Oleh: Ummu Ainyssa
Musim penghujan telah tiba. Air menggenang di mana-mana. Karena pohon-pohon telah tiada. Karena sampah merajalela. Pohon digantikan dengan rumah. Saluran air dipenuhi dengan sampah. Banjir pun datang tiba-tiba. Membawa penyakit dalam bencana.
Kiranya penggalan puisi karya Gumantinr di atas bisa menggambarkan kondisi di beberapa wilayah negeri ini di saat musim hujan datang.
Ya, musim hujan telah datang menyapa. Bencana banjir dan longsor telah datang melanda. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak awal telah memprediksi bahwa musim hujan di Indonesia akan datang lebih awal dari biasanya di tahun ini. Sebagian wilayah akan mengalami turun hujan sekitar bulan September dan Oktober 2021. Sementara puncaknya akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.
BMKG pun memperingatkan masyarakat agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang akan terjadi. Mengingat sejak turunnya hujan awal bulan Oktober lalu, sebagian wilayah di Indonesia telah mengalami beberapa bencana banjir maupun tanah
longsor.
Seperti bencana banjir yang menerjang Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang terjadi sejak Kamis pagi (21/10/2021). Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyebut, sedikitnya ada 12 kecamatan yang terdampak banjir, mulai dari Kecamatan Binjai Hukum hingga Sintang. Yaitu Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Dedai, Sei Tebelian, Ambalau, Binjai Hulu, Sintang, Tempunak, Sepauk, Ketungau Hilir, Serawai, dan Kelam Permai.
Sementara berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kabupaten Sintang mencatat bahwa sampai Sabtu (6/11/2021), sebanyak 24.522 KK atau 87.496 jiwa terdampak. Banjir ini juga mengakibatkan dua warga meninggal dunia, masing-masing di Binjai dan Kecamatan Tempunak.
Sedangkan kerugian material yang tercatat sampai saat ini adalah 21 ribu unit rumah dan 5 unit jembatan terdampak, serta sarana tempat ibadah yang juga terendam banjir. Berdasarkan pantauan BNPB, banjir masih menggenang hingga Sabtu malam (6/11/2021). Sementara tinggi permukaan air masih terus mengalami kenaikan sampai 1-3 meter.
Menurut Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Henny Herawati di Pontianak, selain curah hujan yang tinggi, banjir di Kalimantan Barat juga disebabkan kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta maraknya konversi tutupan lahan, seiring bertambahnya jumlah penduduk dan keinginan melakukan konversi lahan menjadi lahan budidaya. (Merdeka.com, 07/11/2021)
Kemudian bencana banjir bandang yang terjadi di dua wilayah di Jawa Timur pada 4/11/2021 lalu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu melaporkan korban meninggal dunia dari musibah banjir bandang yang menerjang Kota Batu, Malang, Jawa Timur, sebanyak tujuh orang. Dan korban selamat terdata berjumlah enam orang.
Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Batu pada 4 November pukul 14.30 WIB lalu menyebabkan enam titik lokasi di Kota Batu tergenang banjir bandang. Yaitu Desa Sidomulyo, Desa Tulungrejo, Desa Sumber Brantas, Desa Bulukerto, Desa Bumiaji, dan Desa Punten.
Akibat musibah ini, setidaknya 89 KK terdampak, 35 unit rumah sakit rusak, 33 unit rumah warga terendam lumpur. Kemudian 7 unit mobil, 73 unit sepeda motor, 30 unit sepeda, lalu 10 unit kandang ternak dan 107 ekor hewan ternak juga ikut terendam dalam insiden banjir kali ini.
Pendiri Profauna Indonesia, Rosek Nursahid menyatakan banjir bandang yang melanda Kota Batu ini diakibatkan karena beralihnya fungsi lahan yang berada di lereng Gunung Arjuna. Dimana sekitar 90 persen hutan lindung itu lahannya telah berubah. Hutan Lindung di Malang Raya sudah pada tahap kritis, sehingga perlu ada rehabilitasi atau pemulihan dengan menanam pohon.
Selain dua bencana ini, bencana banjir dan tanah longsor juga melanda wilayah Bengkulu, Bandung, Sukaresmi Garut, sejak pertengahan Oktober lalu. Dan hampir semua penyebabnya adalah sama yaitu perubahan atau konversi lahan, yang menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, yang kemudian hal ini menjadi penyebab kerusakan DAS.
Jika kita tengok hampir semua bencana yang terjadi setidaknya dipengaruhi oleh dua faktor. Yang pertama, faktor alam bahwa bencana ini adalah sunatullah atau qada Allah yang tidak bisa kita tolak. Karena hal ini berada di dalam wilayah yang menguasai manusia. Kita hanya bisa menyikapi qada ini dengan rida dan sabar terutama bagi korban maupun keluarga korban. Yang insyaallah dengan sikap sabar inilah bencana yang menimpa kaum muslim ini bisa menjadi penggugur dosa-dosa. Sebagaimana hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus dosa-dosanya.”
Kemudian yang kedua adalah faktor manusia. Bisa jadi musibah yang terjadi ini akibat dari ulah tangan-tangan manusia serakah. Para pengusaha secara jor-joran melakukan pembangunan kapitalistik menuruti ambisi mereka hanya untuk kepentingan pribadinya. Tanpa memikirkan dampak yang akan menimpa orang lain. Terlebih pada saat pandemi yang belum juga kunjung usai, mereka tetap memprioritaskan keuntungan jangka pendek mereka. Wilayah yang tadinya menjadi tempat resapan air, disulap menjadi perumahan, tempat wisata, mall, dan lain-lain. Maka wajar jika akhirnya air pun meluap ke pemukiman warga karena sungai pun tak mampu lagi untuk menampung banyaknya curah hujan.
Sementara solusi yang dilakukan penguasa tidak pernah menyentuh akar dari semua masalah ini. Alhasil, banjir dan tanah longsor terjadi berulang kali, bahkan di wilayah yang sama, yang seolah menjadi langganan. Lagi-lagi rakyat kecil yang dikorbankan. Mereka harus menanggung hancurnya tempat tinggal mereka, kehilangan keluarga, kehilangan sumber pencaharian, dan lain-lain.
Seharusnya sebagai seorang muslim, hal ini di samping sebagai musibah, juga harus kita maknai sebagai peringatan yang datang dari Allah Swt. kepada umat manusia. Kerusakan di muka bumi ini sesungguhnya tidak lain adalah ulah perbuatan manusia, yang pada akhirnya akan dirasakan akibatnya oleh manusia itu sendiri. Padahal Allah Swt. telah menegur kita dalam Al Qur'an surat Ar-Ruum ayat 41: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Allah juga mempertegas hal ini di dalam Al Qur'an surat Asy-Syura ayat 30 yang artinya: "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahanmu)."
Menurut tafsir Al Kalam ayat ini secara tegas mengingatkan bahwa musibah apa saja yang terjadi pada manusia mulai dari sakit, kelelahan, kekurangan maupun bencana yang menimpanya adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Namun demikian dengan kebaikan dan anugerah dari Allah, Allah memaafkan manusia itu yaitu salah satunya dengan menjadikan musibah ini sebagai salah satu penggugur dosa-dosanya.
Dengan merenungi ini semua, maka sudah seharusnya musibah ini sama-sama kita jadikan sebagai muhasabah bersama. Bisa jadi benar karena banyaknya kemaksiatan di negeri ini sehingga Allah turunkan peringatan berupa musibah yang melanda. Peringatan dari berbagai kemaksiatan yang dilegalkan di negeri ini. Seperti zina dan riba yang seolah sudah menjadi hal yang biasa untuk dipertontonkan di depan mata. Atau bisa jadi karena kebijakan yang dilakukan penguasa di saat pandemi yang tidak memihak kepada rakyat. Bagaimana kita saksikan beberapa waktu lalu tes PCR dijadikan sebagai syarat untuk melakukan perjalanan dengan pesawat, kenaikan pajak yang semakin mencekik rakyat miskin, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok seperti cabai, minyak goreng, dan lain-lain yang terus melambung.
Padahal seharusnya seorang penguasa bisa menjadi periayah bagi rakyatnya, lebih tahu kondisi masyarakat yang realitanya semakin miskin karena dampak dari pandemi. Yang kemudian penguasa negeri ini akan merenungi, muhasabah diri untuk mengatur negeri ini dengan aturan dari Illahi, mengolah alam semesta sesuai dengan syariat-Nya. Sudah saatnya negeri ini meraih keberkahan seperti janji Allah di dalam surat Al A'raf ayat 96 di mana Allah mengingatkan kembali, bahwa Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Allah akan melimpahkan kepada manusia berkah dari langit dan bumi. Akan tetapi, manusia kebanyakan mendustakan (ayat-ayat Kami) itu sehingga Kami menyiksa mereka karena perbuatan yang mereka kerjakan.
Sehingga dengan kembalinya penerapan aturan Illahi ini, dalam berbagai masalah kehidupan, negeri ini akan kembali berkah dan terhindar dari berbagai bencana. Karena sesungguhnya kemaksiatan terbesar yang akan mengundang bencana ini adalah tidak lain ketika hukum Allah dicampakkan dalam mengatur kehidupan ini. Wallahu a'lam bi ash shawwab
Tags
Opini