Menakar Cinta pada Sang Baginda

Oleh :  Bunda Kayyisa Al Mahira


Maulid Nabi Muhammad SAW, kembali menyapa. Kaum muslimin merayakan Maulid Nabi SAW sebagai wujud cinta pada sang Baginda. Mencintai Nabi SAW merupakan kewajiban bagi umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, “Demi Allah, salah seorang dari kalian tidak akan dianggap beriman hingga diriku lebih dia cintai dari pada orang tua, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [I/58] no: 15, dan Muslim dalam Shahih-nya [I/67 no: 69])

Mencintai Nabi saw merupakan suatu ibadah dan mendapatkan pahala yang sangat besar yaitu akan bersama Nabi kelak di akhirat yaitu di surga.  Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengisahkan, “Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat, “Kapankah kiamat datang?” Nabi pun shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “Wahai Rasulullah, aku belum mempersiapkan shalat dan puasa yang banyak, hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Rasulullah pun shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya, dan engkau akan bersama yang engkau cintai.” Anas pun berkata, “Kami tidak lebih bahagia daripada mendengarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.'” Anas kembali berkata, “Aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar, maka aku berharap akan bisa bersama mereka (di hari kiamat), dengan cintaku ini kepada mereka, meskipun aku sendiri belum (bisa) beramal sebanyak amalan mereka.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [X/557 no: 6171] dan at-Tirmidzi dalam Sunan-nya [2385])

Mencintai Nabi perlu pembuktian secara nyata bukan hanya di lisan saja dan tidak cukup hanya dengan merayakan Maulid Nabi SAW. Lebih dari itu mencintai Rasulullah harus berlandaskan keimanan diiringi dengan ketaatan secara total terhadap risalah yang dibawa oleh Beliau. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebagai bukti cinta pada Nabi SAW.

Pertama, meyakini bahwa Nabi saw merupakan utusan Allah SWT. Beliau diutus untuk menyampaikan risalah dari Al Khaliq yaitu Allah SWT untuk umat manusia. Selanjutnya menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasulullah.  Allah berfirman di QS Al Hasyr : 7 artinya : “Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7).

Kedua,  bershalawat pada Rasulullah. Bershalawat kepada Nabi Saw. merupakan salah satu ibadah, perintah ini ada di surat Al Ahzab ayat 56, Allah Swt. berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang – orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. Kemudian juga menghafalkan dan mengamalkan hadits dan doa-doa yang dicontohkan oleh Baginda.  

Ketiga, meneladani Rasulullah Saw. dalam semua aspek kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21). Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan, “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya (III/1344 no 1718). 

Rasulullah Saw. diutus dengan membawa syariat Islam untuk umat manusia dan mengatur kehidupan manusia. Syariat Islam yang sempurna mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan diri sendiri dan juga dengan sesama manusia.  Lingkup aturannya terkait dengan akidah, ibadah, akhlak,  pakaian,  makanan dan minuman, muamalah hingga siyasah (politik), ekonomi, sosial, pendidikan, pemerintahan dll. Kita harus menerima dan melaksanakan semua aturan dari Alloh yang dibawa oleh Rasulullah Saw, inilah bukti cinta hakiki. 

Rasulullah merupakan teladan dalam semua aspek kehidupan.  Baik tataran individu, keluarga, maupun negara.  Dalam tataran individu Beliau memiliki akhlak yang sempurna,  akhlaknya Rasulullah adalah Al Qur'an.  Dalam tataran keluarga Rasulullah adalah orang yang paling sayang kepada keluarganya,  memperlakukan keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.  Dalam tataran negara beliau adalah seorang kepala negara yang menjalankan sistem pemerintahan Islam dan menerapkan hukum-hukum Islam dengan adil. Rasul saw. juga memimpin umat untuk menjalankan misi agung menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. 

Alhasil, mencintai Allah Swt. dan Rasulullah Saw,  merupakan kewajiban dan akan mendapatkan pahala yang besar.  Kecintaan ini ini perlu dibuktikan secara nyata. Caranya yaitu dengan melaksanakan apa-apa yang dibawa oleh Rasul dan meninggalkan apa-apa yang dilarangnya secara totalitas,  baik dalam tataran individu, keluarga,  maupun negara. Hal ini bisa diwujudkan jika sistem Islam diterapkan di tengah kehidupan[]

Wallahu'alam Bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak