Oleh : Mauli Azzura
Anggaran fantastis pemilu 2024 di sorot oleh Wakil Ketua DPD Sultan Najamudin yang mengatakan akan terus meningkat kedepannya.
“Sangat penting bagi kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi prinsip musyawarah mufakat untuk meninjau kembali sistem pemilu yang boros dan cenderung menyebabkan kerentanan sosial seperti ini. Pemilu langsung sudah seperti industri dalam demokrasi kita,” kata Sultan. (BeritaSatu, 19/9/2021).
Sultan Najamudin juga menambahkan bahwa jika pemilu harus dibiayai dengan hutang, betapa naifnya bangsa ini. Karena dalam suasana bangsa yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19, sebaiknya anggaran difokuskan pada pembenahan sistem, manajemen kesehatan dan pendidikan, serta upaya pemulihan ekonomi nasional.
Sudah dianggap biasa jika di setiap penyelenggaraan pemilu, negara bisa menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Dan lagi-lagi pastilah rakyat yang harus membayarnya. Bahkan di masa pandemi terlihat tidak akan ada yang berubah, karena permainan demokerasi-liberal masih tetap berlaku.
Dari sini seharusnya rakyat sudah mampu memandang, bahwa sistem yang menghabiskan anggaran fantastis untuk pemilu, masih jua belum mampu menciptakan pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab pada visi-misi yang mereka gencarkan selama kampanye. Sedang di masa pandemi sekarang ini, masih banyak yang lebih membutuhkan dana anggaran, seperti menangani kemiskinan, memperbaiki pendidikan, serta meningkatkan kualitas kesehatan. Pasti secara otomatis, dana anggaran itu sangat bermanfaat dan mampu memperbaiki kondisi negara yang saat ini ada di ambang kehancuran dengan jumlah hutang negara yang melangit.
Jadi perlu digarisbawahi, bahwa untuk menciptakan kepemimpinan terbaik tidak lah harus dengan menghabiskan dana yang luar biasa. Seperti halnya dalam kepemimpinan, sistem Islam sudah terbukti mampu mencetak pemimpin-pemimpin kelas dunia selama berabad-abad. Dengan membaiat seseorang yang memenuhi persyaratan sebagai kandidat pemimpin, maka dia diberi amanah untuk menjadi pemimpin sebab keimananya kepada Allah SWT dan bukan karena adanya kepentingan pribadi atau kepentingan lainnya.
Allah berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."
(QS. Al-Anfal ayat 27)
Maka sungguh, kepemimpinan berkualitas akan tercipta saat pemimpin itu memiliki ketakutan yang besar pada Allah atas perbuatan-perbuatannya, serta rasa takut akan hisab pertanggungjawabanya pada Allah diakhirat kelak.
Wallahu a'lam Bishowab