Oleh : Ummu Adam
Niat hati, ingin memberikan yg terbaik kepada anaknya, dengan menitipkan anak di pondok pesantren, malah berakhir petaka. Begitu sekiranya yang saat ini dirasakan beberapa orang tua, yg anaknya menjadi korban pemerkosaan oleh gurunya sendiri.
Di kutip KOMPAS.com -8 desember 2021. Seorang guru di salah satu yayasan pesantren di Kota Bandung, melakukan tindakan pencabulan dan pemerkosaan terhadap 12 anak perempuan yang adalah anak didiknya sendiri. Bahkan 8 dari korban tengah hamil, satu diantaranya pernah hamil dua kali karena kelakuan bejat pelaku.
Pelaku tidak lain adalah pemimpin pondok pesantren tahfizh Alquran. Naudzubillah, dia sudah menyalahgunakan kekuasaannya sebagai tenaga pengajar, guru yang merupakan profesi yang dihormati, sebagai pendidik seharusnya memberi contoh yang baik terhadap muridnya.
Agama dan kedudukan hanya dijadikan topeng oleh pelaku. Pesantren yang notabennya menjadi tempat untuk menuntut ilmu agama, kini bisa jadi di pandang sebelah mata oleh orang-orang diluaran sana, karena kelakuan oknum guru satu ini.
Lagi-lagi nama Islam tercoreng, apalagi muncul tagar bubarkan ponpes mulai diluncurkan netizen. Namun adapula beredar pengakuan tetangga dari pelaku bahwa pesantren tersebut merupakan pesantren yang mengajarkan paham Syiah. Hal itu diungkapkan oleh seorang warganet yang tidak diketahui namanya di sebuah grup WhatsApp. Dan dalam grup WhatsApp itu, dia mengatakan ingin meluruskan kabar yang beredar, terkait pesantren yang diasuh pelaku, bahwa ponpes tersebut mengajarkan paham syiah dan nikah mut'ah. (www.hop.id 10/12/2021)
Kepemimpinan negara yang membolehkan paham tersebut ada di negri, seolah menjadikan pokok permasalahan liberalisme. Munculknya paham-paham yang mengaku Islam seolah tak henti-hentinya mencoreng nama asli Islam. Di dalam Islam, pemimpin seharusnya adalah seseorang yang jiwa kepemimpinan nya berdasarkan hukum Allah. Oleh karena itu, pemimpin sepatutnya dialah yang paling tahu tentang hukum Illahi. Mempunyai iman dari hati, takut akan larangan Allah SWT. Bukanlah dia yang mengedepankan hawa nafsunya demi kepuasaan sesaat yang malah merusak generasi selanjutnya.
Kasus seperti ini, kekerasan/pelecehan seksual dalam sistem sekuler liberal yg mengagungkan kebebasan akan terus saja terjadi. Hukuman bagi pelaku juga tiada ketegasan, membuat pelaku tak jera. Dan solusi yang terbaik, yang mampu mengatasinya hanya kembali kepada syariah Islam.
Wallahu alam bi showab.