(Oleh : Rantika Nur Asyifa)
Dilansir dari laman CNNIndonesia, Sedikitnya 182 warga Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mengungsi imbas terjadi pergerakan tanah. Mereka mengungsi ke tempat yang lebih aman lantaran tempat tinggal mereka terdampak pergerakan tanah.
Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Jawa Barat Hadi Rahmat melalui keterangan tertulis menyebutkan peristiwa tanah bergerak tersebut terjadi pada Sabtu (13/11) pukul 16.00 WIB tepatnya di Kampung Cigadel RT 04 RW 03.
"Hujan dengan intensitas tinggi mengakibatkan keretakan tanah dari titik awal ke titik akhir retakan. Dengan rincian kurang lebih 100 meter di Kampung Cigadel RT 004 RW 003, Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur," kata Hadi, Senin (15/11).
Dampak dari bencana tanah bergerak tersebut antara lain, satu unit rumah rusak ringan, 41 unit rumah terancam, dan satu unit fasilitas umum rusak sedang. Selain itu, akses jalan desa ke Kampung Cigadel amblas dengan kedalaman sekitar 50 cm.
Tidak ada korban luka maupun jiwa dalam kejadian gerakan tanah tersebut. BPBD Kabupaten Bogor juga telah melakukan tindakan sesuai standar operasional (SOP) kebencanaan.
Sementara itu, Sudah hampir tiga pekan banjir melanda Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) dan tak kunjung surut.
Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tomi Ilham mengatakan, berdasarkan update perkembangan cuaca terbaru, wilayah Kalimantan Barat masih berpotensi hujan beberapa hari ke depan.
"Berdasarkan pantauan BMKG, Kalimantan Barat cenderung masih ada potensi hujan (intensitas) sedang hingga lebat untuk tiga hari mendatang," kata Tomi kepada Kompas.com, Senin (15/11/2021).
Potensi hujan intensitas sedang hingga lebat tiga hari ke depan di Kalbar ini akibat meningkatnya pertumbuhan awan hujan. Sirkulasi siklonik terpantau di sejumlah wilayah di perairan di Indonesia.
Antara lain terpantau di Laut Natuna Utara, di Samudera Hindia barat daya Banten, di Laut Jawa bagian timur, dan di Samudra Pasifik timur Filipina yang membentuk daerah konvergensi yang memanjang dari Laut Cina Selatan timur Vietnam hingga Laut Natuna Utara, (Kompas.com, 15/11/2021).
Bencana-bencana yang terjadi memang sudah kehendak Allah SWT. namun disisi lain ada bencana yang memang terjadi akibat kelalaian manusia. Kelalaian yang mengakibatkan banyak kerugian material ataupun non-material.
Menurut pakar Kebencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Suratman mengatakan terjadinya banjir sebagai peringatan ekosistem yang terganggu oleh manusia. Beliau menuturkan gangguan ekosistem akibat alih fungsi lahan oleh manusia baik berupa penggunaan lahan untuk pertanian maupun permukiman (Antaranews, 5/11/2021).
Permasalahan banjir bukan hanya disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan alih fungsi lahan, tetapi terdapat permasalahan yang mendasar, yaitu krisis lingkungan yang disebabkan penerapan sistem kapitalisme.
Sistem kapitalisme berasaskan kebebasan, baik kebebasan kepemilikan maupun kebebasan berperilaku. Kebebasan inilah yang membuat terjadi kerusakan, seperti hutan-hutan sebagai sumber serapan air, malah dijakan lahan perkebunan sawit, daerah aliran sungai hancur baik di hulu maupun di hilir, cuaca yang ekstrim dan tak menentu akibat tingginya CO2 yang berasal dari industri-industri menyebabkan perubahan iklim dan sebagainya.
Kerakusan para kapitalis untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya menyebabkan abai terhadap lingkungan. Pemerintah seakan mengkambing hitamkan iklim, dengan tingginya curah hujan. Padahal bencana-bencana terjadi disebabkan ekosisitem yang rusak akibat tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab untuk meraup keuntungan yang besar.
Untuk menyelesaikan problem ini dibutuhkan solusi yang mendasar yaitu dengan memutuskan kebijakan yang pro terhadap para kapitalis dan dalam kepemilikan tidak ada kebebasan. Itu semua hanya ada di dalam sistem islam.
Islam bukan hanya sebuah agama yang mengatur tentang peribadahan saja tetapi mengatur segala hal baik berupa ekonomi maupun bernegara. Dalam syariat Islam, sumber daya alam dilarang untuk dikuasai oleh individu. Selain itu, Islam menyeruh kepada manusia untuk menjaga alam.
Wallahu a’lam bisshawab []