Maraknya Baliho Hingga Abaikan Derita Rakyat




Oleh : Rindoe Arrayah

             Ajang pemilu merupakan suatu peristiwa yang selalu dinantikan oleh beberapa pihak tertentu. Meski pemilu 2024 masih lama pelaksanannya. Akan tetapi, perang baliho sudah terjadi dan marak dilakukan dimana-mana. Para elit politik seakan berlomba-lomba menarik perhatian masyarakat dengan memajang baliho di berbagai sudut strategis jalanan mulai dari Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Demokrat AHY, Ketum PKB Muhaimin Iskandar hingga Ketum Ketua DPR Puan Maharani.

Salah satu media yang sangat baik untuk mempromosikan diri bagi para elit politik agar mudah dikenal masyarakat adalah dengan cara memasang baliho. Apalagi, di tempat strategis yang banyak orang berlalu-lalang, baliho akan menjadi pusat perhatian publik. Berharap masyarakat akan memilih para elit politik saat pemilu nanti. 

Firman Kurniawan Sujono, pakar komunikasi UI mengatakan, "Secara umum billboard/baliho/media luar ruang memiliki keunggulan, mudah dilihat, karena diletakkan di jalan-jalan yang terbukti banyak dilalui kendaraan. Ukurannya yang besar, secara struktural memaksa orang untuk melihatnya. Apalagi, kalau diletakkan di kawasan yang strategis pasti tak terhindarkan orang lewat tak bisa mengelak" (detiknews.com).

Namun, apakah dengan memasang baliho secara marak menjadikan rakyat akan memilih mereka ? 
Pandemi covid-19 yang tak kunjung usai hingga saat ini, membuat kehidupan masyarakat semakin sulit. Masyarakat tidak membutuhkan baliho, tetapi membutuhkan uluran bantuan dari berbagai pihak terutama pemerintah. Pemasangan baliho di masa pandemi oleh para politisi miskin simpati dan sangat melukai hati rakyat. Mereka tidak peka terhadap penderitaan rakyat dan tak tahu malu berebut simpati rakyat demi memperebutkan kursi kekuasaan.

Bukan rahasia lagi bahwa di dalam sistem politik demokrasi, proses pemilu membutuhkan biaya yang sangat mahal. Termasuk harga yang harus dikeluarkan oleh para calon kontestan untuk pemasangan baliho. Seandainya saja anggaran untuk membuat baliho dengan nilai yang fantastis yang dikeluarkan oleh para elit politik tersebut dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sedang kesulitan mungkin jauh lebih bermanfaat daripada untuk membuat baliho. 

Mahalnya proses politik tidak berhenti hanya di urusan baliho saja. Namun, berlanjut hingga membentuk sebuah pola yang mengarah kepada politik transaksional yang ujung-ujungnya pastinya menjadikan rakyat sebagai korban. Rakyat hanya dijadikan stempel untuk mendapatkan legalitas dan jabatan politik mereka demi pundi-pundi uang dan kekuasaan. Hal itu putaran yang terus-menerus mereka lakukan setiap akan dilakukan pemilu.

Maraknya pemasangan baliho juga oleh para elit politik partai bukannya menuai simpati malah makian dan protes rakyat karena para politisi yang menawarkan diri menjadi pemimpin adalah sosok yang tidak punya kepekaan terhadap kondisi rakyat dan hanya bertarung demi mendapat kursi kekuasaan semata. Inilah potret partai politik dalam sistem demokrasi kapitalis, mereka berlomba-lomba ingin menjadi anggota partai agar bisa mendulang kekayaan dan ketenaran, bukan mensejahterakan rakyat. 

Mereka yang ingin menjadi anggota partai nantinya bakalan menduduki kursi kekuasaan akan rela mengeluarkan dana cukup besar untuk mencapai tujuannya. Inilah yang menyebabkan munculnya politik balas budi yang nantinya akan mempengaruhi arah kebijakan politik negara dalam menetapkan kebijakan-kebijakannya ketika mereka berkuasa.

Tentunya, berbeda halnya dengan sistem Islam. Keberadaan partai politik adalah untuk mengontrol negara dalam pelaksanaan hukum-hukum syariat dan melakukan muhasabah terhadap penguasa ketika terjadi pelanggaran dalam hukum syara’. Bukan menjadi patner dalam menyengsarakan kehidupan rakyat. 

Sebuah institusi Islam tidak akan bisa tegak tanpa keberadaan gerakan Islam atau partai politik yang berjuang menegakkannya. Oleh karena, itu keberadaan kelompok dakwah berupa partai politik sangat penting karena berfungsi sebagai wadah yang akan memperjuangkan tegaknya syariat Islam di muka bumi.

Untuk itu, senantiasalah kita istikamah di jalan dakwah demi tegaknya Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan syariat-Nya dalam seluruh aspek kehidupan agar tercapai kemaslahatan bagi seluruh alam.

Wallahu’alam bishshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak