Childfree Mengingkari Fitrah Manusiawi




Oleh : Rindoe Arrayah

              Sudah menjadi suatu hal yang alami adanya bahwa setiap keluarga pasti mendambakan hadirnya buah hati. Itu adalah hal yang fitrah dan bagian kodrat Ilahi. Namun, baru-baru ini muncul ide childfree, hidup bebas tanpa anak. Baik anak kandung, anak angkat maupun anak tiri. Mereka beranggapan hidup bebas tanpa anak bikin bahagia. Benarkah demikian?

Ide ini muncul berawal karena adanya anggapan bahwa memiliki anak itu hanya membuat beban. Dimulai  sejak dari mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, mendidik dan membesarkan. Semuanya sangat melelahkan, menguras waktu, pikiran, perasaan bahkan keuangan.

Di era kapitalisme-sekularisme saat ini, tidak mengherankan jika ide yang nyeleneh seperti ini muncul. Di mana peran agama dipisahkan dari kehidupan. Standar kebahagiaan pun hanya difokuskan pada kesenangan duniawi. Punya harta berlimpah, sukses berkarir dan hidup bebas sesuka hati.

Belum lagi, dalam sistem saat ini, negara berlepas tangan dari pemenuhan kebutuhan warganya. Sehingga, biaya hidup yang semakin hari kian mencekik harus ditanggung masing-masing jiwa. Alhasil, punya anak, bahkan jika banyak anak pasti jadi beban tersendiri. Biaya sehari-harinya, sekolahnya, kesehatannya dan segalanya. Kemudian, menjamurlah tren childfree ini.

Allah menjadikan anak sebagai anugerah yang tak ternilai harganya. Kehadirannya akan membawa bahagia, yaitu sebagai penerus keluarga, penyejuk jiwa, bahkan ladang pahala. Karena salah satu amal jariyah adalah doa anak sholih yang mendoakan orangtuanya. Sebagai muslim, kita harus menolak ide chidfree. 

Rasa lelah orangtua di saat mengasuh dan mendidik anak, serta segala bentuk pengorbanan yang tercurah adalah investasi untuk kehidupan di akhirat nanti. Terbayang, betapa besarnya pahala yang di dapat para ibu ketika mengandung, melahirkan dan menyusui buah hatinya. Hingga, Allah memuliakan para ibu dengan penghormatan seorang anak tiga kali kepada ibunya, baru kemudian kepada ayahnya. Bahkan, Allah menempatkan surga di bawah telapak kaki ibu. Begitu pula dengan perjuangan para ayah yang bekerja keras mencari nafkah. Ada pahala dan keridhoan Allah di dalamnya. Bahkan, jaminan rezeki bagi setiap makhluknya. Maka, setiap anak yang lahir, pasti Allah sudah siapkan rezekinya.

Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al-An’am [6]: 151)

Dalam kehidupan masyarakat, bisa kita lihat faktanya, ada keluarga yang tidak mampu dari segi perekonomian, namun mereka berhasil membesarkan dan mendidik anak-anaknya menjadi orang sukses. Selain ikhtiar dan doa, juga keyakinan bahwa Allah SWT akan senatiasa menolongnya.

Sebagaiman janji Allah SWT dalam Al-Qur'an, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)

Oleh karena itu, jangan pernah takut memiliki anak. Justru berbahagialah, jika Allah amanahi buah hati. Lihatlah di luar sana banyak yang berjuang untuk mendapatkan momongan, namun tak jua Allah hadirkan. Bisa jadi itu ujian kesabaran. Maka, ketika kita dikaruniai anak, bersyukurlah. Andai kita harus berlelah-lelah bahkan bersakit-sakit saat mengasuh dan mendidiknya, maka bersabarlah. Bisa jadi anak yang saat ini membuat keringat dan air mata kita menetes. Kelak, dialah yang akan menggenggam tangan kita untuk masuk ke dalam Jannah-Nya.

Untuk itu, didiklah anak dengan ikhlas dan sepenuh hati. Peluk dan cium senantiasa hadirkan untuk mereka. Doa pun selalu kita panjatkan. Semoga anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholih sholihah, diberkahi rezeki dan umurnya, juga bermanfaat bagi sesama. Doa orangtua, terutama ibu itu mustajab. Maka jangan pernah lelah mendoakan anak-anak kita. Perbanyak juga amal sholih agar kita layak mendapat pertolonganNya. Sehingga, buah hati kita senantiasa Allah jaga dan akan selalu membuat kita bahagia. Tentunya bahagia dalam keridhoan-Nya.

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan [25]: 74)

Bagaimanapun juga, ide chidfree ini sangatlah berbahaya karena sudah menyalahi fitrah manusiawi. Di mana Allah SWT meletakkan gharizah nau’ dalam setiap jiwa yang implementasinya adalah untuk melestarikan keturunan. Ide yang merupakan racun ini haruslah segera dibasmi dengan tetap istikamah di jalan dakwah memperjuangkan syari’at-Nya agar tegak di muka bumi dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahu a’lam bishshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak