Oleh
: Dina
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas
menegaskan moderasi agama bukan berarti memoderasi agama, karena agama dalam
dirinya sudah mengandung pripsip moderasi yaitu keadilan, dan keseimbangan.
“Jadi bukan agamanya yang harus dimoderasi
melainkan cara pandang dan sikap umat beragama dalam memahami dan menjalankan
agamanya yang harus moderasi,” tegas Menag yang hadir secara virtual pada
Dialog Moderasi Beragama dan Rapat Koordinasi Wilayah GP Anshor Kalimantan
Selatan di Banjarbaru Sabtu (09/10/21) siang.
Agama jelas Ketua umum GP Ansor tersebut,
tidak ada yang mengajarkan perusakan,
kezaliman dan angkara murka. “Agama tidak perlu dimoderasi lagi namun cara
sesorang beragama harus selalu didorong kejalan tengah agar tidak ekstrem dalam
beragama,” pesan Menag kepada kader GP Anshor Kalimantan Selatan sekaligus
membuka kegiatan secara resmi.
Selanjutnya Menag mengharapkan agar jargon
moderasi beragama yang menjadi program prioritas Kementerian Agama dalam di
RPJMN 2020-2024 dan menjadi program nasional agar dijadikan ruh dan kata kunci
yang harus menjiwai program pelayanan agama dan keagamaan.
“Moderasi beragama perlu diejawantahkan dan
bahkan dilembagakan dalam system dan struktur kerja Satker- Satker di
Kementerian Agama, termasuk GP Ansor sebagai mitra Kementerian Agama,” pesan
Menag.
Senada dengan Menag, Kepala Kantor Wilayah
(Ka.Kanwil) Kemenag Kalsel Dr. H. Muhammad Tambrin M.M.Pd yang hadir selaku
pemateri dikesempatan tersebut menyampaikan Kemenag hadir sebagai lokomotif
negara dalam membangun harmoni beragama.
Keragaman etnis, suku, budaya, bahasa, dan
agama yang ada terang Tambrin menegaskan bahwa semua pemeluk agama berhak
memeluk agama yang dianutnya dan berpandangan bahwa agama yang dianutnya adalah
agama yang benar dan baik. Namun, di sisi lain setiap pemeluk agama juga harus
menghargai hak pemeluk agama lain yang juga berpandangan bahwa agama yang
dianutnya adalah agama yang benar dan baik.
Setiap agama memiliki doktrin ajaran yang
absolut akibat beda latar kesejarahan melahirkan klaim kebenaran dan klaim
keselamatan yang tidak mungkin disamakan,” terang Tambrin.
Untuk itu Tambrin mengharapkan GP Ansor
sebagai organisasi kepemudaan bisa menjadi mitra Kemenag dalam upaya mendorong
dan menjalin komunikasi dengan berbagai elemen untuk mewujudkan moderasi agama
dan mempersiapkan desain pemberdayaan umat bergeser dari doktrin idiologis
menuju pemberdayaan SDM yang berdaya saing dan moderat.
Isu moderasi agama telah kembali mencuat ke
permukaan. Upaya ini dilakukan tak lain hanya akan menjauhkan kaum Muslim dari
Islam itu sendiri. Namunenjadi hal yang wajar di negeri yang menganut sistem
sekulerisme. Memisahkan agama dari kehidupan sudah dalil dalam sistem ini. Demi
menjaga eksistensinya para penguasa negeri ini dengan sengaja melontarkan
ide-ide baru agar masyarakat tetap berpihak ke sistem yang terbukti rusak ini.
Apa yang perlu dibanggakan dari sistem
buatan manusia seperti sekulerisme. Berbagai macam kemunduran, kerusakan,
bahkan keterpurukan banyak ditorehkan oleh sistem ini. Perekonomian makin
anjlok, pergaulan bebas semakin parah, banyaknya kasus korupsi ditambah
berbagai macam benca alam terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan.
Maka kembali kepada sistem yang benar yang
bersumber dari Yang Maha Sempurna merupakan hal yang seharusnya dilakukan oleh
para penguasa serta seluruh masyarakat negeri ini. Bukan justru berpihak kepada
ide asing.
Kaum Muslimin harus cerdas dalam menilai
berbagai upaya yang dilakukan oleh orang-orang yang benci dengan Islam untuk
menjauhkan mereka dari hakikat Islam itu sendir. Karena hanya dengan kembali
kepada sistem Islam maka negeri ini dapat diselamatkan dari berbagai upaya
penghancuran oleh para kapitalis liberal.