Oleh : Rindoe Arrayah
Wabah Covid-19 hingga kini belum menemukan titik akhir kapan akan benar-benar reda dari negeri tercinta. Sangat disayangkan, dalam kondisi yang seperti ini justru ada beberapa destinasi wisata yang dibuka.
Pemkab Pangandaran, merencanakan membuka kembali seluruh objek wisata di tengah pandemi Covid-19 pada Jumat (3/9/2021). Hal ini disampaikan langsung oleh Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata. "Keputusan tersebut sudah disepakati oleh unsur Muspida dan diketahui oleh Gubernur Jawa Barat. Namun, rencana dibukanya kembali tempat wisata dengan pembatasan yang ketat", kata Jeje.
Hal ini dilakukan karena mengacu pada kasus Covid-19 di Pangandaran yang mengalami penurunan signifikan. Di mana, tingkat kesembuhan pasien Corona berada di angka 95% dan keterisian tempat tidur di RSUD Pandega sudah turun.
“Besok saya mengikuti dulu pengarahan dari Pak Presiden. Rabu dan Kamis saya sosialisasi langsung ke seluruh pelaku usaha wisata. Insyaallah Jumat sudah bisa buka,” kata Jeje usai menggelar rapat dengan unsur Muspida di kantor bupati, Senin (mypangandaran.com, 30/8/2021).
Pemerintah langsung memberlakukan kembali kebijakan PPKM darurat lalu PPKM level 4, setelah beberapa bulan belakangan disuguhi dengan lonjakan Covid-19 yang kian mengkhawatirkan. Dengan berjalannya kebijakan tersebut, tingkat penyebaran mengalami penurunan dan pemerintah mengungkapkan akan membuka kembali destinasi wisata terutama di Pangandaran.
Bupati Pangandaran memberikan pernyataan, meskipun dibuka kembali tapi tetap menggunakan prokes lebih ketat. Selain itu, bukan hanya wisatawan yang melakukan prokes ketat tapi para pedagang yang berada di objek wisata. Bupati Pangandaran menghimbau kepada para pelaku usaha untuk selalu menerapkan standar protokol kesehatan yg ketat. Beliau menegaskan bahwa apabila masih ada pelaku usaha yang mengabaikan prokes, maka beliau tidak segan-segan akan menutup kembali objek wisata Pangandaran. Jeje juga menegaskan bahwa penerapan prokes harus dilakukan oleh semua yang ada di objek wisata termasuk wisatawan. Wisatawan tersebut akan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum memasuki destinasi wisata.
Destinasi wisata ini kembali dibuka dengan alasan pemulihan perekonomian rakyat. Betapa, pemerintah abai dengan keselamatan rakyatnya. Seharusnya, pemerintah tetap waspada karena pandemi ini belum benar-benar usai. Karena, dengan dibukanya kembali destinasi wisata maka mengundang banyak orang untuk berkumpul dan mempermudah penyebaran virus kembali dan pandemi ini tidak ada akhirnya.
Tampak secara jelas bahwa pemerintah lebih mengutamakan pemasukan daripada keselamatan rakyatnya. Inilah watak dari kapitalisme yang menjunjung tinggi asas untung rugi. Rakyat menjadi korban dan kembali rakyat penuh penderitaan. Apakah masih ingin bertahan dalam kondisi sekarang? Tentu tidak. Maka dari itu butuh sekali sistem atau tata aturan yang benar yaitu aturan dari sang pencipta Allah SWT. Islam begitu mengatur bagaimana sebetulnya menangani pandemi, karena di masa Khalifah Umar bin Khatab wabah tha'un dengan cepat bisa teratasi.
Langkah strategis dakam menyikapi pandemi adalah lockdown. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Muslim)
Sangat berbeda jauh dengan Kapitalisme, Islam begitu mengutamakan nyawa rakyat. Satu nyawa saja begitu dilindungi dan dijaga. Maka, manakala syari’at Islam diterapkan tentunya akan bisa mlewati wabah ini dengan baik tanpa mengorbankan nyawa rakyat. Untuk itu, cukuplah Islam sebagai solusi segala permasalahan termasuk kondisi wabah seperti sekarang.
Wallahu a’lam bishshawab.