KEKERASAN MASA PACARAN, BUTUH SOLUSI SISTEMIK




Oleh : Nunik, Ibu Rumah Tangga,  Andir - Ciparay Kab. Bandung.

Pekan ini viral kasus mahasiswi cantik yang bunuh diri disebelah makam ayahnya. NWS ditemukan warga dalam kondisi tewas disebelah makam ayahnya di Makam Islam Sugihan kecamatan sooko Mojokerto, kamis (2/12) sekitar pukul 15.30 WIB. Mahasiswi perguruan tinggi di Malang ini diduga nekat bunuh diri mengakhiri hidupnya dengan menenggak racun, polisi menemukan sisa cairan racun dalam botol plastik di lokasi tewasnya korban. 

Nama Bripda Randy Bagus kemudian menjadi perbincangan hangat dimedsos karena disebut-sebut menjadi penyebab korban bunuh diri. Bripda Randy adalah mantan kekasih korban, yang akhirnya ditetapkan sebagai tersangka terkait aborsi yang dilakukan bersama mantan kekasihnya NWS (23) yang tewas setelah menenggak racun, anggota Polres Pasuruan itu kini menjalani penahanan di Rutan Polda Jatim.

Kasus ini tidak lah cukup dikawal dengan penangkapan pacar korban, sepatutnya ini mendorong memperbaiki tata pergaulan dan menghapus beragam nilai liberal. Tak bisa dipungkiri bahwa kita memerlukan solusi untuk segera menyelesaikan masalah ini, namun bukan berarti kita memerlukan Permen dan RUU PPKS yang liberal. Dimana RUU tersebut menentukan bahwa terjadi atau tidaknya kekerasan seksual dipicu oleh ada atau tidaknya kekerasan seksual consent (persetujuan) dari si korban. Sehingga jika RUU ini disahkan pun justru akan semakin melebarkan pintu kebebasan karena persetujuan korban yang menjadi dasar.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Satu-satunya solusi sistemik yang akan memperbaiki akar masalah hingga semua ujungnya adalah kembali kapada sistem Islam. Karena pergaulan bebas, tingginya aborsi, perzinahan, resiko tinggi penyakit seksual, LGBT, hubungan sedarah, dsb., merupakan permasalahan cabang, akar permasalahannya adalah sistem Sekulerisme yang diterapkan di negeri ini, agama dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, dari urusan pemerintahan/negara, agama hanya dipakai untuk urusan ibadah saja. Untuk apa kita mempertahankan Sekulerisme jika kerusakan terus merajalela? Lalu apa fungsi negara jika tidak mampu mengurusi umatnya? Dengan kerusakan-kerusakan yang lain terjadi sudah lah cukup menjadi bukti bahwa Sekulerisme tak bisa membawa kita menuju kebaikan, sudah saatnya kita kembali mengkaji, mendakwahkan dan menerapkan Islam. Karena Islam akan menjadi rahmatan lil 'alamin jika diterapkan diseluruh aspek kehidupan manusia.
Wallahu a'lam bish showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak