Nasib Pilu Lansia di Era Kapitalis



Oleh : Ani Yunita
 (Pemerhati Generasi)


Sebuah berita viral menampakkan anak yang menitipkan ibu nya ke panti jompo, berita tersebut beredar di viva.co.id pada minggu (31/10) lalu. Anak tersebut menitipkan ibunya dengan dalih tak mampu membiayai kebutuhan hidupnya. Kejadian tersebut nyatanya tak hanya menimpa ibu yang beritanya viral itu saja, melainkan banyak lansia (orang lanjut usia) lain yang mengalami hal serupa.

Nasib pilu para lansia ini merupakan buah dari sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang masih diterapkan saat ini, dengan prinsip yang senantiasa mengedepankan keuntungan dan materi semata. Alhasil, sistem ini membawa dampak luar biasa dalam hal perekonomian dan pola pikir masyarakat.

Melonjaknya angka kemiskinan di era pandemi saat ini, merupakan salah satu bukti tentang buruknya pengaturan hidup dalam sistem Kapitalisme. Adapun lepas tangannya seorang anak atas orang tuanya sebagaimana kisah di atas, merupakan salah satu efek yang diakibatkan berbagai tekanan hidup dan himpitan di sistem tersebut. Selain juga pergeseran moral dan hilangnya rasa tanggungjawab anak kepada orang tuanya.

//Kapitalisme mengikis moral anak//

Pemahaman Kapitalisme nyatanya telah mengikat beberapa nilai dan pemahaman di tengah masyarakat. Itu semua nyatanya berhasil menggeser nilai-nilai yang ada sebelumnya. Pemahaman Kapitalis yang senantiasa menomorsatukan materi dan keuntungan, membuat masyarakat lupa dengan nilai moral dan etika, serta aturan-aturan agama yang mereka yakini.

Pemahaman Islam yang tergerus akibat krisis moral dan akhlak, membuat semakin banyak anak durhaka sebab ketidaktahuannya tentang memuliakan orangtua. Sungguh, sistem Kapitalis menciptakan masyarakat yang hanya mementingkan keuntungan pribadi. Hal ini membuat fitrah seorang anak mati rasa.

Belum lagi sikap pemerintah yang abai, membuat rakyatnya kocar-kacir mencari cara untuk memenuhi kebutuhan nya sehari-hari. Adapun orang tua (lansia) selalu saja menjadi pihak yang tersalah, sebab kelemahan dan ketidakmampuannya dalam mencari nafkah atau bahkan untuk mengurusi dirinya sendiri.

Pemerintah saat ini lebih memilih mementingkan hal yang menguntungkan saja. Kebijakan apa pun menyangkut rakyat seakan tak bisa lepas dari kepentingan para pemilik modal. 

//Islam Memuliakan Orang Tua//

Allah Swt. berfirman,

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “uff” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra’ [17]: 23)

Tidak ada anak tanpa orang tua. Dari orang tuanyalah, seorang anak bisa terlahir. Atas asuhan dan didikan orang tuanya pula, seorang anak bisa tumbuh dan berkembang, baik dari segi fisik maupun kepribadian. Wajarlah jika anak diwajibkan berbakti dan berbuat baik pada kedua orang tuanya. Ayat di atas adalah satu dari sekian ayat ataupun hadits yang memerintahkan seorang muslim untuk menghormati kedua orang tuanya, terutama ibu. Seorang anak wajib taat pada kedua orangtuanya, kecuali dalam perkara kemaksiatan.

Berbuat Ihsan, Itulah akhlak yang diajarkan oleh Islam kepada manusia dalam bersikap pada orang tua mereka. Sebagaimana layaknya kewajiban, siapa pun yang melakukannya akan mendapat pahala dan rida-Nya. Sebaliknya, siapa pun yang melanggarnya, bahkan berlaku durhaka kepada orang tua, maka akan diganjar dengan siksa yang berlapis-lapis.

Akhlak yang semacam itu, memang tidak sepenuhnya tercerabut dari diri umat. Hanya saja, pemikiran-pemikiran lain nya lah yang membuat umat Islam sibuk dan tak ada waktu untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Alhasil disamping mengembalikan kembali memori umat tentang perintah menghormati orang tua, pemikiran-pemikiran lain ini pun haruslah dihilangkan dari tubuh umat. Pemikiran-pemikiran tersebut tak lain adalah pemikiran kapitalis sekuler.

Disamping itu juga, negara pun wajib memberikan jaminan atas pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Termasuk untuk masyarakat kecil yang tidak mampu secara finansial untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan orang-orang yang berada di bawah tanggungjawab nya. Atau bahkan bagi masyarakat yang semata wayang dan tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Dengan semua hal di atas, niscaya kasus penelantaran orang tua tidak akan terjadi lagi. Dan itu semua tidak akan terlaksana di iklim kapitalis sekuler saat ini.

Wallahu A'lam bis Shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak