Kapitalisme, Dalang Banjir yang Terus Bergulir




Oleh : Nikmatus Sa'adah 

Memasuki musim penghujan, beberapa wilayah di Indonesia dilanda banjir. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, sejak 1 Januari hingga 9 November 2021, terjadi 2.329 bencana di Indonesia. Dari ribuan kejadian bencana tersebut, 962 di antaranya berupa banjir. Angka ini merupakan yang terbanyak dibandingkan jenis bencana lainnya yang terjadi sejak awal tahun.

Musibah banjir yang terbaru, terjadi di Batu Malang. Hujan deras yang mengguyur kota Batu sejak petang pada 4 november telah mengakibatkan banjir bandang akibat luapan sungai brantas. Berdasarkan hasil analisis cuaca BMKG, curah hujan yang terjadi di wilayah Kota Batu-Malang pada tanggal 04 November 2021 termasuk kategori sangat lebat dengan intensitas curah hujan mencapai 80,3 mm yang terjadi dalam periode sekitar 2 jam (pengukuran jam 13.55 - 16.05 WIB). (Kompas.com, 14/11/2021)

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas, Muhammad Rizal mengatakan, banjir bandang itu terjadi akibatnya daerah resapan air di hulu aliran itu sudah rusak. Hal ini yang menyebabkan banjir membawa material lumpur, batu dan kayu. 

"Curah hujan yang cukup tinggi ini diperparah dengan kondisi tangkapan airnya yang sudah terbuka itu menyebabkan banyak sekali erosi tanah dan batu, kemudian juga kayu-kayu yang memang perlu diperbaiki supaya itu tidak terjadi lagi," katanya.  (Kompas.com, 14/11/2021)

Akibatnya, banjir telah menelan korban jiwa 7 orang dan 6 lainnya alami luka-luka. Selain itu,  sebanyak 35 rumah rusak akibat bencana banjir bandang yang terjadi pada Kamis (4/11/2021).

"Untuk data terbaru, rumah rusak ada 35 unit. Sementara 33 lainnya terendam lumpur," kata Wakil Wali Kota Batu Punjul yang juga Ketua Tim Tanggap Darurat Banjir Bandang Kota Batu, dilansir dari Antara, Sabtu (6/11/2021).

Kapitalisme Dalang Banjir? 

Hasil dari pendapat para ahli dan data diatas, dapat dilihat bahwa penyebab banjir ini dikarenakan faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yaitu karena curah hujan yang sangat ekstrim, sedangkan faktor manusia, dikarenakan banyaknya alih fungsi lahan di kota Batu tersebut. Sudah diketahui, bahwa Batu adalah wilayah pariwisata, sehingga sebagiannya dibangun untuk wisata sejarah, modern, kuliner, keluarga, dll. 

Pengalihfungsian lahan yang gencar ini, jika dicermati pasti sangat erat kaitannya dengan kebijakan negara terkait tata ruang  dan tata wilayah, serta kebijakan eksploitasi lahan. 

Dalam sistem kapitalisme yang hari ini diterapkan, keuntungan secara materi menjadi prioritas utama dalam pengambilan kebijakan. Inilah pemikiran kapitalisme yang menstandarkan perbuatan pada azas manfaat. Tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi. Sistem kapitalisme membebaskan kepemilikan, lahan-lahan yang seharusnya berfungsi menjadi daerah resapan pun demi keuntungan materi yang didapat para pemilik modal diubah menjadi perumahan ataupun pariwisata.

Islam Solusi Akar Permasalahan 

Sudah kita ketahui, bahwa Islam bukanlah agama ritual semata, namun Islam juga merupakan ideologi yang memiliki solusi atas seluruh permasalahan kehidupan manusia. 

Permasalahan banjir yang terus berkepanjangan ini, nyatanya telah gagal disolusikan oleh sistem kapitalisme hari ini. Bahkan, sistem kapitalisme hanya memperparah keadaan. 

Berbeda dengan kapitalisme, Islam mengatur kepemilikan, lahan-lahan yang mempunyai pengaruh terhadap kemaslahatan rakyat banyak tidak boleh dimiliki oleh swasta, namun harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat banyak, bukan hanya pemilik modal saja. Islam mengatur perkara tata ruang, pembangunan, konversi lahan.

Dalam Islam kawasan konservasi dan resapan air, dengan berbagai tanaman dan pohon yang ada di dalamnya, tidak boleh dikonversi menjadi pemukiman yang bisa merusak fungsinya. Ini juga merupakan lahan milik umum, dan termasuk daerah yang diproteksi agar tidak dirusak atau dialihfungsikan. Jika tata ruang ini tidak diindahkan, maka daerah-daerah di bawahnya akan terkena dampaknya, yaitu tergenang air kiriman dari kawasan puncak, karena air tersebut tidak lagi bisa diserah oleh kawasan di atasnya, karena telah dialihfungsikan.

Sistem Islam juga akan membangun bangunan yang dibutuhkan untuk mecegah banjir dan mengalirkan air ke daerah yang lebih aman, seperti bendungan, kanal, sungai buatan, saluran drainase dan apapun istilahnya. Sehingga hal ini pun juga terkait erat dengan pengaturan sistem ekonominya sampai kebijakan yang memang hanya dibangun untuk kemaslahatam rakyat. 

Maka, sudah saatnya kita mensolusikan banjir ini dengan merubah pandangan kapitalisme dengan pandangan Islam sebagai solusi yang menyeluruh. Hal ini hanya bisa terwujud ketika Islam ditegakkan ditengah-tengah kehidupan dalam bingkai Khilafah Islamiyah.
Wallahu 'alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak