Oleh : Asma Sulistiawati ( Mahasiswa UM Buton)
Bencana alam merupakan salah satu qada Allah yang sudah ditetapkan,
namun dibalik ketetapan juga terdapat teguran untuk dapat membenahi diri.
Setiap dari kita tidak ada yang menginginkan terjadinya bencana tersebut, maka
sudah sepantasnya kita tetap berhusnuzan terhadap perkara qada yang menimpa
kita.
Dilansir dari Kompas.com, Gunung semeru meletus pada Sabtu
(04/12/2021) sekitar 14.50 WIB. Visual letusan tidak teramati tetapi erupsi
terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5.160 detik.
"Volume magma dari gunung semeru tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya yang
banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya" Kata Mirzan.
Alhasil dari terjadinya bencana ini jatuhnya korban tak bisa
terelakkan. Bahkan BNPB mencatat jumlah korban jiwa bertambah 14 jiwa dan ini
bisa jadi masih akan terus bertambah.
Saat ini pertolongan atas penanganan pun sangat diperlukan. Bantuan
dan uluran tangan dari penguasa sangat diharapkan, apalagi untuk ibu-ibu dan
anak-anak. Kerusakan yang ditimbulkan dari gunung semeru sangat luar biasa dan
sangat diluar prediksi.
Bahkan tanda bahaya yang diberikan teknologi canggih saat bencanapun
tidak ada. Ini membuktikan bahwa negara masih kurang sigap dalam
penanganan pra bencana. Meskipun tak
bisa dipungkiri terjadinya bisa kapan saja namun bukankah ini salah satu
kelalaian?
Cukuplah kejadian dari gunung semeru ini bisa dijadikan pelajaran,
bahwa sesungguhnya negara harus siap sigap atas kondisi teknologi pendeteksi
bencana. Sebab banyak nyawa yang menjadi taruhan apabila hal ini tidak
ditanggapi dengan serius.
Ini salah satu bentuk keteledoran pada sistem kapitalisme yang
dimana hanya memikirkan sesuatu yang bersifat untung rugi saja. Jika diamati,
teknologi pendeteksi ini sudah seharusnya jika memang berfungsi dengan baik
pasti akan ada tanda peringatan sebelumnya sehingga warga bisa evakuasi.
Jika kita berkaca pada Islam bagaimana kesigapan penguasa dan negara
dikala itu sangat komprehensif. Dari kondisi penanganan terhadap musibah,
khilafah menggariskan kebihakan komprehensif yang tegak atas akidah Islamiah.
Bahwa keberadaan bencana alam merupakan salah satu ketetapan Allah yang tidak
bisa dihindari. Akan tetapi ada ikhtiar yang harus dilakukan untuk mengindar
dari keburukan yang ditimbulkan.
Keperkasaan gunung semeru selayaknya membuat siapa saja sadar, jika
tidak ada yang bisa melawan alam dalam kondisi seperti ini. Sehingga jika
terjadi pada masa daulah maka penanganan bencana ini akan meliputi penanganan
prabencana, ketika dan pasca bencana.
Penanganan pra bencana yaitu seluruh aktivitas ditujukan untuk
mencegah atau menghindarkan penduduk dari bencana, ini sering disebut dengan
sebutan mitigasi. Mitigasi ini berfungsi untuk upaya mengurangi bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman alam seperti halnya gunung semeru.
Khilafah juga akan membentuk tim yang akan menangani suatu bencana.
Tim ini dibentuk secara khusus dan dibekali dengan kemampuan dan peralatan yang
canggih. Tim ini juga bergerak secara aktif melakukan edukasi terus menerus
kepada masyarakat.
Adapun manajemen ketika terjadi bencana adalah seluruh kegiatan yang
ditujukan untuk mengurangi jumlah korban dan kerugian material akibat bencana.
Kegiatan lain yang tidak kalah penting adalah menyiapkan lokasi pengungsian,
membentuk dapur umum dan posko kesehatan, serta pembukaan akses jalan
komunikasi guna memudahkan tim SAR untuk berkomunikasi dan mengevakuasi korban
yang masih terjebak oleh bencana.
Alhasil, berhasil atau tidaknya kegiatan ini tergantung bagaimana
negara memantau keberhasilan pra bencana. Jika dilihat kondisi sigap gunung
semeru butuh ditangani lebih lanjut.
Namun bukan hanya ikhtiar saja yang dilakukan pada saat terjadi
bencana namun kesadaran juga perlu. Sebab yang dilakukan oleh Rasulullah ketika
terjadi bencana adalah mengajak bertaubat sambil mengingat kemaksiatan apa yang
dilakukan sehingga Allah menurunkan bencana alam. Hal ini dilakukan untuk
menjaga kesadaran dan ruhiyah masyarakat.
Akan tetapi sebenarnya bukan hanya masyarakat jika kita lihat saat
ini kondisi Indonesia sangat miris akan ruhiyah. Bahkan bukan hanya gunung
semeru, teguran yang diberikan Allah juga sudah sering diberikan baik banjir
maupun yang lainnya. Sehingga sudah seharusnya kesadaran juga itu perlu untuk
semua baik rakyat maupun penguasa serta
hukum saat ini yang sangat banyak menzalimi.
Sudah saatnya kita kembali aturan Allah yang menyeluruh. Sudah
saatnya kita sadar dengan kondisi saat ini dimana jika kita masih saja jauh
dengan aturan Allah maka petaka akan terus kita dapati. Solusi pun ketika itu
bukan datang dari Islam sifatnya akan sementara dan tidak menyeluruh.
Kita umat yang diciptakan oleh-Nya maka sudah seharusnya kita
sebagai manusia menurunkan kadar ego dan mengakui bahwa kita lemah dan
terbatas. Sehingga dari situ kita perlu sadar bahwa secanggih atau semoderen
apapun saat ini kita tidak akan bisa terlepas dari yang namanya aturan Allah.
Wallahu'alam