Oleh : Rohani Hani
Ramai menghiasi beberapa laman media sosial mengenai seorang ibu bernama Trimah (69) yang dititipkan tiga anaknya di panti werdha atau panti jompo Malang. Hal itu karena awalnya sang Ibu tak diberitahu dirinya akan dititipkan di panti werdha.Seperti telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, Selasa (2/11/2021), ibu Trimah mengaku anaknya hanya akan mengajaknya jalan-jalan. Ia tak menyangka akan diantarkan anak-anaknya ke panti khusus lansia di Griya Lansia Husnul Khatimah di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, pada 27 Oktober lalu.
Sebenarnya banyak kejadian lansia terlantar, disekitar kita yang tak terinput oleh media. Dikatakan banyak anak kalau tua tinggal pilih yang mana mau diikuti atau tinggal orangtua hanya akan menikmati masa tuanya dengan bahagia. Bisa juga dengan tinggal dengan anaknya bergantian biar bisa merasakan dan saling gotong royong.
Namun kenyataan nya seringkali kita dapati para anak anak mengeluh dan saling melempar tanggung jawab untuk merawat orangtua agar lepas dari beban tersebut. Sungguh miris dengan keadaan seperti. Kadang juga kita jumpai para orangtua banyak yang menghidupi diri dengan berjualan agar bisa makan atau menyambung hidup.
Itulah potret kehidupan kapitalis atau sekuler dimana para lansia terlantar dikarenakan sistem. Bisa jadi anak yang harusnya menanggung orangtua nya kena phk atau kendala ekonomi sehingga untuk mencukupi keluarga nya saja masih berat apalagi ditambah merawat orangtua yang tidak bisa membantu secara finansial.
Ditanah air, seperti ini belum lumrah, tetapi tidak di negara-negara lain seperti di Eropa, Amerika, juga beberapa negara Asia seperti Jepang. Di sebagian negara, hal itu dipandang wajar dan legal secara hukum. Jadi diatas tadi gambaran para lansia yang terlantar dari berbagai negara.
Perlu kita pahami, mencintai orang tua itu bisa terjadi karena dua hal: secara fitrah dan karena ketaatan pada Allah. Pada fitrahnya, setiap anak membutuhkan dan mencintai orang tuanya. Dan juga sebaliknya kelak orangtua pun juga bila sudah lansia akan melemah dari segi pikiran serta fisik pasti juga akan butuh anak anak untuk merawatnya kelak.
Berbeda dengan Islam yang memandang merawat orang tua adalah kewajiban agung, bukan sekadar cinta kasih naluriah. Sebagai ideologi kehidupan yang sempurna, kewajiban berbakti pada orang tua berkali-kali digandengkan Allah dengan perintah perintah beriman pada-Nya. Menunjukkan bobot yang luar biasa.
Firman Allah Swt.: وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا " Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua.” (TQS An-Nisa: 36)
Dalam hal ini bahwa anak tidak boleh menolak permintaan orang tua terhadap hartanya sebatas kebutuhannya dan tidak memudaratkan sang anak dan keluarganya. Karena ketika orang tua tidak lagi memiliki nafkah, kewajiban ini jatuh pada anak lelaki untuk mencukupi nafkahnya secara makruf.
Adapun ketika anak tidak punya kecukupan nafkah untuk orang tuanya dan tidak bisa merawatnya karena sudah lanjut usia atau sakit-sakitan, dalam hal ini negara Khilafah bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhannya dan merawatnya dengan layak. Karena memang pemimpin telah diangkat oleh kaum muslimin untuk me-ri’ayah/memelihara urusan umat. Dengan begitu sebagian beban rakyat akan terangkat karena peran negara me-ri’ayah mereka.
Negara juga akan membangun rumah sakit untuk merawat warga lanjut usia. Termasuk negara akan menyediakan rumah-rumah panti jompo yang dikhususkan bagi warga lanjut usia yang tidak memiliki anak atau keluarga yang menanggung mereka.
Jadi jangan beranggapan bahwa merawat orangtua rejeki seret malah sebaliknya akan melimpah serta Allah akan hilangkan segala kesusahan pada anak yang merawat orangtua.
Jangan sampai ada kekhawatiran rezeki akan berkurang ketika seorang anak mengurangi konsentrasi pekerjaan mereka untuk merawat orang tua, sebagaimana ketakutan orang-orang hari ini. Sampai-sampai karena alasan sibuk bisnis dan bekerja kemudian melepas kewajiban perawatan kedua orang tua. Wallahu a'lam bi ash showab.