Kebanggaan itu Sejatinya Jebakan

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban 




Sukabumi kota santri kini berseri, sebab namanya terangkat karena salah satu moejang geulisnya bernama Hanna Hervia Beauty Jannah, berhasil masuk sebagai grand finalis dalam ajang Internasional Miss Universe Muslimah 2021.  Seketika Gadis asal Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi menjadi buah bibir, karena prestasinya tersebut.  


Hanna yang kini berprofesi sebagai perawat di RS Azra Bogor itu berhasil lolos dalam serangkaian seleksi ketat dalam ajang yang diikuti 500 peserta dari berbagai negara. Pada seleksi awal, Hanna atau biasa dipanggil Beauty itu lolos ke dalam top 32. Di tahapan ini alumnus keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi itu berhasil menyingkirkan 20 peserta lainnya dan dinyatakan lolos ke dalam 12 besar. Tinggal satu langkah lagi, yaitu grand final, tanggal 30 September mendatang yang bakal mengukuhkan namanya sebagai pemenang atau bukan (Sukabumiupdate.com.,21/9/2021).

Ajang miss-missan, ratu-ratuan dan sejenisnya ternyata belum sepi peminat. Setiap tahun selalu digelar dan pendaftarnya berderet ribuan. Wanita muda, cantik, berprestasi, punya banyak talenta, datang dari berbagai wilayah siap beradu guna mendapatkan tempat nomor satu. Yang itu artinya paling cantik, paling pandai, tenar dan tentu paling banyak memperoleh imbalan materi. 

Semua diukur standar manusia, padahal secara fakta tak ada manusia yang sempurna, lantas mengapa masih memaksakan diri menjadi paling cantik? Atau jika ajangnya berlabel muslimah ingin menjadi yang paling syar'i? Sejak kapan syar'i tidak syar'i tergantung pada pendapat manusia? 

Allah menciptakan wanita dan pria berbeda secara fisik, namun tidak jika itu terkait hak dan kewajiban. Masing-masing mendapat pahala bagi amal baik dan dosa bagi amal buruk. Sekali lagi standar baik buruk bukan berdasarkan penilaian manusia. Dengan akalnya yang terbatas, jelas standar manusia tak ada yang solid, satu waktu cantik identik dengan kurus, satu waktu cantik diukur dengan berkulit putih, badan proporsional hingga ada session penilaian dengan memakai swimsuit. 

Setiap mereka yang menang pastilah cantik dan pintar ala manusia, coba saja jika anda pendek, berhidung pesek dan hanya pandai mengaji sekali lihat juri sudah pasti akan mendepak anda. Sebab anda tak punya nilai jual. Mau dipungkiri atau tidak, ajang lomba-lomba ini pasti berkaitan erat dengan promosi produk, endorse produk dan bagian tak terpisahkan dengan ruh kapitalisme. Yaitu mendapatkan materi. Sebab kapitalisme yang berlandaskan sekulerisme hanya mempercayai bahwa bahagia adalah memiliki materi sebanyak mungkin untuk memberi jasadiyah kesenangan maksimal. 

Banyak uang, dipuja, tenar dan yang jelas mendapatkan hidup yang lebih baik, ekslusif. Berapa lama? Tak ada yang bisa menentukan, sebab mereka yang akhirnya terjun di dunia entertainmen berawal dari ajang pemilihan ini hanya seumur jagung, tak lama, kontrak kerja habis jika sebelumnya tak menjalin hubungan dengan pihak promotor lainnya pastilah akan tenggelam. Kembali ke masyarakat, terlupakan bahkan sakitpun tak ada yang menjenguk. 

Sadarkah para wanita jelita itu, bahwa 50 tahun yang lalu orang-orang kafir sudah merancang strategi keji ini agar peradaban Islam yang mulia tak bangkit lagi? Mereka menghembuskan kebebasan dari ide kesetaraan gender, mereka menyeru agar para muslimah tak terlalu kolot, perempuan mesti bebas, tanpa taat baik kepada suami, orangtua maupun walinya dan beraktifitas di luar hingga meninggalkan fitrah mereka sebagai Ibu. 

Alangkah lebih baiknya jika kecantikanmu bukan konsumsi umum, tapi milik suamimu, orang yang menghalalkanmu dan benar-benar bersedia menjadi teman dan sahabat hingga menuju surgaNya. Engkau lembut dia dihadapan anak-anak dan menyenangkan jika dipandang suami. Apakah ini bentuk pengekangan sebagaimana yang mereka serukan? Lantas bagaimana dengan fenomena single parent bagi wanita di Barat, jarang terekspos. Betapa depresinya wanita di Eropa, mereka benar-benar disamakan derajat dan tanggungjawabnya dengan pria. 

Sejatinya kemenangan yang kau terima ilusi semata, jika dilanjutkan memegang teguh apresiasi identitas luarmu tanpa dihiasi ketaatan kepada Allah SWT maka bersiaplah hancur di dunia dan akhirat. Bagi Allah ini fair dan adil. Sebab Allah sudah memperingatkan sebelumnya," Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir"(QS Al Anam :130).

Jika kau tak tahu malu maka berperilaku lah semaumu, sebab mudah bagi Allah menjadikan seluruh makluk ciptaanNya taat namun tidak Allah lakukan hanya karena ingin yang datang adalah mereka yang telah berpayah-payah di jalan ketaatan. Benar-benar mengharap pertemuan denganNya dan menjadikan dunia hanya sebatas sarana ia memperoleh hidup akhirat yang kekal. 

Kejinya kafir, ketika para muslimah sudah melepaskan kerudung ketaatannya, berjalan bak unta berpunuk dan memperoleh rizki dari cara dia mengikuti semua program pemilihan Miss, ratu dan yang lainnya maka sukseslah programnya, yaitu anak-anak pewaris peradaban mulia tak lagi punya misi dan visi melangit. Mereka tak lagi menjadi penjaga agama, namun justru menenggelamkan diri dalam kubangan kehinaan. Wallahu a' lam bish showab. 

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak