Saat Anak Tak Lagi Berbakti

 


Oleh: Sinta Nesti Pratiwi

(Freelance Writer)


Dilansir dari laman Viva.co.id, Ahad, 31 Oktober 2021, seorang ibu bernama Trimah, 65 tahun, warga Magelang, Jawa Tengah, dititipkan ke sebuah panti jompo, Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang, Jawa Timur. Dalam wawancara dengan tvOne, Minggu, 31 Oktober 2021, ia mengatakan alasan dia dititipkan ke panti jompo adalah karena anak-anaknya tidak mampu membiayai orang tua. 


"Karena dia masih numpang sama mertua, anak 4, kondisi Covid ini tidak bekerja," kata Trimah. Trimah menuturkan anaknya baik laki-laki maupun perempuan sekarang menjadi tukang ojek. Meskipun sekarang dititipkan ke panti jompo, dia tetap berharap hati anak-anaknya suatu saat terbuka hatinya.


Mudah-mudahan kebuka pintu hatinya, masih sayang sama kita, masih nengokin kita, sewaktu-waktu," kata dia. Trimah menuturkan ia sudah 5 hari di sana. Dia menilai orang-orang di sekitar panti baik semuanya. "Krasan (betah)," jawabnya saat ditanya apakah betah atau tidak tinggal di panti jompo tersebut.


Dia menambahkan sejauh ini tidak ada aktivitas apa-apa. Hanya mengaji dan olahraga kalau hari Minggu seperti ini. "Kita gak bisa jalan, di kursi roda," katanya. Trimah pun mengaku tidak ada kontak dengan keluarga. Namun, dia memiliki seorang adik tapi sudah menikah. "Kita gak enak nyampur sama dia," tuturnya. 


Sementara itu, salah satu pengurus Griya Lansia Husnul Khatimah, Nur Hadi, berharap tidak ada kejadian seperti ini lagi dan supaya anaknya merawat lagi orang tuanya. Karena mereka sebenarnya hanya fokus pada lansia yang terlantar. 


Air susu dibalas air tuba, begitulah sepenggal pepatah yang nampaknya sesuai untuk menggambarkan fakta di atas. Hati siapa yang tidak terenyuh mendengar kabar seorang nenek lansia dititipkan ke panti jompo oleh anaknya. Padahal seorang ibu ikhlas merawat anak-anaknya sampai dewasa, namun sayang ketika usia sudah menua, terkadang anak enggan untuk merawat orang tuanya, apalagi ketika sedang sakit.  


Selain itu, faktor ekonomi selalu menjadi alasan klasik yang masih terdengar saat ini, sehingga karena alasan tersebut anak seolah berlepas tangan dari tanggung jawab merawat orang tuanya.


Hal semacam itu tentu bukan merupakan kasus yang pertama kali, anak tega menyakiti perasaan orang tua. Sebelumnya pun pernah terjadi bagaimana seorang anak rela menuntut orang tuanya di pengadilan, lagi-lagi karena ekonomi (materi). Kasus tersebut jelas menyayat hati, sebab ada yang salah dari sudut pandang anak ataukah memang tidak ada pengetahuan tentang pentingnya memuliakan orang tua?


Padahal peran ibu begitu besar dalam membesarkan dan merawat anak-anaknya dengan sebaik-baiknya, tetapi sayang anak belum tentu bisa merawat ibunya dengan baik, terlebih ketika mereka di usia senja. Sungguh begitu mulianya hati seorang ibu.


Wahai anak lelaki, sekalipun engkau sudah menikah tetap orang tuamu menjadi tanggung jawab seumur hidup. Maka perlakukanlah mereka dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau bertanya kepada Rasulullah Saw., "Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?" Rasulullah menjawab "Suaminya (apabila sudah menikah)". Aisyah bertanya lagi "Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?" Rasulullah menjawab "Ibunya" (HR. Muslim).


Karenanya, jika seorang istri melarang suaminya memberikan nafkah kepada orang tuanya, maka suami istri tersebut bisa dikatakan berdosa. Namun, apabila seorang istri turut merelakan bagian rezeki suami untuk ibunya, maka insyaaAllah, Allah Swt. akan menambah rezeki dari suaminya. 


Oleh karena itu, sulit mencetak generasi yang saleh dan salehah, jika sistem tak mengkondisikan hal tersebut, sehingga terciptalah anak yang minim adab. Karenanya wajar jika sistem saat ini tak sedikit mencetak generasi yang menjadi hitung-hitungan untung rugi terhadap orang tuanya. Sementara sistem Islam akan menanamkan pemahaman akan pentingnyanya berbakti kepada orang tua, sehingga akan terbentuk generasi  yang paham bagaimana memuliakan oran tua. Di sini pula peran negara memiliki andil, agar jangan sampai faktor ekonomi menjadi alasan bagi anak durhaka terhadap orang tuanya. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak