apalagi memperburuk kehidupan manusia.

Karena itu Islam dalam  menjaga masyarakat, termaksuk  menemukan atau pun menggunakan teknologi  menerapakan 3 (tiga pilar )yaitu: Kesadaran individu, kontrol masyarakat dan penerapan sanksi oleh kepala negara untuk mencegah  pelanggaran dan penyalagunaan pelanggaran hukum Islam. Oleh karenanya dapat terwujud peradaban yang tinggi, maju dan mensejahterakan rakyat. Semua itu akan bisa nyata kembali hanya dengan penerapan hukum Islam yang kaffah (sempurnah). Wallahu’alam Bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak