Gaji Pejabat yang Tak Merakyat




Oleh : Irma Legendasari

Teringat sebuah lirik lagu dari Iwan Fals, " wakil rakyat seharusnya merakyat, jangan tidur waktu sidang soal rakyat, wakil rakyat bukan paduan suara, hanya tau nyanyian lagu setuju". 

Bicara wakil rakyat, akhir-akhir ini tengah viral dan membuat geger rakyatnya. Gegara cuplikan wawancara diva Indonesia sekaligus wakil rakyat, Krisdayanti bersama Akbar Faizal yang diunggah di youtube akbar faizal uncensored.  Secara terang-terangan menjawab penghasilan dan perolehan gaji yang diterima sebagai anggota parlemen ternyata jumlahnya sangat fantastis. Setiap bulannya mendapatkan gaji sebanyak dua kali dalam waktu berbeda, mencapai total Rp. 75 juta. ( cnnindonesia.com. 14/09/21). 

Hal itu sangat mengejutkan dan bahkan menyakitkan hati rakyat dengan kondisi pandemik sekarang ini. Disaat daya beli rakyat turun karena berkurangnya penghasilan dan terbatasnya aktivitas, serta adanya kebijakan yang senantiasa berubah-ubah. Bahkan, PHK pun tak terelakkan, menurut Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyebut ada 29,4 juta orang terdampak pandemi Covid-19. Jumlah itu termasuk mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dirumahkan tanpa upah hingga pengurangan jam kerja dan upah. ( tribunnews.com. 27/3/21). Kemudian angka pengangguran pun meningkat, Badan Pusat Statistik dalam survei angkatan kerja nasional Agustus 2020 menunjukkan Covid-19 berimbas pada sektor ketenagakerjaan, sebanyak 29,12 juta ornag atau 14,28 persen dari 203,97 juta orang penduduk usia kerja terdampak pandemik. ( Kompas.id. 27/1/21).

Lantas, harus bagaimanakah sikap rakyat  melihat wakil rakyat nya yang dengan mudah mendapatkan penghasilan fantastis, sedangkan rakyat harus berjuang mati-matian hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Jangan heran jika banyak pejabat atau wakil rakyat yang telah kehilangan rasa empati sekalipun banyak rakyatnya yang menderita pada musim pandemi saat ini, mereka lebih memilih kekuasaan dan  memperkaya diri  daripada peduli kepada rakyat mereka sendiri.

Beda halnya, pada zaman kekhalifahan Umar bin Khatab, pada saat itu terjadi paceklik yang berkepanjangan, tidak ada hujan sama sekali sehingga keadaan tanah kering kerontang, rakyat tidak bisa mendapatkan makanan sedikitpun. Beliau mengosongkan kas baitul mal untuk memasok bahan pokok yang dibagikan kepada rakyatnya, tidak hanya itu beliau pun membatasi  makanan yang akan dimakan hanya dengan minyak dan cuka, ini berlangsung selama 9 bulan.  Tubuh beliau terlihat kurus dan kulit menghitam. Tapi akhirnya beliau dapat mengatasi paceklik ini dengan bijaksana dan tuntas tanpa menimbulkan masalah baru.
Bercermin dari hal ini, karena beliau memahami bahwa tugas penguasa adalah untuk mengurus dan melayani rakyat. Jabatan adalah amanah. Jabatan akan di hisab di akhirat kelak. 

Oleh karena itu, sistem buatan manusia  hanya berdasarkan hawa nafsu, karena sejati nya manusia lemah dan akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang mementingkan hawa nafsu mereka, sehingga sudah saatnya lahir "Umar bin Khatab" baru yang dapat mengurus rakyat dengan bijaksana, semua itu dapat terjadi jika aturan Allah ditegakkan di muka bumi ini dengan totalitas dan menyeluruh disemua aspek. 

Wallahu 'alam bisshowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak