Oleh: Tri Setiawati, S.Si
Polemik pendidikan saat ini tak kunjung usai. Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri merupakan perguruan tinggi yang pengelolaannya di bawah naungan Kementerian Agama. Berdasarkan namanya, PTKIN semestinya menjadi pionir dalam mengembangkan pendidikan Islam. PTKIN memiliki kesempatan yang besar dalam menyebarkan pemahaman Islam baik di kalangan mahasiswa ataupun masyarakat. Sayangnya, PTKIN tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Perguruan tinggi Islam yang seharusnya menjadi rujukan bagi tsaqofah Islam, ternyata bertindak sebaliknya. Ya, PTKIN kini menjadi sarang penyebaran moderasi beragama. Pemahaman moderasi beragama sangat masif beredar di kalangan pendidik maupun mahasiswa.
PTKIN benar-benar menjadi target utama penyebaran moderasi beragama. Sebab PTKIN merupakan markasnya para pemuda yang identik memiliki pemikiran Islam. Para pemuda ini pada nantinya akan lebih mudah diterima masyarakat sebab memiliki latar belakang pendidikan Islam dari PTKIN. Jika akal mahasiswa telah dicuci dengan narasi sesat moderasi beragama maka semakin memuluskan proyek moderasi beragama memang merupakan agenda kafir barat. Salah satu cara yang digunakan untuk menarik gen z atau para pemuda supaya mudah teracuni moderasi beragama adalah dengan menyelenggarakan lomba menulis karya ilmiah essai tentang moderasi beragama di kalangan mahasiswa PTKIN. Penyelenggara berdalih latar belakang penyelenggaraan lomba karya tulis essai moderasi beragama di kalangan mahasiswa PTKIN tersebut yakni untuk meningkatkan literasi di kalangan para pemuda. Selain itu lomba karya tulis essai ini juga untuk meningkatkan sikap menghargai antar umat beragama.
Dalam lomba karya tulis essai moderasi beragama yang diselenggarakan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) PTKIN se-Indonesia, Dema Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah (SATU) Tulungagung meraih penghargaan salah satu kategori 30 nominasi esai terbanyak dan masuk 10 duta moderasi beragama. Dari 5757 karya tulis lomba, Dema UIN SATU Tulungagung mengirimkan sebanyak 4711 essai. (jatim.nu.or.id, 2/12/2021)
Pencapaian yang diperoleh dengan menghasilkan ribuan karya ilmiah berupa essai moderasi beragama tersebut membuktikan banyaknya para pemuda yang teracuni narasi sesat tersebut. Sangat memprihatinkan, para mahasiswa begitu antusias mengikuti perlombaan yang sejatinya hanya akan menjebak pemikiran mereka dan semakin menjauhkan dari Islam kaffah. Semakin gencarnya gempuran narasi sesat moderasi beragama di kalangan mahasiswa tentu saja sangat berbahaya. Mahasiswa yang semestinya menjadi pelopor perubahan perjuangan Islam akan berbalik arah menjadi provokator yang melemahkan Islam dan kaum muslimin. Mahasiswa juga merupakan para pemuda generasi penerus perjuangan yang memiliki berbagai potensi untuk kebangkitan Islam.
Moderasi beragama hakikatnya merupakan agenda negara-negara kafir barat yang dikembangkan ke negeri-negeri muslim untuk menjauhkan umat dari pemahaman syariat Islam secara kaffah. Selain itu, narasi moderasi beragama juga menghadang kebangkitan Islam dengan tegaknya Khilafah. Kebangkitan Islam inilah yang tidak diinginkan dan begitu ditakuti negara kafir barat yang dipimpin Amerika Serikat.
Kaum muslimin khususnya para pemuda semestinya menyadari akan bahaya moderasi beragama. Para pemuda harus kritis terhadap narasi apapun yang berkembang, khususnya narasi moderasi beragama. Jangan menjadi pemuda yang hanya mengikuti arahan narasi sesat tanpa memikirkan sebab dan akibat yang ditimbulkan. Pemuda yang seperti ini ibarat kerbau dicocok hidungnya. Jika hal ini terus dibiarkan maka para pemuda akan mudah sekali menjadi agen moderasi beragama yang terus menggerogoti Islam dan kaum muslimin. Kian derasnya penyebaran moderasi beragama semestinya membuat generasi muda Islam semakin kuat memegang teguh Al-Qur'an dan As-sunah. Karena Al-Qur'an dan As-sunah inilah yang menjadi filter atas gempuran berbagai pemahaman yang rusak. Al-Qur'an dan As-sunah menjadi peta petunjuk para pemuda dalam mengarungi ganasnya kehidupan. Dengan begitu maka para pemuda memiliki benteng yang kokoh yang tak akan mudah dimasuki dengan ide sesat moderasi beragama. Sebab moderasi beragama yang dihembuskan di kalangan mahasiswa ini begitu halus. Sehingga tanpa terasa para mahasiswa menjadi teracuni pemikirannya. Bahkan parahnya menjadi pelopor penyebaran moderasi beragama.
Selain itu, para pemuda juga harus semakin giat berdakwah mengajak kembali pada Islam kaffah sehingga Islam dapat diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan langkah-langkah seperti inilah generasi muda Islam dapat selamat dari pemikiran rusak moderasi beragama dan agenda jahat dari kafir barat dapat dihentikan.