Oleh : Ummu Hanif (Pemerhati Sosial dan Keluarga)
Tertulis dengan jelas dan gamblang di kitab Al qur’an bahwa perilaku elgebete adalah perilaku menyimpang dan berakibat azab yang dahsyat dari Allah. Namun seiring berkembangnya waktu atas dasar hak asasi manusia atau HAM perilaku elgebete ini makin mendapatkan dukungan dan simpati dari banyak pihak. Dan baru – baru ini, kontes kecantikan para transgender terselenggara dengan meriah di Indonesia, tepatnya di Bali pada kamis, 30 September 2021 kemarin. Miss Queen Indonesia 2021, sebuah ajang pencarian bakat para transgender untuk selanjutnya melenggang di kontes Internasional.
Sebagaimana yang dilansir www.detik.com pada 2/10/2021, Millen Cyrus terpilih menjadi Miss Queen Indonesia 2021 dan berhak mengikuti Miss Internasional Queen 2021 di Thailand. Meski menuai banyak kritik, namun nyatanya, acara ini berlangsung dengan lancar dan aman. Hal ini mengukuhkan, bahwa masyarakat Indonesia, telah lebih lunak dalam menerima kaum pelangi dan mengakui eksistensinya. Dan jika hal ini terus dibiarkan, dengan mengatasnamakan HAM, maka jelas akan mengancam generasi kita.
Miris memang ketika kita hidup di lingkaran kapitalisme, liberalisme, dan sekulerisme, kita seperti dilepas dengan sendirinya tanpa diberi naungan atau perlindungan dalam pendidikan secara akhlaq ke anak-anak kita. Pertanggung jawaban ke Sang Pencipta seolah-seolah murni terbebankan di pundak orang tua masing-masing. Lingkungan maupun negara sebagai komunitas terbesar yang diharapkan berperan serta dalam pembentukan akhlaq sesorang menjadi mandul karena surga dan neraka menjadi peran Individu atau perorangan. Dengan begini sebagai orang tua tentunya akan merasa khawatir melepas buah hatinya untuk beraktifitas diluar rumah, karena pengaruh elgebete yang seolah menjadi wabah penyakit menular yang siap menjangkit keturunan kita. Bagaimana bisa ketika kita menanamkan akidah yang kuat namun lingkungan luar tidak kalah kuatnya memberi pengaruh untuk merusak akidah kita. Selayaknya ketika kita mempunyai bibit yang unggul dan subur namun lahan untuk menanam bibit itu kering dan gersang maka lambat laun bibit itu akan mati kalaupun bisa tumbuh tidak akan menghasilkan tanaman atau buah yang diharapkan. Begitulah perumpamaan kita membesarkan anak-anak kita di era sekarang ini. Era yang menghalalkan banyak aktitifitas elgebete yang jelas menyimpang dan merusak generasi.
elgebete berkembang dengan pesatnya di Indonesia ketika peran sekulerisme bercokol di benak kebanyakan masyarakat sekarang, yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Dan sudah dipastikan bahwa pemahaman sekulerisme memandang pria dan wanita hanya sebagai objek sexual dan dibuat tertanam di benak mereka dengan disodorkan bermacam fasiltas yang mengalihkan otak mereka ke hal-hal yang porno melalui tontonan-tontonan televisi dan media sosial yang dengan mudahnya kita dapatkan hanya dengan mengklik jari saja. Dan hal itu digelontorkan secara terus menerus untuk membuat ketagihan dan tentunya merusak akidah yang benar dalam diri kita. Ketidak puasan dan menginginkan hal yang lebih secara sexual terus menerus tertanam di otak mereka.
Dalam Islam sendiri sudah sangat jelas, tegas dan keras dalam menyikapi problema elgebete ini. Sebelum elgebete marak di zaman sekarang ini ada kisah yang dramatis pada masa Nabi Luth. Kaumnnya dinamakan kaum sodom atau gay pada masa sekarang dan Allah melaknatnya serta menimpakan azab sangat pedih saat itu. Harusnya hal itu menjadi pelajaran buat kita untuk menanamkan rasa takut akan laknat Allah . Bahkan dijelaskan secara gamblang saat itu bagaimana Allah melaknat kaum Nabi Luth dengan hujan batu yang bertubi-tubi dan batu tersebut terbuat dari tanah yang terbakar. elgebete sendiri adalah perbuatan yang menyimpang dari fitrah Islam karena Allah menciptakan Laki-laki berpasangan dengan perempuan bukan berpasangan dengan sesama jenisnya. Memang Allah menciptakan gharizatu al na’u yaitu dorongan perasaan cinta dan hawa nafsu terhadap semua makhluknya namun bukan berarti kita menuruti semua dorongan nafsu itu jika berujung ke hal haram dan dilaknat Allah. Kita diciptakan dengan dorongan sexual untuk diarahkan ke lawan jenis dengan cara yang halal yaitu pernikahan sebagai ladang ibadah dan memperbanyak keturunan. Dan itu adalah hal yang dicapai ketika hubungan itu dilakukan sesama jenisnya.
Sudah selayaknya kita bekerjasama menyadarkan para saudara kita bahwa jalan yang mereka pilih adalah salah dan menyimpang dan akan mengundang laknat Allah. Dengan dakwah yang lemah lembut kita ketuk hati mereka untuk kembali ta’at bertobat kepada Allah. Menerapkan secara utuh dan sempurna semua Syari’atNYA mencapai indahnya JannahNYA.
Wallahu’alam bi showab