AUKUS: Ancaman yang Serius

Oleh: Atik Hermawati


AUKUS yakni perjanjian aliansi militer antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat akan memberi efek domino bagi kawasan Indo-Pasifik, secara khusus negara-negara ASEAN dan menjadi ancaman nyata bagi keamanan. AUKUS sendiri dipersiapkan untuk menyediakan kapal selam bertenaga nuklir, yang jelas dirancang untuk mengimbangi kekuatan China di Indo-Pasifik. Pemimpin Australia Scott Morrison menggambarkan AUKUS sebagai “kemitraan selamanya” dengan AS dan Inggris.

Sementara itu dilansir dari Sindonews.com (25/09/2021), Sha Zukang yang seorang diplomat senior dan merupakan mantan duta besar China untuk PBB, menyampaikan seruan bahwa China harus bersiap melakukan serangan nuklir pertama dan harus menyingkirkan kebijakan “bukan pengguna pertama” senjata pemusnah massal tersebut. Hal itu untuk melawan AUKUS.


Ancaman Nyata Negara

Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana, S.I.P., M.Si. dalam Kabar Petang: China VS AUKUS di kanal YouTube KC News, Kamis (23/09/2021) menilai ada dua tujuan riil dalam AUKUS ini.  Pertama ialah warning dan sinyal terhadap menguatnya eksistensi Cina. Dimana sebelumnya AS mengalihkan perhatian dari kawasan Timur Tengah ke Pasifik, ditandai dengan penarikan mundur pasukan AS di Afganistan.

Kedua, secara politis AUKUS menguatkan hubungan atau relasi antara Amerika dan Inggris yang berimplikasi terhadap konteks percaturan politik Eropa dengan menguatnya persaingan antara Inggris dan Perancis. Perancis merespons cukup negatif terhadap kemunculan AUKUS.

Lanjutnya, pengadaan kapal selam bertenaga nuklir akan meningkatkan eskalasi ketegangan militer di kawasan Pasifik. Dimana Presiden AS Joe Biden mengonsentrasikan hubungan politik luar negeri dari Timur Tengah ke Pasifik. Salah satu statement Biden untuk mewaspadai manuver-manuver yang dilakukan emerging power Cina.

Menanggapi hal itu Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara pertama di kawasan (Indo-Pasifik) yang mengingatkan Australia untuk menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan tersebut. (Tribunnews.com, 01/10/2021).

Dengan adanya AUKUS, tentu menambah pintu masuk para imperialis terhadap bumi Pertiwi ini. Negeri ini hanya mampu berdiplomasi tanpa solusi, bahkan terhimpit di antara kepentingan dua negara besar yang mencengkeramnya. Polugri Indonesia yang bebas aktif hanyalah ilusi dan pragmatis. Sejatinya negeri ini tidak punya kekuatan, yang akan menyebabkan terbawa arus negara yang mendominasinya. Bahkan diibaratkan pelanduk yang harus mencari celah (keuntungan) dari pertarungan gajah jika tidak ingin mati terinjak.

Jika tetap demikian, lagi-lagi masyarakat yang menjadi tumbal akan kelesuan penguasa dan negara terhadap negara kafir imperialis. Lalu bagaimana melepaskannya?


Islam Solusi Tuntas

Negeri ini bisa merdeka secara nyata dengan menerapkan Islam secara paripurna. Tentunya dengan penuh keberanian melepaskan hegemoni para penjajah. Islam dijadikan asas bagi negara, termasuk politik luar negeri.

Dakwah Islam ke seluruh dunia ialah menjadi prinsip utama dalam polugri Islam. Telah dicontohkan Rasulullah saw. bahwa beliau menjadikan hubungan dengan seluruh negeri kafir seperti Quraisy atau kabilah-kabilah lainnya berdasarkan prinsip mengemban dakwah, baik dalam hubungan peperangan dan perdamaian, gencatan senjata, perdagangan, ataupun yang lainnya. Semua itu semata-mata untuk meninggikan kalimat-Nya.

Selain itu jihad ialah metode untuk membebaskan negeri lainnya dari cengkeraman penjajah dan beralih ke pangkuan negara Islam (Khilafah). Metode ini baku sebab Islam tidak berdiri di atas fikrah semata. Hal ini dicontohkan Rasulullah saw. semasa hidupnya sejak hijrah ke Madinah. Tidak kurang, Nabi memimpin 27 kali peperangan dan mengangkat sejumlah sahabat untuk memimpin dalam saraya. Ini adalah teladan dalam kebijakan militer negara.

Kekuatan yang maksimal ditujukan kepada musuh-musuh Allah dan rasul-Nya agar mereka gentar. Mulai dari alutsista hingga pasukan yang gagah dan bertakwa. Itu semua demi memenuhi seruan-Nya, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)" (QS. Al-Anfal [8] : 60).

Namun, peperangan ialah alternatif terakhir. Rasulullah telah mencontohkan, beliau saw. lebih dulu menyeru para penguasa darul kufr dengan mengirimkan utusan agar mereka mau tunduk pada aturan Islam. Bahkan penaklukan pun terjadi tanpa peperangan seperti Makkah saat itu yang ditaklukan dengan jalan perdamaian.

Selanjutnya apabila negara kafir tersebut menolak, maka jihad fisabilillah dilakukan untuk mengagungkan kalimat-Nya dan menghilangkan hambatan tersebarnya cahaya Islam bagi umat manusia. Dari sini, maka Khilafah bersikap keras dan tegas terhadap kafir harbi (yang harus diperangi). Tidak bersembunyi ataupun membebek layaknya pecundang. Sehingga tidak ada hegemoni sedikitpun yang akan menghisap kedaulatan negara mengurusi masyarakatnya.

Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak