Penulis : Yenni Sarinah, S.Pd
OPINI – Belum habis kiranya kita melihat penderitaan negeri kita ini. Dari jatuh bangunnya perekonomian nasional dampak dari pandemi dan sistem yang tidak mengayomi. Kini kita disodorkan dengan kabar pilu lansia yang dibuang di jalan dan atau diserahkan ke panti jompo dengan alasan anak tidak sanggup merawat mereka. Benarlah kiranya anonimous yang kita dengar “satu ibu bisa membesarkan puluhan anak, namun 1 anak belum tentu mampu memelihara masa tua ibunya”. Inilah dampak dari dipeliharanya sistem rusak kapitalisme di negeri yang mayoritas muslim.
.
Seorang ibu bernama Trimah, 65 tahun, warga Magelang, Jawa Tengah, dititipkan ke sebuah panti jompo, Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang, Jawa Timur. Dalam wawancara dengan tvOne, Minggu, 31 Oktober 2021, ia mengatakan alasan dia dititipkan ke panti jompo adalah karena anak-anaknya tidak mampu membiayai orang tua. (viva.co.id, 31/10/2021)
.
Kapitalisme adalah ideologi yang meyakini bahwa modal milik perorangan ataupun sekelompok orang dalam masyarakat bisa mewujudkan kesejahteraan manusia. Dalam penerapannya dalam sistem ekonomi, setiap warga negara dimungkinkan untuk menguasai modal dan bisnis dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Dengan ringkasnya, yang kaya semakin kaya, sedangkan yang miskin semakin miskin. Timpang. Butuh perjuangan keras untuk tetap bertahan di sistem batil ini. Karena sistem ini bukan hanya memproduksi kemiskinan massal, tapi juga mencontohkan pola lepasnya tanggung jawab negara terhadap kewajiban meriayah (memelihara kepentingan) rakyat. Dari sistem ini dihasilkan anak durhaka yang mati fitrah karena tiadanya pemahaman tentang memuliakan orang tua dan akibat kerasnya tekanan hidup, mereka melepaskan orang tua mereka untuk dirawat oleh lembaga sosial (panti jompo) bahkan menelantarkan mereka yang telah renta tergeletak dibuang bagai sampah ke jalanan.
.
Bagaimana Islam memuliakan manusia, termasuk lansia?
Birrul walidain merupakan bagian dalam etika Islam yang menunjukan tindakan berbakti seorang anak kepada kedua orangtua. Berbakti kepada orangtua ini hukumnya wajib bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orangtuanya adalah non-muslim.
.
Hari ini negeri-negeri Muslim justru tertindas. Kekayaan alamnya dijarah. Sumberdaya manusianya kalah dengan bangsa lain. Beberapa negeri Islam terjerat utang ribawi yang besar. Padahal kekayaan alamnya berlimpah. Hukum-hukum Allah SWT pun terbengkalai tanpa ada yang melaksanakannya secara kaffah. Meskipun secara fisik merdeka, kenyataannya umat dipaksa tunduk pada kehendak dan aturan asing.
.
Karena itu umat harus bersegera menyongsong kebangkitan agar dapat menjalankan kehidupan Islam. Untuk bangkit tidak ada jalan lain kecuali dengan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan generasi awal kaum Muslim. Bukan dengan mengikuti aturan yang disodorkan pihak asing. Imam Malik bin Anas rahimahulLah menyatakan:
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا
Tidak akan bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat ini kecuali apa yang telah mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat ini.
Maknanya, umat Muslim dulu bisa menjadi baik dan bangkit dengan Islam. Karena itu sekarang pun mereka hanya bisa baik dan bangkit dengan Islam.
.
Sistem Islam (Khilafah) menjamin lahirnya insan yang faham tanggung jawab terhadap orang tua dan mencontohkan bagaimana negara menunjukkan tanggung jawabnya terhadap rakyat. Di dalam sistem yang baik ini, lahir pemerintahan yang mengayomi rakyatnya, tidak sekedar mengelola sumber daya alam, urusan rakyat lapar, rakyat tak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan pun akan diurus oleh pemerintahan Islam. Sehingga untuk seorang anak berbakti kepada orangtuanya dalam sistem Islam adalah perkara yang mudah. Dengan alasan apa ia akan membuang orangtuanya? Pekerjaan? Negara membantunya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya. Tidak memiliki tempat tinggal? Negara memfasilitasi rumah dalam bentuk bantuan rumah layak huni. Sehingga kehadiran sistem Islam ini layak kita perjuangkan kehadirannya, agar lahir generasi yang sholeh dan memuliakan hidup dan kehidupan sekitarnya. Hingga terwujud seutuhnya Islam itu sebagai rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam.