Oleh : Hamnah B. Lin
Kewajiban bagi kaum muslim untuk taat terhadap Syariat Allah SWT secara menyeluruh, nampaknya terus dijegal, dihambat bahkan diftnah dengan fitnah yang luar biasa salahnya. Ayat- ayat Al-quran telah berani dipelintir menjadi salah. Hadits -hadits Rasulullah saw. telah salah mereka artikan, hingga menjadi makna yang jauh bertentangan dengan makna yang sesungguhnya. Inilah akibat dari pemikiran bebas alias liberalisme, yang kemudian muncul program atau ide moderasi agama. Yang miris, program moderasi agama ini telah masuk ke dalam kurikulum pendidikan di negeri tercinta yang mayoritas adalah muslim.
Dikutip dari Republika.com -- Kementerian Agama (Kemenag) merilis buku pedoman penguatan moderasi beragama yang menjadi panduan untuk lembaga pendidikan baik itu di madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi dalam menerapkan nilai-nilai keagamaan yang moderat. "Alhamdulillah, penyiapan pedoman penguatan moderasi beragama di lembaga pendidikan sudah selesai. Hari ini kita rilis bersama agar bisa dijadikan panduan baik di madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi," ujar Menag Yaqut Cholil Qoumas saat membuka peluncuran buku penguatan moderasi beragama yang diikuti secara virtual dari Jakarta, Rabu (22/9).
Ada empat pedoman yang dirilis, yakni buku saku moderasi beragama bagi guru, buku modul pelatihan penguatan wawasan moderasi bagi guru, pedoman mengintegrasikan moderasi pada mata pelajaran agama, dan buku pegangan siswa. Peluncuran empat buku ini dikemas dalam gerakan "Aksi Moderasi Beragama: Menyemai Nilai-Nilai Moderasi Beragama dalam Kebhinekaan".
Yaqut menilai institusi pendidikan menjadi salah satu ruang strategis dalam menyemai penguatan moderasi beragama. Apalagi jumlah pendidik dan peserta didik pada semua jenjang secara nasional mencapai 61,3 juta.
Dari jumlah itu, kata dia, sebanyak 51 juta adalah peserta didik pada jenjang dasar dan menengah, dan 7,3 juta adalah mahasiswa. Sementara jumlah guru mencapai 2,6 juta dan dosen 308 ribu orang. "Jumlah ini adalah 22,6 persen dari total populasi di Indonesia," kata dia.
Kementerian Agama juga telah menyiapkan portal buku elektronik pendidikan agama yang memfasilitasi visi penguatan moderasi beragama.
Dalam Aksi Moderasi Beragama itu, melalui Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto, terungkap anggaran moderasi beragama lintas direktorat jenderal tahun ini naik mencapai Rp3,2 triliun. (Republika.com)
Namun, ada hal yang menarik perhatian, yakni kehadiran artis Indonesia. Kemenag mengundang Cinta Laura Kiehl secara khusus untuk mewakili generasi muda dalam membahas masalah moderasi beragama. Sempat viral pengakuan Menag Yaqut yang mengaku hampir menangis mendengar pidato Cinta. Dalam pidatonya, Cinta menyisipkan pemikiran Rene Descartes, seorang filsuf yang menuliskan perihal manusia yang merupakan makhluk terbatas. Mengutip Descartes, Cinta mempertanyakan bagaimana kita sebagai makhluk yang terbatas merasa punya kemampuan untuk mengerti sesuatu yang jauh di luar kapasitas manusia dan memahami esensi dari sesuatu yang tidak terbatas.
Maka jika diterjemahkan secara bebas terlepas dimanapun kegiatan apa pidato tersebut disampaikan, jelas pernyataan ini menyindir kepada mereka yang meyakini nilai-nilai agama secara fundamental atau mendasar. Lebih spesifik lagi, pernyataan itu tertuju pada kaum muslimin yang meyakini syariat Islam secara utuh dan menyeluruh (kafah).
Pada dasarnya, ide moderasi beragama tegak atas asumsi bahwa identitas agama menjadi dasar fundamentalisme. Sikap ini pada akhirnya menafikan nilai-nilai kebenaran dari kelompok lain. Akhirnya, muncullah ide pluralisme sebagai paham yang dipandang mampu menjembatani perbedaan ajaran agama. Kemunculan ide pluralisme agama ini berdasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan truth claim yang dianggap sebagai pemicu munculnya ekstremisme, radikalisme agama, perang atas nama agama, serta penindasan antarumat agama.
Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya paling benar alias lenyapnya truth claim. Atas dasar inilah proyek moderasi digalakkan. Agar terkesan sangat mendesak dan penting, di wacanakanlah pentingnya menjaga persatuan antarumat beragama, memelihara persaudaraan sebangsa dan setanah air, serta mengembangkan persaudaraan kemanusiaan, melalui program moderasi agama ini.
Lalu, ajaran darimana moderasi agama ini?
Sebagaimana diketahui, sejak kekuatan ideologi sosialisme-komunisme hancur, Islam memang menjadi ancaman baru bagi hegemoni kapitalisme global.
Kezaliman kapitalisme disertai kian gencarnya dakwah Islam kaffah membuat kesadaran umat akan kewajiban dan urgensi hidup dalam tatanan Islam tak bisa lagi dihalangi. Inilah yang dikhawatirkan Barat dan antek-anteknya. Hingga mereka serius mencari cara agar arus kesadaran akan Islam ini tak berubah menjadi bencana bagi eksistensi mereka. Ternyata, solusi yang dipandang jitu adalah dengan menjauhkan umat dari kecemerlangan agamanya, sekaligus membenturkan umat Islam dengan sesamanya.
Adalah Rand Corporation, sebuah Pusat Penelitian dan Kajian Strategis tentang Islam di Timur Tengah yang berpusat di Santa Monica-California dan Arington-Virginia, Amerika Serikat (AS), yang pada 2007 mengeluarkan sebuah laporan setebal 217 halaman berjudul Building Moderate Muslim Network. Laporan ini berisi rekomendasi bagi pemerintahan AS tentang cara melemahkan dan memecah kekuatan Islam. Tak lain dengan membangun jaringan Muslim Moderat sebagai mitra Amerika dalam melawan apa yang mereka sebut kebangkitan fundamentalisme Islam di dunia.
Selain itu, Rand Corp pun merekomendasikan agar pemerintah AS turut memfasilitasi eksistensi kelompok-kelompok yang dinilai paling cepat memberikan dampak dalam perang pemikiran yang digagasnya.
Yakni kelompok muslim moderat dari berbagai kalangan, seperti: 1) Akademisi dan intelektual Muslim yang liberal dan sekuler, 2) Mahasiswa muda religius yang moderat, 3) Komunitas aktivis, 4) Organisasi-organisasi yang mengampanyekan persamaan gender, dan 5) Wartawan dan penulis moderat. Sejalan dengan itu, Pemerintah AS juga diminta terus memastikan kalangan-kalangan tersebut diikutsertakan dalam kunjungan kongres (dialog), serta berupaya membuat mereka dikenal oleh pembuat kebijakan.
Inilah yang sedang terjadi di negeri-negeri Islam termasuk di Indonesia. Kelompok moderat dan aktivisnya selalu mendapat panggung dan support dana di berbagai isu dan kesempatan. Media-media mainstream mengelu-elukan mereka sebagai pejuang demokrasi dan kemanusiaan. Mereka selalu tampil bak pahlawan. Mempropagandakan narasi pesanan seperti soal hak asasi, demokrasi, toleransi, persamaan, kebebasan, dan kesetaraan.
Nyatalah bahwa moderasi agama ini bukan ajaran Islam, bukan berasal dari Islam. Dia adalah alat yang digunakan Kafir Barat untuk menyingkirkan Islam dengan seluruh ajaran dan pengikutnya. Kafir Barat ingin menguasai dunia dengan ideologi kapitalisnya yang nyata - nyata tidak mampu mensejahterakan manusia, tidak mampu menyelesaikan seluruh permasalahan manusia dengagn benar. Justru yang terjadi adalah kesengsaraan dimana - mana, kedzaliman dan seterusnya.
Moderasi agama Islam jelas arahnya adalah untuk menjauhkan kaum muslim dari ajaran Islam kaffah yang sesungguhnya. Menghancurkan kaum muslim hingga mereka benci dengan agamanya sendiri.
Wahai kaum muslim, mari bersatu melawan moderasi agama ini. Dengan gigih belajar Islam kaffah, peduli dengan kondisi saudara yang lain dan turut berdakwah mendakwahkan Islam kaffah. Hingga tegak Khilafah sebagai sistem pemerintahan Islam yang di ridhai Allah SWT.
Wallahu a'lam biassawab.