Nikah Muda Yes, Mama Muda No!


Oleh:  Bunda Irsyad 
Aktivis Serdang Bedagai


Saat ini manusia hidup dalam kecanggihan teknologi yang sangat canggih. Semua hal dapat diakses hanya dalam genggaman.  Ya, tak lain benda yang sangat berguna tersebut adalah handphone/android. Semua kalangan pun tak terlepas dari alat tersebut, dari anak-anak hingga dewasa.  Baik untuk keperluan pendidikan, bisnis, dakwah maupun hiburan semata. 

     Namun tak sedikit pula yang salah dalam menggunakan kecanggihan teknologi untuk hal-hal yang bertentangan dengan norma dan aturan agama. 
Banyak generasi yang akhirnya jatuh kedalam pergaulan yang seharusnya belum layak untuk mereka konsumsi. 

     Apalagi saat pandemi covid-19 menyerang, banyak anak-anak dan remaja yang akhirnya tidak bisa belajar bersama di sekolah.  Segala kegiatan pun dibatasi, sehingga ruang gerak serasa sempit.  Hanya tinggal TV dan gadget yang bisa menjadi teman. 

     Tak dipungkiri, dengan kecanggihan teknologi tersebut banyak  aktor-aktris yang menjadi idola. Bahkan banyak aplikasi yang super canggih yang bisa membuat orang-orang menajdi mendadak terkenal. 

     Namun yang jadi pertanyaan, apakah semua berjalan baik atau sebaliknya? 
Tentu bagi orangtua ini menjadi masalah baru yang harus diselesaikan.  Sebab anak-anak yang seharusnya fokus untuk mengenyam pendidikan kini sudah mulai mengenal dunia percintaan. 

     Anak SD sudah banyak yang pacaran, bahkan sudah akrab dengan panggilan Ayah-bunda bakal keluarga sungguhan. Saling berjanji untuk setia sampai maut menjemput.  Alhasil ketika merasa dikhianati nyawa pun diakhiri, seperti ikhrar yang terpatri "mencintai sampai maut menjemput".


     Apakah selesai sampai disini, tentu belum.  Masih banyak lagi yang negatif yang menghinggapi fikiran para remaja. Terhalang usia untuk menjalin cinta, akhirnya menikah menjadi pilihan. Dan akhirnya pendidikan yang harus dikorbankan. Mau dibawa kemana generasi kita kedepan jika sejak dini sudah rusak dengan hal-hal yang seharusnya belum layak untuk mereka jalani. 


     Ini semua tentu tak lain buah dari kecanggihan teknologi yang mudah diakses, sehingga banyak orang yang jadi pembebek (meniru)  hal yang meraka anggap keren dan indah, serta layak untuk di contoh. Namun dengan minimnya pengamanan justru kita harusnya lebih waspada menghadapi era 4.0 yang super canggih ini. 

     Seperti kita tahu bersama, bahwa panutan generasi saat ini ada pada sosok aktor-aktris yang sedang naik daun.  Segala perilaku hingga keseharian mereka seolah menjadi trand yang harus bahkan wajib diikuti. 

     Inilah hal yang harus diwaspadai, seperti yang belum lama ini beredar ungkapan dari beberapa artis/selebgram Indonesia hingga luar negeri.  Ya, meraka menyatakan bahwa menikah tak harus memiliki anak, dan melahirkan, mengurus anak adalah sebuah tanggung jawab yang mengekang wanita.  Bahkan menjadikan wanita tertindas, tidak punya lagu kebebasan untuk berkarir dan berekspresi. 

     Ini adalah pemikiran yang sangat berbahaya. Seorang publik figur bagaikan panutan bagi anak zaman now.  Maka ketika mereka menyuarakan hal yang negatif tentu ini tidak boleh didiamkan. 
Menolak memiliki keturunan (child free), merupakan ide feminisme yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam. 

     Dalam ajaran Islam sendiri Rasulullah saw,  mengarahkan agar umat nya memperbanyak keturunan. Dan menikah sendiri Allah sudah menerangkan dalam al-quran, bahwa salah satu tujuan dari pernikahan ialah untuk mendapatkan keturunan. (QS.An-nahl ayat 72).

     Karna menikah adalah sebuah ibadah/menyempurnakan separuh agama.  Jadi jangan sampai ada yang justru menganggap pernikahan hanyalah sebuah ritual menyatukan lelaki dan perempuan menjadi pasangan halal. Dan memiliki anak bukanlah sebuah penindasan melainkan sebuah anugrah yang Allah berikan. 

     Allah mengangkat derajat seorang wanita ketika ia menjadi seorang ibu, bahkan ridho Allah tergantung ridho seorang ibu. Allah juga mengumpamakan surga ada dibawah telapak kaki ibu.  Karna begitu mulianya seorang ibu, bahkan dalam al-quran tertulis 3 x penghormatan terhadap ibu baru setelahnya ayah. 
 
     Melahirkan seorang bayi adalah hal terindah yang dinanti seorang wanita.  Perjuangan yang luar biasa dibalas Allah dengan penghapusan dosa.  Sepatu ibu yang baru melahirkan ia kembali fitrah suci seperti bayi yang baru lahir. 

     Lantas masih pantaskah pemikiran child free itu ada pada umat islam? 
Wahai generasi sadar dan bangkitlah, sesungguhnya tauladan terbaik adalah Rasulullah bukan yang lain. Mulai saat ini gantilah pola fikir kita.  Menikahlah ketika memang sudah siap, bukan karna nafsu semata. Dan lakukan semua dengan niat ibadah, agara keberkahan kita dapatkan. 

     Menikah memang tidak tentang berapa usia kita, tapi lebih untuk kesiapan kita. Baik fisik, mental maupun ilmu dalam berumah tangga. Karna berumah tangga adalah ibadah terpanjang yang harus banyak yang dipersiapkan. Jika menikah hanya lah nafsu belaka, perhatikanlah dampak yang harus diketahui.  

     Jika memang belum siap menikah makan jauhilah hal-hal yang merangsang nau', misal pacaran.  Karna itu jelas haram dan merugikan saja. Tak mengapa nikah muda asal sudah benar punya bekalnya. Dan bukan sebuah dosa ketika menjadi ibu muda, karna itu adalah anugerah yang mungkin tak semua bisa merasakannya. 

     Banyak perceraian pada pasangan muda bukan karna nikah diusia muda, melainkan karna minimnya bekal ilmu tentang berumahtangga dan tidak lurusnya niat ketika hendak menikah. 


     Dan bagi generasi muda tuntutlah ilmu tanpa kenal kalah, sebab kelak kalian akan melahirkan dan mendidik sebuah generasi yang akan melanjutkan perjuangan bangsa dan agama. 

Wallahu a'lam bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak