Oleh: Ummu Aimar
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana mengatakan bencana banjir bandang yang terjadi di wilayah Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat, salah satu pemicunya adalah kerusakan kawasan hutan. Dengan kondisi tersebut, menurutnya perlu dilakukan reboisasi.
"Ada penggundulan di situ (kawasan hutan), mau tidak mau harus dilakukan reboisasi, termasuk nanti penetapan tata letak betul, harus dengan kajian lingkungan. (bukan hanya di bagian hulu) sebetulnya di bawah juga ada yang rusak, akumulasi. Tapi poinnya adalah bagaimana kita menumbuhkan kembali (pohon tegakan), poinnya di situ," kata Nurdin, (Minggu 7/11
https://www.merdeka.com)
Saat ini negeri kita sedang mengalami duka, setelah banjir dan longsor menimpa di berbagai wilayah di Indonesia. Penyebabnya bukan hanya karena curah hujan yang tinggi, tetapi karena kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), serta maraknya konversi tutupan lahan. Itu semua akibat dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab yang semata-mata hanya mementingkan kepentingan individu saja. Tanpa memikirkan dampak yang mereka lakukan yang berakibat pada bencana alam dimana mana.
Banjir juga bisa disebabkan karena buang sampah sembarangan dan tidak adanya serap air. Kemudian longsor, bukan hanya karena faktor hujan tapi bisa saja karena tidak adanya penyangga seperti pepohonan yang bisa mengatasi terjadinya longsor.
Namun yang lebih utama, Persoalan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, atau bencana alam lainnya adalah akibat pembangunan kapitalistik. Adanya ikut andil manusia dalam kerusakan alam yang terjadi saat ini karena adanya kebijakan pro kapitalis liberal. Para kapitalis hanya mementingkan keuntungan pribadi saja. Kapitalis hanya ambil untungnya, manusia lain dan lingkungan yang terkena imbasnya.
Dan sampai saat ini, solusi yang ada belum mampu mengatasi kerusakan alam. Hal ini karena kegagalan dalam mengobati akar permasalahan dalam mengatasi krisis lingkungan. Akar masalah dari semua itu adalah diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem ini hanya peduli pada manfaat dan keuntungan ekonomi dan juga hanya memihak kepada kelompok yang memilki modal yang besar, tak peduli meski harus mengorbankan lingkungan. Akibatnya, eksploitasi sumber daya alam terus saja berjalan tanpa kendali. Kebebasan kepemilikan di sistem kapitalisme membenarkan hal itu terjadi.
Akibatnya, bencana alam yang menimpa negeri ini terus terjadi, bahkan hampir tidak pernah usai. Sebelumnya, di awal tahun, negeri ini sudah lebih dulu ditimpa bencana alam dengan kondisi yang sangat parah. Tetapi sangat disayangkan, upaya untuk menangani bencana alam dari pemerintah dinilai lambat karena pemerintah negeri ini mengusung sistem kapitalis. Jadi, sangat sulit diharapkan untuk bisa memperhatikan nasib rakyatnya selama masih bersistem kapitalis.
Bahkan cukup mudah diindra sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme yang lahir dari rahim sistem kehidupan sekularisme tidak memberikan ruang sama sekali bagi kebenaran ilmu pengetahuan, apalagi wahyu. Kecuali, jika mendukung capaian agenda menguntungkan para korporasi, serta rezim berkuasa yang juga pengusaha. Sementara izin lingkungan, dan Analisis Dampak Lingkungan yang dipandang sebagai pengendali, terbukti begitu mudah dimanipulasi dan diperjualbelikan.
Inilah buah pahit sistem kehidupan sekularisme, dengan sistem politik demokrasi dan sistem ekonomi kapitalismenya. Ia biang masalah dan akar persoalan banjir dan tanah longsor sistemik di negeri ini. Persoalan banjir akan terus terjadi bila penguasa tidak memiliki kemauan politik mengurus kepentingan publik dan terus berpegang dengan hukum buatan manusia yaitu kapitalisme yang eksploitatif tak mampu mengentaskan permasalahan banjir yang sudah menjadi penyakit akut ini.
Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya” (HR Bukhari Muslim).
Artinya, negara wajib untuk bertanggung jawab atas bencana yang menimpa dan tidak abai dengan menyerahkan urusannya kepada pihak lain. Negara harus yang paling utama mengatasi permasalah ini.
Karena itu, kunci untuk mengakhiri segala bencana alam ini tidak lain dengan mencampakkan akar penyebabnya, yakni sistem kapitalisme. Kemudian, menerapkan ideologi dan sistem yang telah Allah SWT turunkan. Yakni, sistem Islam. Dengan diterapkan syariah Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan lahan/tanah, sumberdaya alam dan lingkungan hidup akan terus terjaga. Islam
mempunyai solusi yang bisa mengatasi banjir dan genangan. Islam dalam naungan negara islam tentu memiliki kebijakan efektif dan efisien.
Wallahua’lam.
Tags
Opini