Oleh : Nurfillah Rahayu
(Team Pejuang Pena Dakwah)
Bicara soal bisnis tentunya ada barang atau jasa yang dijual. Tak terkecuali dengan Vaksin.
Dilansir dari KumparanNEWS ( 4 Desember 2021), Menkes Budi Gunadi Sadikin mengundang investor asing untuk memproduksi vaksin mRNA di Indonesia. Hal ini karena ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku obat-obatan hingga teknologi di bidang kesehatan dari luar negeri.
Ia mengakui Indonesia sempat kesulitan mengakses vaksin corona saat pandemi COVID-19 merebak. Bahkan saat kasus corona melonjak beberapa waktu lalu, jadwal vaksinasi di Indonesia sempat kacau karena negara produsen menghentikan distribusi bahan baku atau vaksin.
“Itu menunjukkan kalau kamu enggak memiliki kapasitas produksi nasional yang kuat di Indonesia, sebagai negara yang besar yang memiliki 270 juta penduduk, ini sangat-sangat berbahaya,” kata Budi dalam pertemuan industri kesehatan dengan sejumlah investor asing di Hotel Mulia, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (3/11).
Ia menawarkan investasi berupa penanaman modal atau berbagi kecanggihan teknologi dalam memproduksi vaksin. Menurutnya, Indonesia sejatinya telah mampu menguasai teknologi vaksin yang menggunakan virus dan prot
Budi juga membuka peluang bagi investor dalam pengembangan 14 jenis vaksin tersebut. Ia berjanji Indonesia bakal memberi keringanan baik dari segi regulasi hingga insentif pajak dalam kerja sama pengembangan vaksin tersebut.
Hal tersebut sangatlah memperlihatkan bagaimana lemahnya negara kita dalam pengadaan vaksin. Semestinya vaksin adalah sesuatu yang gratis diberikan oleh negara kepada rakyatnya. Murni diproduksi sebagai kebutuhan yang tidak diperjualbelikan.
Ini menegaskan kelemahan menyiapkan kebutuhan dasar publik bahkan membuka pintu tekanan asing dalam mengendalikan pemenuhan hajat publik.
Sistem kapitalisme yang ada sekarang jelas sekali lebih memikirkan banyak keuntungan dibanding kebutuhan utama rakyatnya.
Padahal dalam Islam telah dijelaskan solusi bagaimana pemerintah menangani wabah serta vaksin sebagai ikhtiar penawarnya.
Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al Maidah berikut ini,
"Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al-Kitab yang kalian sembunyikan dan banyak (pula yang) dibiarkannya". (Al-Maidah: 15)
"dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus." (Al-Maidah: 16)
Kaum muslimin pada fase pertama penyebaran Islam telah mengikuti ajaran-ajaran Al-Quran dengan penuh keyakinan dan kesadaran, sehingga mereka menjadi umat terbaik di antara manusia. Mereka menguasai berbagai kawasan yang makmur pada waktu itu, serta mengalahkan kerajaan Roma dan Persia dengan menjalankan kebijaksanaan dalam pemerintahan yang adil, dan disaksikan oleh musuh-musuhnya. Orang-orang yang teraniaya dibela dalam rangka menegakkan keadilan. Oleh karena itu, agama Islam telah diakui sebagai unsur mutlak dalam pembinaan karakter bangsa dan pembangunan negara.
Setelah generasi mereka berlalu dan diganti dengan generasi yang datang kemudian, ternyata banyak yang melalaikan ajaran agama tentang keadilan dan kebenaran, sehingga keadaan mereka berubah menjadi bangsa yang hina. Padahal sebelum itu, mereka merupakan bangsa yang terhormat, berwibawa, mulia, dan disegani oleh kawan maupun lawan. Mereka menjadi bangsa yang diperbudak oleh kaum penjajah, padahal sebelumnya mereka sebagai penguasa. Mereka menjadi bangsa yang mengekor, padahal dahulunya mereka merupakan bangsa yang memimpin.
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya telah mencantumkan sebuah bab dengan judul: Kezaliman dapat Menghancurkan Kemakmuran. Beliau mengemukakan beberapa contoh dalam sejarah sebelum dan sesudah Islam, bahwa kezaliman itu menghancurkan kekuasaan umat Islam dan merendahkan derajatnya, sehingga menjadi rongrongan dari semua bangsa. Umat Islam yang pernah jaya terpuruk beberapa abad lamanya di bawah kekuasaan dan penjajahan orang Barat.
Apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum dengan penyakit, kemiskinan, atau bermacam-macam cobaan yang lain sebagai akibat dari perbuatan buruk yang mereka kerjakan, maka tak ada seorang pun yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Allah.
wallahualam bisowab.
Tags
Opini