KAPITALISME PRODUKSI ANAK DURHAKA





Oleh : Ina ariani Pemerhati Kebijakan Public dan Sosial

Berita Covid-19 mulai sepi dari perbincangan publik, begitu pun aturan PPKM. Namun dampak dari pandemi tersebut masih mengisahkan pilu yang mendalam, Perekonomian dan sosial semangkin anjlok begitu juga dengan tatanan kehidupan dalam keluarga juga masyarakat semangkin rusak.

"AIR SUSU DIBALAS DENGAN AIR TUBA"
"SEORANG IBU BISA MENGURUS PULUHAN ANAK, NAMUN, SEPULUH ANAK BELUM TENTU BISA MENGURUS  SEORANG IBU"

Pribahasa di atas menggambarkan berita yang lagi viral di medsos saat ini. Kisah pilu lansia dibuang di jalan dan atau diserahkan ke panti jompo dengan alasan anak tidak sanggup merawat dengan berbagai alasan, ini adalah buah dari sistem kapitalisme.

Nek Trimah, 65 tahun, warga Magelang, Jawa Tengah, dititipkan ke sebuah panti jompo, Griya Lansia Husnul Khatimah, Malang, Jawa Timur oleh anak nya. Dalam wawancara dengan tvOne, Minggu, 31 Oktober 2021, ia mengatakan alasan dia dititipkan ke panti jompo adalah karena anak-anaknya tidak mampu membiayai orang tua. "Karena dia masih numpang sama mertua, anak 4, kondisi Covid ini tidak bekerja," kata Trimah. Trimah menuturkan anaknya baik laki-laki maupun perempuan sekarang menjadi tukang ojek. Meskipun sekarang dititipkan ke panti jompo, dia tetap berharap hati anak-anaknya suatu saat terbuka. "Mudah-mudahan kebuka pintu hatinya, masih sayang sama kita, masih nengokin kita, sewaktu-waktu," (Viva.co.id, 31 oktober 2021).


Hal yang sama juga terjadi di Aceh, Kota Serambi Mekah. Seorang pria lanjut usia (lansia) akhinya meninggal di salah satu lokasi di wilayah Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh. Sebelumnya, diketahui pria lansia tersebut sedang sakit. Hal itu diketahui berdasarkan laporan telepon yang diterima oleh Koordinator Tenaga Kesejahteraan Sosial ( TKSJ) Dinsos Aceh, Misra Yana S.P.Si., M.Si, (Serambinews.com, 3/4/2020).

Diketahui pria lanjut usia sebelum meninggal, dengan susah payah mengatakan kalau dirinya dibuang dijalan oleh anaknya (Jumat 3/4/2020).

Kejadian memilukan ini juga terjadi di Malaysia. Seorang ibu 80 tahun ditinggal anaknya dijalan, hingga larut malam tak dijemput (TRIBUNNEWS.COM, 20 Oktober 2019).


Fakta diatas menggambarkan kondisi keluarga muslim saat ini. Hanya sebagian kecil yang muncul di permukaan publik, masih banyak kisah-kisah pilu lainya. Pengaruh sistem semakin mengikis akidah akhlak seseorang. Mulai dari minimnya pemahaman agama seorang anak, serta orang tua yang tidak melakukan perannya secara maksimal sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya ( Umun warobatul bait), kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk terciptanya pribadi yang sholeh, dan negara pun abai terhadap perannya dalam menjaga ketahanan keluarga.

Sistem ini bukan hanya memproduksi kemiskinan massal  tapi juga mencontohkan pola sikap liberal, lepasnya tanggung jawab negara terhadap kewajiban meriayah rakyat.  Dari sistem ini pula dihasilkan anak durhaka yang mati fitrahnya karena tidak memiliki pemahaman tentang memuliakan orang tua dan akibat kerasnya tekanan hidup.


Hari ini negeri-negeri Muslim justru terpaksa tertindas untuk mengikuti aturan sistem. Yang Kekayaan alamnya dijarah. Sumber daya manusianya digantikan dengan bangsa lain. Beberapa negeri muslim terjerat utang ribawi yang besar. Padahal kekayaan alamnya berlimpah ruah. Hukum-hukum Allah SWT pun diabaikan tanpa ada yang melaksanakannya secara kaffah. Meskipun secara fisik merdeka, kenyataannya umat Islam dipaksa tunduk pada kehendak dan aturan kafir.

Jadi sangatlah wajar hal tersebut terjadi dalam sistem kapitalis sekuler, karena interaksi setiap anggota  keluarga  hanya bernilai materi, hubungan orang tua dengan anak diukur oleh untung dan rugi saja, tidak ada spirit keimanan dalam setiap aktivitasnya.


Hampir seluruh anak hanya dititipkan pada sekolah yang mahal dengan harapan nantinya akan menjadi orang sukses secara materi duniawi, dalam proses pembelajarannya yang terpenting adalah nilai akademik, tanpa memperhatikan adab dan akhlaq anak. Nilai-nilai liberal yang terkandung dalam sekularisme telah nyata gagal menghadirkan penghormatan anak terhadap orang tuanya, gagal menghasilkan ketenangan dan yang terjadi malah menghasilkan generasi durhaka.


Islam mengajarkan untuk menghormati, menghargai serta memuliakan dan berlaku baik terhadap orang tua.  Memuliakan orang tua menjadi salah satu sebab seseorang anak menjadi ahli surga. Sebaliknya berbuat durhaka kepada kedua orang tua menjadi sebab seseorang menjadi penghuni neraka. 


Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

وَا خْفِضْ لَهُمَا جَنَا حَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًا 

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isra’ 17: 24)

Rasulullah Saw  bersabda: 
إن الله حرم عليكم عقوق الأمهات ووأد البنات ، ومنعا وهات ، وكره لكم قيل وقال : وكثرة السؤال وإضاعة المال 
 "Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian berbuat durhaka kepada para ibu kalian, dan mengharamkan mengubur anak perempuan hidup-hidup, menolak kewajiban dan menuntut yang bukan haknya. Allah juga membenci jika kalian menyebarkan kabar burung, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta?” (Hr.Bukhari Muslim)



Butuh Sistem Islam Yang Dapat Mewujudkan Takwa

Ketakwaan individu dan masyarakat  hanya akan terbentuk dengan sempurna jika ada peran negara yang menerapkan peraturan Islam secara menyeluruh (kaffah) di setiap Sendi kehidupan. Negara akan menciptakan lapangan pekerjaan yang luas. Sehingga, rakyat tidak harus pergi jauh dan menghabiskan waktunya untuk bekerja, tetapi mereka diberikan waktu dan kesempatan untuk  beribadah dan mengkaji Islam kaffah bersama keluarga.

Sudah semestinya negara menyediakan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan, serta kurikulum pendidikan yang sesuai aturan Islam. Tujuannya agar mendorong setiap generasi Islam maupun orang di luar Islam untuk berbakti kepada orang tuanya. Orang tua juga berbuat baik kepada anaknya.

Apabila dalam diri individu dan masyarakat sudah terbentuk ketakwaannya maka akan merasa rugi jika meninggalkan kewajibannya, yaitu mengurus anak dan berbakti kepada orang tuanya, begitu pun sebaliknya. Sudah saatnya kita kembali pada aturan Islam yang akan membawa kebahagiaan hakiki, bukan kebahagiaan semu ala sistem kapitalisme sekuler. Tidakkah kita merindukan sistem Islam yang dengannya mampu mewujudkan ketaatan dan membawa keberkahan. 


Sistem Khilafah menjamin lahirnya insan yang faham tanggung jawab terhadap orang tua dan mencontohkan bagaimana negara menunjukkan tanggung jawabnya terhadap rakyat, serta dapat mewujudkan takwa membawa kedamaian bagi seluruh umat. Mari berjuang bersama melawan kerasnya kehidupan yang diakibatkan dari sistem rusak yaitu kapitalism sekuler yang kedzoliman dan kekufuran nya membuat Allah murka. 
Allah berfirman,

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Ayat ini menjelaskan keburukan dari segala keburukan serta diangkatnya segala keberkahan dan berkurangnya keturunan, peperangan dan selainnya karena sebab apa yang telah dilakukan oleh umat manusia melalui dosa dan maksiat serta meninggalkan segala perintah Allah dan mengerjakan larangan-larangan-Nya. Dan semua kerusakan atau musibah yang terjadi di bumi ini merupakan hukuman bagi umat manusia karena perbuatan-perbuatan tersebut.

Agar kita semua tahu dan menjadi pelajaran bagi mereka bahwa Allah SWT akan memberikan balasan terhadap setiap amal. Dan Allah menyegerakan sebagian balasannya supaya menjadi contoh pembalasan bagi mereka.
Waallahu a’lam bishshoab**

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak