Oleh: Yetti
Akhir - akhir ini layar media dunia tertuju pada Taliban yang berhasil mengambil alih kembali Afghanistan, setelah memukul mundur Amerika dan NATO-nya yang telah berkuasa sejak 20 tahun silam. Amerika telah menarik puluhan ribu pasukannya dan mengevakuasi para sekutu dan pejabat serta diplomatnya.
Namun, kemenangan Taliban di Afghanistan akan berpotensi memunculkan kembali momok terorisme internasional. Istilah-istilah radikal, extrimisme, terorisme akan bergema kembali di seluruh dunia dan memicu ketegangan-ketegangan internasional. Ironinya isu ini akan dikait-kaitkan dengan usaha pembentukan Negara Islam dan Khilafah. Hal ini secara tidak disadari akan terus-menerus membentuk opini negatif terhadap Islam, jihad dan syariatnya. Bahkan generasi-generasi muda Islam pun tidak luput menjadi korban hipnotis fitnah ini sehingga mulai meragukan pemahamannya.
Pemerintahan Taliban telah berkomitmen untuk mengembalikan perdamaian dan keamanan di Afghanistan sesuai syariah Islam. Tujuan yang mulia, namun mengapa mereka tertuduh sebagai penjahat hak asasi manusia dan pelaku terorisme?
Memang dari dulu media barat menyerang Taliban dengan “menjual” isu-isu islamophobia. Karena eksistensi Taliban mengancam kepentingan mereka, maka isu pelarangan anak perempuan mengenyam pendidikan, pemaksaan wanita keluar rumah memakai burka, hingga penerapan hukuman yang tegas digaungkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Namun, jika ditelusuri kebijakan Taliban itu ternyata untuk melindungi wanita dan negaranya. Saat itu, keadaan kacau dimana-mana, kriminalitas merajalela, perang saudara dan campur tangan negara adidaya membuat keadaan yang tidak aman lagi untuk para wanita dan anak perempuan keluar rumah apalagi tanpa mahromnya. Maka apalah bedanya dengan keadaan saat ini, kebijakan corona yang memaksa manusia tidak boleh kemana-mana, tidak hanya wanita bahkan pria pun hanya boleh kerja dan sekolah di rumah saja. Lalu mengapa kebijakan corona tidak dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia?
Inilah realita, kekuatan media massa menguasai pemikiran manusia. Tanpa melihat fakta, propaganda media massa telah menguasai dunia. Pengaruhnya sungguh luar biasa. Inilah juga yang menimpa Afghanistan dengan Talibannya. Perjuangan Taliban menjaga wanita dan negaranya dimonsterisasi sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Bahkan setelah peristiwa konspirasi runtuhnya Menara Kembar WTC, istilah radikalisasi dan terorismepun melekat dengannya. Fitnah yang tidak pernah terbukti namun berhasil menjadi alibi untuk melegalkan invansi Amerika di negaranya. Entah sampai kapan terorisme dan hak asasi ini dijadikan senjata untuk menyerang Taliban dan mendiskreditkan perjuangan syariah Islam.
Namun, sebagai seorang muslim dan muslimah jangan mudah terbawa oleh arus opini media yang sengaja dipropagandakan. Kita harus melihat situasi-situasi yang terjadi di dunia saat ini dengan kacamata Islam. Kemenangan Taliban menjadi indikasi mulai melemahnya kekuatan kapitalisme dan pengaruh adidayanya. Kemenangan Taliban menjadi bukti eksistensi Islam. Kemenangan Taliban dan janjinya menerapkan syariah Islam telah memberikan pengaruh positif dan mencas kembali semangat perjuangan syariah Islam. Hal ini menumbuhkan peluang dan harapan besar untuk kebangkitan Islam. Ditambah lagi dengan adanya bisyarah akhir zaman, yang bersumber dari Rasalullah Shalallahu ’Alaihi Wassalam _"Akan muncul dari bumi Khurasan pasukan yang membawa panji hitam. Tidak ada satu pun kekuatan di muka bumi yang bisa mengalahkannya sampai mereka bisa mengibarkan panji hitam itu di Al Aqsa”_. Hadis yang menguatkan akan kemunculan pejuang akhir zaman dari bumi Khurasan yang berada di perbatasan Afghanistan, yang akan mewujudkan tegaknya syariat Islam.
Sudah seharusnya semangat-semangat inilah yang ditumbuhkan dengan kemenangan Taliban di Afghanistan bukan momok-momok terorisme yang dipropagandakan. Semangat berdakwah dan menumbuhkan pemahaman terhadap syariat serta penerapannya dalam bentuk sistem pemerintahan Khilafah Islam. Semangat untuk terus berjuang merubah pemikiran dan ketakutan masyarakat yang menjadi korban konspirasi media. Kita harus menyuarakan lantang Penerapan Syariah Islam untuk menandingi narasi-narasi terorisme yang disebarkan. Mari jadikan Alquran dan Syariat Islam sebagai ruh untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam. _Let save the world with syariah and Khilafah!!!_.