Kebangkitan yang Hakiki
Oleh : Ummu Afkar
Ibu Rumah Tangga dan Aktivis Dakwah, Kabupaten Bandung
Kaum Muslim, pernah memiliki peradaban luhur dan memimpin dua pertiga dunia dengan sistem pemerintahan Islam. Menciptakan keadilan dan kemakmuran, melebur umat manusia tanpa perbedaan. Umat non-Muslim pun mendapatkan keadilan dan perlindungan. Hal inilah yang membuat Islam berkembang, karena sejatinya kedatangan Islam membawa perubahan besar. Islam berhasil menciptakan manusia merdeka dan bangkit, yakni mereka yang tunduk dan menghambakan diri hanya pada Allah SWT, Pencipta segenap makhluk dan alam semesta, Tuhan yang layak disembah. Hal ini adalah kunci kebangkitan yang dibawa Rasulullah saw. pada umat manusia. Itulah yang disampaikan Nabi saw. dalam surat yang ditujukan pada kaum Nasrani Najran:
"Sungguh aku menyeru kalian agar menghambakan diri hanya kepada Allah dengan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian untuk berada dalam kekuasaan Allah dan tidak berada dalam kekuasaan sesama hamba (manusia)" (Ibn Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, 5/553).
Tolok ukur kebangkitan yang sahih bukanlah keberlimpahan materi seperti kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan atau pesatnya pembangunan infrastruktur. Kebangkitan sahih bagi umat adalah kemerdekaan untuk menjalankan syariah Allah SWT secara total di semua bidang kehidupan. Hanya dengan cara inilah umat akan mendapatkan kemajuan di segala bidang sebagaimana yang diraih pada masa lampau. Hal ini tentunya dengan diterapkan hukum syariat islam secara menyeluruh yang dipimpin oleh khalifah. Kekuasaan inilah yang mengantarkan kaum Muslim pada kemerdekaan dan kebangkitan lebih luas lagi. Dengan kekuasaan tersebut umat leluasa menjalankan hukum-hukum Allah SWT dan terbebas dari tekanan dan paksaan manusia. Mereka mengabdikan hidup dan mati sepenuhnya untuk Islam.
Untuk itu tak ada artinya kemajuan materi, sementara manusia masih menghambakan diri mereka kepada sesama manusia dan memperturutkan hawa nafsu. Ini bukanlah kebangkitan, tetapi justru ‘hukuman’ dari Allah SWT karena hal itu membuat derita pada diri sendiri. Imam Ibnu Qayyim mengingatkan, “Mereka lari dari penghambaan (kepada Allah SWT), sementara mereka diciptakan untuk itu, lalu mereka dihukum dengan penghambaan kepada hawa nafsu dan setan.”
Seperti kondisi saat ini, terbukti bahwa ideologi selain Islam seperti sosialisme-komunisme, kapitalisme dan demokrasi malah menciptakan penghambaan kepada sesama manusia dan menciptakan kerusakan? Dalam demokrasi manusia dipaksa untuk mengikuti aturan yang dibuat oleh manusia dengan mengatasnamakan kedaulatan rakyat. Ironinya, produk undang-undang yang dibuat malah sering menyusahkan rakyat yang telah memilih mereka sebagai penguasa dan wakil mereka.
Karena itu hendaklah kita semua bersegera kembali pada syariah Islam. Tentu dengan mengamalkan dan menerapkan syariah Islam sebagai satu-satunya asas dan aturan kehidupan. Hanya dengan syariah Islamlah kita akan diantarkan pada kebangkitan dan kemerdekaan hakiki. Bebas dari jerat penghambaan sesama manusia menuju penghambaan sejati, yakni menghamba hanya pada Allah SWT.
WalLahu a’lam bi ash-shawwab.