Oleh : Ummu Tsalitsha
Isu moderasi beragama kian gencar disebarkan terutama menyasar di kalangan pendidik, siswa, pondok pesantren dan ulama. Digawangi oleh kementrian agama dan kementrian pendidikan dan kebudayaan, riset dan teknologi, isu ini seolah menjadi urgen dilaksanakan dengan sokongan dana yang begitu fantastis dari negara.
Seolah ada sekat, isu moderasi beragama ini menjadikan orang yang memeluk Islam dihadapkan pada 2 pilihan, Islam moderat yang sesuai dengan zaman kekinian atau Islam radikal yang dianggap membahayakan persatuan bangsa.
Nyata, isu moderasi beragama ini berbahaya. Menganggap orang yang memeluk Islam harus moderat (Islam jalan tengah), toleransi dengan agama lain dengan menganggap benar semua ajaran agama, diskusi lintas agama dan jika tidak melakukan hal yang demikian dianggap sebagai muslim yang intoleran.
Padahal, sudah jelas termaktub dalam Al-Quran, bahwa hanya Islam agama yang diridai oleh Allah Swt. dan Islam agama yang tinggi dan akan tetap dijaga sampai hari akhir kelak.
Tidak ada paksaan dalam agama Islam.
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku.
Sudah jelas, Islam tidak memaksa seorang kafir pun untuk masuk ke dalam agama Islam, kecuali atas hidayah Allah dan keridaan orang tersebut untuk memeluk Islam, agama yang damai dan senantiasa mengajarkan kebaikan.
Nur Isam tersebar melalui para pemeluknya yang menyebarkan Islam dengan kasih sayang tanpa paksaan sedikitpun kepada pemeluk agama lain.
Bukan dengan isu moderasi beragama yang terlalu dipaksakan inilah, akhirnya membuat seseorang atau sekelompok org membuat statement yg membahayakan sehingga membuat gaduh di kalangan pemeluk Islam.