Oleh : Bunda Kayyisa Al Mahira
Narasi pluralisme kembali digaungkan di tengah kehidupan. Bak bola panas menggelinding ke segala penjuru merasuki pemikiran kaum muslimin. Pluralisme merupakan pemikiran yang menganggap semua agama sama. Asal muasal paham pluralisme ini dari sistem hidup kapitalis yang sekuler dan liberal. Dari paham liberalisme ini lahirlah kebebasan beragama kemudian lahirlah paham pluralisme.
Salah satu tokoh yang baru-baru ini kembali membuat gaduh di sosial media yaitu Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Dudung Abdurachman melontarkan suatu pernyataan kontroversial. Kata dia, "Jangan terlalu fanatik dalam beragama. Sebabnya, kata dia, semua agama benar di mata Tuhan (Pikiran-rakyat.com,15/9/21).
Munculnya pernyataan pejabat negara ini sesungguhnya mengusung paham pluralisme agama. Dalam praktiknya, pluralisme agama saat ini sudah mengarah pada sinkretisme (pencampuradukan) agama-agama, melakukan ritual yang tak sesuai syari'at Islam. Contohnya adalah adanya acara doa lintas agama, perayaan natal bersama, dll.
Paham pluralisme sangat berbahaya karena akan mengikis dan mendangkalkan akidah. Para pengusung paham pluralisme berpendapat bahwa kebenaran itu relatif tidak ada yang pasti. Hal ini dapat membuat seorang muslim menjadi ragu dengan kebenaran Islam, ragu dengan Al Qur'an bahkan bisa menjerumuskan dalam kemurtadan.
Pluralisme ini juga merupakan paham yang bertentangan dengan Islam. Allah SWT berfirman di surat Al Imran ayat 19 yang artinya "Agama yang diridai Allah adalah Islam (TQS Al Imran :19), surat Al Maidah ayat 3 artinya "Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah aku cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama kalian" (TQS al-Maidah [5]: 3).
Paham pluralisme ini pun akan berpengaruh terhadap anak-anak kita, dan generasi pada umumnya. Maka harus ada upaya untuk melindungi generasi dari paham pluralisme ini. Pelindung utama seharusnya negara yaitu dengan penerapan Islam secara utuh dalam semua sendi kehidupan. Negaralah yang melindungi rakyat dari paham yang akan menghancurkan akidah. Hanya saja kondisi saat ini, alih-alih negara melindungi tapi justru yang menyuarakan pluralisme di tengah masyarakat.
Maka pada saat ini benteng terakhir pelindung generasi dari paham pluralisme ini adalah keluarga. Keluarga harus berupaya untuk melindungi ananda dari paham pluralisme yang sangat berbahaya ini. Cara yang bisa ditempuh untuk membentengi ananda dari paham pluralisme diantaranya yaitu :
Pertama, menguatkan akidah yang akan menyaring pemahaman yang bertentangan dengan Islam seperi pluralisme ini. Sampaikan kepada mereka tentang kesalahannya dan bahayanya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak. Berikan informasi tentang tsaqofah Islam baik akidah maupun syari'ah sebanyak mungkin sejak dini. Buat anak bangga dengan agamanya.
Kedua, menanamkan kecintaan pada Al Qur'an dan kepada Rasulullah sejak dini. Menanamkan kecintaan pada Al Qur'an dimulai dengan mendekatkan anak dengan Al Qur'an, menjelaskan bahwa Al Qur'an Kalamullah. Memperdengarkan Al Qur'an pada anak, menceritakan kisah-kisah yang ada di dalam Al-Qur'an dll.
Menanamkan kecintaan kepada Rasulullah tentu dimulai dengan mengenalkan siapa Nabi Muhammad saw., bahwa Allah mengutus beliau untuk menyampaikan syariat Allah. Rasulullah juga sebagai teladan terbaik untuk manusia. Caranya bisa dengan membacakan cerita sirah nabawiyah menggunakan media yang menarik dan bahasa yang mudah dipahami oleh anak.
Ketiga, mengasah kemampuan berpikir anak. Di era globalisasi saat ini dimana arus informasi begitu deras melalui teknologi maka akan mempengaruhi cara berpikir dan bersikap anak. Jika informasi yang diterima sesuai dengan hukum syara maka pola pikirnya benar, namun jika sebaliknya, yaitu informasi yang diterimanya bertentangan dengan hukum syara maka akan menghasilan pemikiran yang salah. Orang tua haruslah memberikan informasi yang benar, yang bersumber dari ajaran Islam, Al-Qur'an dan as-Sunnah.
Keempat, berdakwah di tengah-tengah umat agar umat paham dengan Islam dan paham juga dengan pemikiran yang bertentangan dengan Islam salah satunya pluralisme ini. Anak kita tidak berada terus menerus di rumah tapi bersosialisasi dengan temannya baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.
Kelima, memanjatkan doa untuk keluarga dan anak-anak. Doa merupakan senjata utama orang yang beriman. Maka kita sebagai orang tua harus meminta kepada Allah agar menjadikan anak-anak kita anak-anak yang saleh dan membimbing mereka ke jalan yang lurus dan diridai. Berdoa untuk kebaikan anak adalah salah satu ciri hamba Allah yang saleh (Lihat: QS al-Furqan [25]: 74).
Itulah beberapa upaya yang bisa kita lakukan semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih, bagian dari generasi emas yang akan menghantarkan pada kejayaan Islam di masa depan. Aamiin.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.
Tags
Opini