Perebutan Natuna, Bukti Kurangnya Wibawa

Oleh: Atik Hermawati


Dilansir dari Kompas.com (03/12/2021), China menuntut Indonesia menyetop pengeboran minyak dan gas bumi (migas) di rig lepas Laut Natuna Utara melalui sebuah surat dari Diplomat China kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia. China berdalih, lokasinya berada di wilayah yang diklaim milik China. Masalah ini terjadi sejak awal tahun tanpa jalan keluar. 

Ujung selatan Laut China Selatan merupakan zona ekonomi eksklusif bagi Indonesia menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Kemudian menamai wilayah tersebut dengan Laut Natuna Utara pada 2017. Dengan payung hukum tersebut, Indonesia memiliki kewenangan penuh untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di sana.

Namun, tetap saja China sendiri meng-klaim yang luas atas perairan Laut China Selatan dan bersengketa dengan sejumlah negara di kawasan tersebut. Sehingga kapalnya yang menerobos dan larangan terhadap Indonesia dianggap sah-sah saja. China mencoba menunjukkan kekuatannya di hadapan negeri ini? Lalu apa yang melatarbelakangi?


Wibawa yang Hilang

Bukan rahasia, kekayaan alam melimpah di kepulauan Natuna. Baik di daratnya maupun di lautnya. Menurut laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan migas di Laut Natuna Utara cukup besar. Cadangan minyak bumi terbukti di Laut Natuna Utara sebesar 92,63 juta standar barel atau milion stock tank barrel (MMSTB). Sementara itu, cadangan potensial minyak bumi di Laut Natuna Utara adalah 137,13 MMSTB. Cadangan potensial itu terdiri dari cadangan harapan sebesar 88,90 MMSTB dan cadangan mungkin 48,23 MMSTB. Belum lagi cadangan gas bumi juga kekayaan laut yang di kandungnya.

Namun sayang seribu sayang, kekayaan alam itu tak membuat Indonesia mampu menjamin masyarakatnya. Bahkan untuk masyarakat Natuna sendiri. Natuna memiliki Indeks Pengembangan Manusia (IPM) terendah daripada lima kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Riau. Sebab sebagian besar pendapatan kekayaan alam itu mengalir deras pada perusahaan swasta asing. Modal, tenaga ahli, dan peralatan telah dikuasai. Juga KKN di lingkaran oligarki. Sehingga Natuna hanya kecipratan remah-remahnya.

Kapal China yang mondar-mandir di sana bukanlah tiba-tiba. Meskipun negeri ini punya payung hukum, namun sudah kehilangan taringnya lebih dulu. Bagaimana tidak, Indonesia telah dipertaruhkan dengan utang pada China yang menjerat luar biasa. Kedaulatan Indonesia dalam kondisi gawat darurat. Dilansir dari Kompas.com, (15/10/2021), per medio Oktober 2021, Indonesia tercatat memiliki utang tersembunyi kepada Cina sebesar US$17,28 miliar atau Rp245,37 triliun (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS) terkait dengan strategi Belt and Road Initiative (BRI) atau One Belt One Road (OBOR) gagasan Cina.

Akhirnya dengan utang riba tersebut, China semakin punya kekuatan untuk mencengkeram kedaulatan negara ini. Pemberian utang oleh asing sudah tentu menyebabkan hegemoni, sebab itu juga menjadi salah satu alat penjajahan mereka. Sehingga mudah sekali bersikap sewenang-wenang dan negeri ini tak mampu mengelakkan.


Islam Membebaskan Negeri

Ideologi Islam yang harusnya diemban oleh negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia akan menjadi kekuatan besar untuk mempertahankan kedaulatan. Islam sama sekali tak membiarkan penjajahan sejengkal pun. Politik luar negeri dan segenap kemampuan ditujukan untuk meninggikan kalimat tauhid dan menggetarkan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)" (Q.S Al-Anfal [8] : 60).

Kekayaan alam dikelola mandiri tanpa hegemoni asing maupun swasta. Dialokasikan untuk keperluan negara dan mengurusi kebutuhan hidup masyarakat. Utang riba jelas haram, tidak ada satu kesepakatan dengan kafir harbi yang akan menjerumuskan negeri ini pada kesengsaraan.

Kembalikan kedaulatan negeri ini dengan syariat Islam yang diterapkan secara total dalam bingkai Khilafah ala minhaj an-nubuwwah. Kapitalisme ialah aturan rusak yang menyebabkan negeri ini tergadai. Natuna akan selamat dan negara berwibawa hanya dengan sistem Islam.

Wallahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak