Pesisir Indonesia Terancam Tenggelam, 2050 Diperkirakan Jakarta akan Tenggelam, Bukan Bencana Alam, Melainkan Bencana Akibat Ulah Manusia!



Oleh Anindya Annisa

Banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari badan sungai akibat curah hujan yang relatif tinggi dan tidak mampu ditampung oleh penampang sungai atau dapat dikatakan kondisi muka air jauh di atas normal.

Dilansir dari bbc.com, sekitar 23 juta orang di pesisir Indonesia diperkirakan harus menghadapi ancaman banjir laut tahunan pada tahun 2050 akibat penggunaan air tanah berlebihan, konversi lahan dan perubahan iklim. Kenaikan suhu global berimbas pada gunung es di kutub utara dan selatan, yang mencair dan mendorong kenaikan permukaan air laut.

Merujuk data satelit yang dikumpulkan selama 20 tahun oleh ITB, penurunan permukaan air laut di perairan Indonesia diperkiraan sekitar 3 - 8 mm per tahun. Sementara, estimasi penurunan permukaan tanah diperkirakan lebih drastis, berkisar antara 1-10 cm per tahun. Bahkan, di beberapa tempat, penurunannya mencapai 15-20 cm per tahun.

Para ahli mengukur topografi garis pantai di seluruh dunia dan menemukan kenaikan air laut yang naik drastis dalam dekade terakhir. Hal ini kemudian menguatkan prediksi, pada 2050 nanti sebagian besar permukaan laut di seluruh dunia bakal naik mencapai dua meter atau lebih. ( sumber : kompas.com ) 

Sedangkan penyebab terbesar terjadinya banjir adalah adanya perubahan iklim, dan kurangnya lahan hijau di wilayah tersebut. Penyebab terjadinya perubahan iklim sendiri adalah karena adanya interaksi antara komponen-komponennya dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti perubahan pengunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.

Sedangkan berapa banyak pabrik produksi yang ada di Indonesia? Berapa banyak bahan bakar yang sudah terbakar untuk memenuhi kebutuhan berkendara kita setiap harinya ? Hampir tak terhitung.

Dan banyak sekali para penebang lahan ilegal dan pabrik-pabrik yang tidak melakukan penanaman kembali pohon-pohon yang sudah mereka tebang. Banyak juga para developer bangunan dan estate yang tidak memikirkan tentang lahan hijau di daerahnya, dan hanya terus membangun bangunan diatas tanah yang menyebabkan tanah semakin rendah, terutama wilayah yang memang sejak awal sudah merupakan dataran rendah.

Faktor lain penyebab banjir juga dipengaruhi jenis tanah, tutupan lahan, dan pengolahan lahan. Banjir adalah kondisi meluapnya muka air sungai akibat tingginya aliran sungai sehingga tidak mampung tertampung oleh penampang sungai yang ada. Kita lihat dari contoh kasus banjir bandang yang terjadi di wilayah Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, salah satu pemicunya adalah kerusakan kawasan hutan. 

“Perlahan tapi pasti”, itulah kalimat yang dapat mendefinisikan keadaan saat ini, perlahan pesisir kita terancam akan tenggelam, apabila tidak segera ada penanggulangan serta ada pergerakan untuk segera memperbaiki keadaan saat ini, tidak akan ada yang dapat menyelesaikan siklus rusaknya alam akibat ulah manusia ini.

Sedangkan beberapa wilayah di Indonesia  yang terendam banjir, pemerintah hanya sibuk membangunkan tanggul sebagai penolongan pertama saja, contohnya tanggul yang ada di Jakarta tepatnya di Muara Angke, yang sudah beberapa kali tanggul tersebut amblas dan banjir rob pun kembali datang. 

Sedangkan di daerah Muara Baru, Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta warga untuk bersabar soal banjir rob atau banjir pasang di Muara Baru Penjaringan, Jakarta Utara karena saat ini pemerintah sedang membangun tanggul di pantai utara. (Dilansir dari tempo.com)

Sedangkan solusi yang kita butuhkan bukanlah hanya pembangunan tanggul, tetapi permasalah sistemik yang ada, tanggul hanya menunda permasalahan yang ada datang kembali, tetapi tidak menyelesaikan permasalahan banjir ini. Setiap tahunnya warga pun sudah meninggikan rumah mereka dan banjir masih tetap saja menggenangi rumah-rumah warga. 

Mengapa biaya yang ada tidak digunakan sebagai biaya reboisasi dan pengadaan lahan hijau?, dan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dengan semakin mempermudah akses kendaraan umum? Tak hanya di daerah ibu kota, tetapi seluruh Indonesia, karena perubahan iklim tidak hanya terjadi di Jakarta saja.

Allah memberikan kita alam yang sangat indah untuk kita jaga, tetapi kita sendiri yang merusaknya. Sistem saat ini yang mengatur kita, nyatanya menyengsarakan rakyat. 23 Juta bukanlah angka yang kecil, nyawa setiap orang sangatlah berharga.
Wallaahu A’lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak