Kontes Kecantikan: Kapitalisasi Perempuan Yang Selalu Dibanggakan



Oleh : Ummu Hanif
(Pemerhati Sosial dan Keluarga)

       Grand final Miss Grand International 2021 digelar di Bangkok, Thailand, pada Sabtu (4/12/2021) malam. Berlangsung mulai pukul 19.00, ajang Miss Grand International 2201 telah mengumumkan pemenangnya. Miss Grand Vietnam 2021 Nguyen Thuc Thuy Tien menjadi pemenang Miss Grand International 2021. Sedangkan perwakilan Indonesia yaitu Sophia Rogan tembus babak top 10 Miss Grand International 2021. (www.detik.com, 5/12/2021)

Dalam malam final tersebut meski belum berhasil membawa pulang gelar juara, Indonesia mendapatkan perhatian istimewa. Secara khusus final Miss Grand International 2021 menghadirkan sesi di mana Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno berbicara di layar video. Momen itu terjadi setelah pembawa acara mengumumkan bahwa ajang Miss Grand International 2022 akan digelar di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan Bali pada tahun 2022 mendatang. Melalui rekaman video, Sandiaga pun mengungkapkan kebanggaannya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyatakan kontes tersebut memiliki visi menghentikan perang dan kekerasan. Menurut Sandi, memahami budaya yang berbeda adalah cara menghindari perang dan menyebarkan kesadaran akan perdamaian. (www.liputan6com, 5/12/2021).

Ajang kontes kecantikan hampir tidak pernah sepi dari pemberitaan media dunia. Seakan menutup mata dari kasus eksploitasi, banyak decak kagum mengiringinya. Betapa tidak, sangat jelas ada eksploitasi perempuan di sana, terutama fisik mereka. Parameter 3B (brain, behavior and beauty) yang selalu menjadi kreteria penilaian, sudah menunjukkan pasti ada eksploitasi fisik. Pada umumnya, kriteria beauty atau fisik ini yang menjadi penentu utama pemenangan peserta kontes. Meskipun cerdas dan perilakunya tampak baik, namun jika tidak cantik maka tidak akan memenangkan kontes tersebut.
Dengan dalih kebebasan berekspresi, tubuh perempuan dijual. Setiap senti tubuhnya menjadi komoditi meskipun harus melanggar nilai-nilai yang bertentangan dengan syariat dan norma yang berlaku di masyarakat, seperti membuka aurat, menonjolkan lekuk tubuh, melakukan pornoaksi dengan memakai baju minim dan sebagainya.
Kecantikan perempuan dijual untuk mendatangkan cuan dan keuntungan materi lain. Industri kecantikan menjamur dan menyokong berbagai ajang kecantikan seperti ini supaya produk mereka terkenal. Ini adalah bukti konkrit para perempuan dikapitalisasi. Namun sayangnya, para perempuan itu sendiri justru bangga dengan semua itu.
Islam adalah agama sekaligus pandangan hidup yang sejatinya memuliakan perempuan. Islam adalah agama yang adil dan tidak membedakan nilai manusia dari sisi fisiknya. Manusia diciptakan Allah swt dengan beragam kondisi fisiknya, baik warna kulit, warna mata, warna rambut, bentuk wajah, tinggi badan dan lain-lain. Semuanya sama di hadapan Allah Swt, yang membedakan adalah tingkat ketakwaannya. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kalian” (TQS. AL-Hujurat: 13).
Islam memuliakan perempuan dengan tidak menempatkannya sebagai mesin pendulang uang. Islam tidak mengeksploitasi fisik perempuan sebagaimana kapitalisme. Islam menjaga kehormatan dan kemuliaan perempuan muslimah untuk menjaga aurat dan menutupnya sebaik mungkin. Sistem Islam akan menciptakan lingkungan yang sehat dari perbuatan maksiat, melarang perbuatan porno (pornoaksi) dan memblokir semua konten berbau pornografi di semua media yang bisa terakses kedalam negara Islam. Wallahu a’lam bish-shawwab.[]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak