Oleh :Dwi Oktaviani Tamara
(Pemerhati
Masalah Publik)
Akhir-akhir ini muncul kembali isu tentang
terorisme. Para pelaku terduga terorisme ditangkap oleh Densus 88. Kepala badan
Nasional Penanggulangan Terorisme (BPNPT),Komjen Boy Rafli Amar memaparkan
setidaknya ada sekitar 216 orang terlibat dalam aksi terorisme sejak Januari
hingga Mei 2021.
Dari bulan Januari hingga Mei 2021 terdapat
216 orang tersebut. Ada 71 orang yang terkait jamaah Al islamyah. Lalu kelompok
kedua terdapat 144 orang ansharut Daulah. Dan satu orang adalah terkait
deportan (Kompas.com. 27/05/2021).
Tidak hanya itu, Densus 88 Anti teror polri
kembali menangkap dua tersangka teroris Berinisial SU Dan DRS, di wilayah Lampung keduanya merupakan
penjabar lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal (BM) Abdurrohman bin Auf (ABA) Di
Lampung.
Diduga SU merupakan Anggota jaringan jamaah
islamiyah (JI) sejak tahun 1998. Dia ditangkap dalam kapasitasnya sebagai
bendahara LAZ, BM, ABA, (Berita satu.com
03/11/2021).
Isu terorisme kembali berulang menjelang
akhir tahun ini dan yang sangat memperhatikan adalah dimana fenomena
penangkapan terorisme yang dikaitkan dengan banyak hal berorientasi dengan
Islam. Dari toko ulama, kebun kurma dan dizakati semua berkaitan dengan isu
terorisme tersebut .
Hal ini jelas membawa keresahan bagi umat
Islam saat ini, terlebih lagi tindakan penangkapan ulama yang marak terjadi
saat ini. Sungguh miris.
Sebagai seorang muslim, seharusnya kita ketika diteror tetap harus kritis dan harus membongkar
kebenaran dibalik isu yang terus terulang. Selain itu adanya isu tersebut
seharusnya bisa lebih mendesak pemerintah untuk memberantas tuntas jaringan
terorisme secara keseluruhan, agar kaum muslimin dan ajaran Islam tidak lagi
menjadi fitnah dikemudian hari. Sehingga tidak menjadikan Islam sebagai pihak
tertuduh lagi.
Dengan adanya isu terorisme yang beredar
tentu kita sebagai rakyat RI yang beragama Islam akan berkomentar bahwa ketika
sebuah ajaran Islam atau individual yang melakukan ritual ibadah Islam dituduh
teroris adalah sebuah pengalihan isu semata.
Namun, dalam sistem kapitalisme stigma
negatif selalunya disematkan dalam Islam. Hal ini akibat kurangnya peran negara
dalam melindungi agama Islam, bahkan negara seakan mengamini kondisi tersebut.
Akibatnya isu-isu terorisme selalu mengarah pada Islam dan sulit untuk diberantas.
Islam adalah agama yang selalu mengajarkan kedamaian, kasih
sayang, Islam tidak pernah mengajarkan untuk berbuat kekerasan terhadap sesama muslim.
Bahkan Islam mengajarkan toleransi terhadap umat beragama
artinya tidak mengusik agama lain untuk beribadah sesuai agama yang mereka
yakini
Sebagaimana allah berfirman dalam surat al
kafirun :
1)Katakanlah (Muhammad), Wahai orang-orang
kafir. 2) ku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3) Dan kamu bukan
penyembah apa yang aku sembah. 4)Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah. 5) Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang
aku sembah. 6) Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. (TQS.109:1-6)
Islam mengajarkan kita arti kedamaian bukan
permusuhan. Islam mengajarkan kita arti kasih sayang bukan saling membenci satu
sama lain. Islam mengajarkan kita arti kelembutan hati bukan dengan kekerasan.
Karena Islam adalah agama penyempurna dan tidak dengan tujuan yang buruk.
Kemudian Islam pun jelas menjaga kemuliaan
agama, ada sanksi tegas yang diberikan oleh negara Islam kepada para pembenci
dan pendengki Islam. Sehingga, kehormatan dan kemuliaan Islam terjaga dengan
sempurna. Wallauhu A'alam Bisshwab.