Selamatkan Perempuan dari Jebakan UMKM




Oleh : Rindoe Arrayah

Tidak bisa dimungkiri, jika UMKM memiliki peran yang sangat besar dalam menstabilkan perekonomian. Selama pandemi, ketangguhan UMKM dinilai cukup tinggi karena mampu membuka lapangan kerja dan meyerap tenaga kerja. 64 persen pelaku UMKM Indonesia adalah perempuan. Sehingga bagi Indonesia, memberdayakan UMKM berarti juga memberdayakan perempuan.

Ada hal yang perlu menjadi perhatian kita bahwa menggantungkan harapan pada UMKM seolah membuka kesempatan bagi negara untuk berlepas diri dari tanggung jawabnya sebagai raa’in (pengurus urusan rakyat). Peran pemerintah dengan membuka link bagi pelaku UMKM, pemberian stimulus dan kredit usaha serta provider layanan daring menunjukkan bagaimana pemerintah bertindak sebagai regulator.

Sebuah kerja keras menentukan suksesnya suatu usaha yang dirintis dan seberapa lama mereka mampu bertahan di tengan persaingan bisnis yang ketat. Begitu pula dengan partisipasi perempuan. Dalam pandangan ekonomi kapitalis, kaum perempuan diberdayakan sedemikian rupa untuk meningkatkan perekonomian negara. Pemberdayaan perempuan dalam ekonomi akan memberatkan tugas perempuan. Peran mereka teralihkan pada hal yang sifatnya mubah.

Banyak yang sudah mengetahui bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam. Hanya saja pengelolaan sumber daya alam (SDA) dengan sistem kapitalisme menjadikan barang milik umum diprivatisasi para pemodal yang bersekutu dengan rezim-rezim korup. Akibatnya sumber pendapatan negara dari SDA terputus, negara tidak memiliki modal untuk penanganan krisis dan resesi. Sehingga mereka, termasuk perempuan harus memeras keringat demi memenuhi nafkahnya pada saat ancaman virus Corona masih mengintai.

Seandainya saja SDA yang ada di seluruh negeri muslim dikelola sesuai sistem politik Islam, niscaya kaum muslim mampu bertahan bahkan memberikan mereka peluang untuk membiayai segala keperluan rakyat meskipun dalam kondisi darurat seperti pandemi dan musibah lainnya.

Sayangnya, pemanfaatan SDA untuk kekayaan umat, hanya bisa terjadi bila kita mau hidup dalam aturan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah SWT. Perempuan pun akan kembali ke dalam fitrahnya sebagai ibu dan pencetak generasi. Tidak perlu bersusah payah berkiprah demi mencari nafkah dan menstabilkan perekonomian negara.

Untuk itu, sudah selayaknya kita berjuang dalam satu barisan demi tegaknya kembali sebuah institusi yang akan menerapkan Islam dalam seluruh lini kehidupan. Sehingga, akan tercapai rahmatan lil 'alamiin.

Wallahu a'lam bishshowab.

Oleh : Rindoe Arrayah

Tidak bisa dimungkiri, jika UMKM memiliki peran yang sangat besar dalam menstabilkan perekonomian. Selama pandemi, ketangguhan UMKM dinilai cukup tinggi karena mampu membuka lapangan kerja dan meyerap tenaga kerja. 64 persen pelaku UMKM Indonesia adalah perempuan. Sehingga bagi Indonesia, memberdayakan UMKM berarti juga memberdayakan perempuan.

Ada hal yang perlu menjadi perhatian kita bahwa menggantungkan harapan pada UMKM seolah membuka kesempatan bagi negara untuk berlepas diri dari tanggung jawabnya sebagai raa’in (pengurus urusan rakyat). Peran pemerintah dengan membuka link bagi pelaku UMKM, pemberian stimulus dan kredit usaha serta provider layanan daring menunjukkan bagaimana pemerintah bertindak sebagai regulator.

Sebuah kerja keras menentukan suksesnya suatu usaha yang dirintis dan seberapa lama mereka mampu bertahan di tengan persaingan bisnis yang ketat. Begitu pula dengan partisipasi perempuan. Dalam pandangan ekonomi kapitalis, kaum perempuan diberdayakan sedemikian rupa untuk meningkatkan perekonomian negara. Pemberdayaan perempuan dalam ekonomi akan memberatkan tugas perempuan. Peran mereka teralihkan pada hal yang sifatnya mubah.

Banyak yang sudah mengetahui bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam. Hanya saja pengelolaan sumber daya alam (SDA) dengan sistem kapitalisme menjadikan barang milik umum diprivatisasi para pemodal yang bersekutu dengan rezim-rezim korup. Akibatnya sumber pendapatan negara dari SDA terputus, negara tidak memiliki modal untuk penanganan krisis dan resesi. Sehingga mereka, termasuk perempuan harus memeras keringat demi memenuhi nafkahnya pada saat ancaman virus Corona masih mengintai.

Seandainya saja SDA yang ada di seluruh negeri muslim dikelola sesuai sistem politik Islam, niscaya kaum muslim mampu bertahan bahkan memberikan mereka peluang untuk membiayai segala keperluan rakyat meskipun dalam kondisi darurat seperti pandemi dan musibah lainnya.

Sayangnya, pemanfaatan SDA untuk kekayaan umat, hanya bisa terjadi bila kita mau hidup dalam aturan Sang Maha Pencipta, yaitu Allah SWT. Perempuan pun akan kembali ke dalam fitrahnya sebagai ibu dan pencetak generasi. Tidak perlu bersusah payah berkiprah demi mencari nafkah dan menstabilkan perekonomian negara.

Untuk itu, sudah selayaknya kita berjuang dalam satu barisan demi tegaknya kembali sebuah institusi yang akan menerapkan Islam dalam seluruh lini kehidupan. Sehingga, akan tercapai rahmatan lil 'alamiin.

Wallahu a'lam bishshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak