Oleh : E. Rachma
(Praktisi Pendidikan)
Pembelajaran tatap muka di sejumlah sekolah di berbagai wilayah Indonesia sudah mulai dilakukan. Sejumlah siswa menyambut gembira pembelajaran tatap muka ini setelah kurang lebih dua tahun mereka belajar secara daring (dalam jaringan) dikarenakan pandemi yang belum reda. Namun, di tengah sukacita dan kegembiraan siswa ini, tetap ada kejadian yang membuat khawatir orang tua, pihak sekolah, dan masyarakat.
Di beberapa daerah telah terjadi tawuran setelah kegiatan tatap muka dimulai. Seperti tawuran yang terjadi di daerah Cilamaya, Karawang pada akhir bulan September, beberapa siswa ditemukan membawa senjata untuk digunakan tawuran dengan sekolah lain.
Kemudian di Bogor, seorang siswa SMA tewas menjadi korban tawuran sekolah lain yang terjadi pada awal bulan Oktober kemarin. Berbagai pihak, mulai dari sekolah, TNI, dan pihak terkait melakukan banyak penanganan seperti penyampaian materi di sekolah, diadakan pelatihan bela negara, dan lain-lain.
Tawuran sudah menjadi kejadian yang sering terjadi di kalangan pelajar. Bahkan hampir setiap tahunnya terjadi, dengan penyebab tawuran yang terkategori sepele, seperti saling mengejek, mencela, meneriaki, dan lain-lain. Namun kejadian ini tidak kunjung reda walau sudah cukup ditangani oleh pihak terkait. Hal ini masih menjadi PR bersama semua pihak untuk menuntaskan permasalahan ini. Belum lagi dengan persoalan remaja lainnya seperti pergaulan bebas, narkoba, dan sebagainya, yang sering melibatkan remaja.
Pendidikan menjadi tonggak dasar untuk mewujudkan generasi yang tangguh dan berkarakter. Sistem pendidikan yang benar harus diterapkan agar permasalahan yang terjadi pada pelajar (remaja) dapat terselesaikan, minimal berkurang. Sistem pendidikan yang ditopang dengan kurikulum pendidikan yang berorientasi tidak hanya pada sisi intelektual, namun juga pada sisi akidah yang kuat. Sistem pendidikan yang benar ini harus didukung dengan sistem pendukung yang benar lainnya, seperti sistem ekonomi, politik, pemerintahan, dan lain-lain.
Sistem pendidikan yang benar, yaitu Islam, sudah terbukti sekian abad mampu mewujudkan generasi tangguh dan berkarakter. Tidak hanya mampu melejitkan pelajar secara intelektual tapi juga secara akidah. Kita bisa lihat generasi terdahulu seperti Al-Khawarijmi yang mampu menciptakan angka nol sehingga angka nol ini dapat digunakan dalam pembuatan program komputer dan lainnya. Kemudian Ibnu Sina, ahli dalam bidang kedokteran, dan karya-karyanya menjadi rujukan bagi para dokter di dunia saat ini. Dan masih banyak lagi para intelektual muslim yang lahir dari sistem yang benar (Islam) ini. Semoga negeri ini atau dunia mampu menerapkan kembali sistem yang benar ini sehingga terwujud generasi tangguh dan berkualitas.