Generasi Sandwich, Generasi Terjepit Efek Kapitalis




Oleh : Rindoe Arrayah

             Berbicara mengenai sandwich, tentunya angan kita angan melayang pada sebuah jenis makanan. Iya, betul. Sandwich adalah roti lapis atau roti isi (bahasa Inggris: sandwich), yaitu makanan yang biasanya terdiri dari sayuran, keju atau daging yang diiris, diletakkan di antara irisan roti. Lalu, apa hubungannya dengan generasi sandwich?

Generasi sandwich merupakan sebuah istilah kehidupan dalam keluarga,serta memiliki arti sekelompok orang dewasa yang merawat orang tua sekaligus anak-anak mereka sendiri. Generasi sandwich juga menanggung kebutuhan orang tua dan anak-anak mereka.

Istilah generasi sandwich ini pertama kali dikenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang profesor sekaligus direktur praktikum Universitas Kentucky, Lexington, Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali dikemukakan oleh Miller pada tahun 1981 melalui sebuah jurnal berjudul "The Sandwich Generation: Adult Children of the Aging".

Istilah ini telah sukses dikenalkan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody pada tahun 1981 ke pekerjaan sosial dan komunitas gerontology (gerontology: ilmu tentang orang lanjut usia).  Generasi yang konstruk awalnya mengacu pada wanita muda berusia tiga puluhan dan empat puluhan tahun, yang merawat anak mereka sekaligus harus memenuhi kebutuhan orang tua, majikan, teman, dan lain-lain, menggambarkan kehidupan sebuah generasi yang berada pada “jepitan” beban pemenuhan kebutuhan hidup orang-orang di sekitarnya. 

Dalam jurnal Miller disebutkan bahwa orang yang masuk dalam generasi sandwich cenderung rentan mengalami banyak tekanan karena harus membiayai kehidupan orang tua dan anak-anak mereka.

Tanpa terasa, istilah generasi sandwich sudah empat puluh tahun bergulir sejak 1981 sampai dengan tahun 2021, hal ini kembali menghangat dibincangkan.  Meski telah bergulir sepanjang usia generasi sandwich itu sendiri, dengan berbagai konsep penyelesaian untuk membantu mereka keluar dari tekanan stres akibat “jepitan” beban dan tanggung-jawab, nyatanya problem mereka belum tuntas teratasi.

Solusi untuk mengatasi problem generasi sandwich ini telah banyak diberikan oleh beberapa pakar dalam rangka untuk menyelamatkan mereka dari tekanan psikologis akibat “kuatnya jepitan” beban yang mereka terima. Mulai dari mengelola finansial agar lebih mapan dan stabil seperti perencanaan pemasukan dan pengaturan pengeluaran secara bijak hingga kemungkinan adanya tambahan pemasukan dari pos lain. Semua itu diharapkan mampu memenuhi semua tuntutan kebutuhan dari “jepitan atas dan bawah” yang menghimpit mereka. 

Selain itu, bermunculan juga solusi psikologis dengan berbagai tips pun disarankan oeh para ahli psikologi. Mulai dari melakukan bonding dengan keluarga, melakukan me time, hingga men-sugesti diri untuk berfikir positif. Bonding dengan keluarga agar ada sandaran saat lelah, berbagi tugas saat berat dan meminta bantuan saat tak lagi sanggup menanggung beban psikologis. Me time pun direkomendasikan sebagai sarana mengistirahatkan hati dan pikiran sehingga beratnya tekanan bisa diurai dengan suasana indah dan bahagia saat memanjakan diri. Dan ujung dari penerimaan beban himpitan dipaksa dengan men-sugesti diri dengan  poistif thinking. Berfikir bahwa semua beban yang mereka tanggung adalah hal terbaik bagi proses pendewasaan diri dan  merupakan bentuk tanggungjawab terhadap keluarga.

Banyaknya solusi dan tips yang ditawarkan seolah belum mampu menjawab dan menguatkan pijakan generasi sandwich, untuk bertahan dalam jepitan dan tak jatuh pada tekanan stres psikologi. Hingga menjadi tanda tanya besar pada kita, apakah semua solusi yang ditawarkan memang tak kapabel menjawab masalah mereka? Ataukah ada hal lain yang menjerat kehidupan generasi ini hingga tak mampu tegak dan bangkit kembali?

Para ahli keuangan  yang menawarkan solusi pengelolaan finansial untuk generasi sandwich saat ini seolah menuju jalan buntu akibat krisis ekonomi karena dampak pandemi. Perekonomian kapitalistik yang berbasis ribawi ibarat roller coaster yang sering terjun bebas meski kondisi tidak pandemi . Sistem ekonomi yang dibajak oleh para kapital pemilik modal dengan menekan rakyat untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya hanyalah menyisakan masalah kesenjangan ekonomi yang makin lebar. Sehingga, perencanaan untuk mendapat pemasukan ekonomi yang lebih untuk mencukupi “kebutuhan dari 2 himpitan” sangat sulit diraih. 

Pengaturan uang belanja pun begitu sulit dikendalikan. Hal-hal pokok kebutuhan rumah tangga, biaya sekolah, biaya kesehatan, biaya transportasi dan lain-lain, begitu tinggi dan tak tergapai oleh sebagian besar masyarakat terutama generasi sandwich. Tidak hadirnya negara dalam memberikan pemenuhan kebutuhan dasar mereka dan hanya berfungsi sebagai regulator, membuat komplit kesengsaraan dan tekanan ekonomi yang menghimpit masyarakat.

Nyata adanya, bahwa tekanan ekonomi yang kuat menjepit dalam sistem kapitalis akan berimbas pada beban psikologis. Andai bonding keluarga telah terjalin, jalinan yang ada adalah jalinan antar orang yang tertekan. Bagaimana mungkin orang tertekan akan mampu menyangga “beban tekanan” saudaranya? Me time pun menjadi sebatas angan-angan di tengah harus bergelutnya generasi ini memenuhi kebutuhan perut keluarga. Hingga ujung upaya untuk tegar men-sugesti diri dengan berfikir positif akan berakhir sia-sia.

Generasi sandwich benar-benar telah “terjepit” akibat sistem kapitalisme yang lahir dari rahim ideologi sekuler, yaitu ideologi yang memisahkan peran agama dari kehidupan serta mengabaikan keimanan pada keseharian. Beratnya beban ekonomi akibat lepasnya peran negara serta hilangnya kekuatan keimanan sebagai sandaran dan kekuatan umat, akan terus menjerat generasi sandwich dalam kepelikan tekanan. Betapapun banyak solusi dan tips yang disuguhkan, pelitnya sistem ekonomi kapitalis akan terus membelit generasi sandwich dalam kerumitan masalah. 

Satu-satunya solusi untuk membuka belitan masalah generasi sandwich dan seluruh generasi umat, yaitu dengan melepaskan diri dari belitan Kapitalisme-Sekularisme. Kemudian, menggantinya dengan sistem terbaik yang berasal dari wahyu Ilahi. Sistem yang mengurus seluruh kebutuhan rakyatnya dengan kebaikan dan menumbuhkan sikap optimis karena keimanan yang sempurna terhadap Rabb-nya. Untuk itu, sudah selayaknya kita berada dalam barisan perjuangan demi tegaknya sebuah institusi Khilafah Islamiyah yang akan menerapkan syari’at-Nya di seluruh penjuru bumi.

Wallahu a’lam bishowwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak