Oleh : Rindoe Arrayah
Hingga kini, kaum muslimin mengalami berbagai penindasan yang tak tertahankan, seperti pembunuhan, penjajahan dan pengusiran di negerinya sendiri. Hal ini sebagaimana yang terjadi di Suriah, Palestina, Rohingya, Kashmir, Uighur, Yaman dan negeri-negeri Muslim lainnya.
Tentunya masih hangat dalam ingatan, saat Palestina kembali membara. Serangan yang bertubi-tubi menyasar pemukiman rakyat Palestina menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Dikutip dari kompas.com, total 197 rakyat tewas di Gaza termasuk diantaranya 58 anak-anak, dan lebih dari 1.200 luka-luka sejak Israel melakukan serangan udara pada 10 Mei lalu. Kemudian Israel mengatakan, 10 orang termasuk 1 anak tewas dan 294 luka-luka akibat roket yang ditembakkan dari Gaza (17/05/2021).
Sebanyak apapun jumlah umat Islam saat ini, tidak membuat mereka luput dari penindasan dan diskriminasi. Penindasan terhadap kaum muslimin ini disaksikan oleh masyarakat seluruh dunia. Akan tetapi, hanya dianggap seperti angin lalu. Tidak ada yang benar-benar memperjuangkan agar umat Islam terlepas dari segala derita. Bahkan, ulama dipersekusi serta tempat ibadahnya di serang, tapi dunia hanya bungkam. Tembok besar nasionalisme telah menjadi sekat antar kaum muslimin di berbagai negiri. Saat saudaranya membutuhkan uluran tangan, kaum muslim lainnya hanya bisa berdiam diri tak berdaya untuk membantunya melepas dari derita.
Sebagai negeri yang memiliki penduduk muslim terbesar dunia, tidak menjadikan Indonesia luput dari penindasan pula. Sudah berapa banyak ulama yang dipersekusi? Sudah berapa banyak tokoh agama yang diserang orang tak dikenal, lalu sang pelaku diklaim sebagai orang gangguan jiwa? Sudah berapa kali Islam dinistakan di negeri ini? Berbagai peristiwa ini sudah terjadi berulang kali tanpa ada solusi tuntas dan hukum yang tepat bagi pelaku. Bahkan, orang yang mengamalkan ajaran Islam dituduh radikal.
Nusantara yang dianugerahi kekayaan alam melimpah nyatanya tak dinikmati oleh rakyatnya, orang-orang munafik melepas kekayaan alam pada pihak asing dan aseng dengan senang hati. Pandangannya telah terbuai oleh kebahagiaan duniawi yang semu. Para penjajah disambut dengan hangat dan tanpa disadari, pikiran mereka pun berhasil dijajah oleh pemikiran-pemikiran rusak yang menjadi bumerang dikemudian hari. Negeri-negeri kaum muslimin diburu dan dieksploitasi dengan bebas tanpa perlawanan. Inilah yang terjadi ketika Islam tak diterapkan sebagai ideologi dan sumber hukum bagi kehidupan.
Jika kita menilik sejarah kejayaan Islam di masa lalu. Islam menjadi negara superpower dan berdiri dengan gagahnya selama lebih dari 13 abad lamanya. Berhasil menegakkan keadilan, masyarakatnya diliputi rasa aman dan kesejahteraan hakiki. Bukan hanya kaum muslim yang merasakannya namun siapapun yang bersedia hidup dibawah naungan Khilafah.
Sistem Islam berhasil membentuk pemimpin bertakwa yang saat ini seperti barang langka. Seorang pemimpin yang benar-benar memprioritaskan urusan rakyat dan negara. Serta berhasil membangun ekonomi mandiri tanpa pungutan pajak dari individu muslim dan campur tangan pihak swasta. Selain itu, keadilan yang selama ini hanya menjadi barang mewah dan impian semata, bisa terwujud manakala syari’at Islam diterapkan di seluruh lini kehidupan. Jaminan rasa aman akan didapat oleh setiap individu. Negara Islam dengan kekuatannya tak akan memberikan celah bagi musuhnya untuk mengeksploitasi dan menjajah negeri kaum muslimin.
Kita dapati saat ini, sudah banyak sekali bukti kebobrokan sistem kufur. Hidup adalah pilihan, maka kita bisa untuk memilih kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang tentram dan sejahtera seperti saat Islam masih berjaya. Kejayaan itu bisa kita raih kembali asalkan kita mau menerima dan diatur oleh aturan Allah SWT, yakni syari’at Islam.
Untuk itu, berhentilah berharap pada sistem Kapitalisme-Sekularisme yang sudah rusak sejak awal kemunculannya. Campakkan sistem buatan manusia dan kembali pada aturan Allah SWT. Buang ego dalam diri dan sadari betapa lemahnya manusia. Manusia dengan fitrahnya yang lemah dan terbatas tak pantas membuat aturan, bahkan untuk dirinya sendiri. Saatnya, umat Islam bersatu dan merapatkan barisan demi memperjuangkan kembalinya Islam sebagai perisai umat agar menjadi peradaban yang berjaya bagi seluruh semesta.
Wallahu a'lam bishshawab.